Gawai Dayak Borneo, antara Malaysia dan Indonesia

perayaan Gawai Dayak akan dimulai secara resmi. Sebatang pokok yang dikenali sebagai 'ranyai' akan didirikan di tengah ruang dan dihiasi dengan makanan dan minuman. Mereka juga akan mengunjungi keluarga dan sahabat yang disebut sebagai 'ngabang'. Pakaian tradisional akan dikenakan, dan perhiasan manik orang ulu akan dikeluarkan untuk dipakai pada hari itu. Perawan Iban juga akan mengenakan perhiasan perak tradisional. Pesta Gawai Dayak ditutup dan berakhir dengan penurunan pokok ranyai tersebut.
Pulau Kalimantan terbagi atas beberapa Negara, Indonesia memiliki bagian paling besar, diikuti dengan Malaysia dan palin kecil adalah Brunai Darussalam. Sedikita saya akan menulis tentang sejarah yang sudah saya rangkum dari beberapa tulisan yang saya baca. Pulau Kalimantan berada di tengah-tengah Asia Tenggara karena itu pulau ini banyak mendapat pengaruh budaya dan politik dari pulau-pulau sekitarnya. Sekitar tahun 400 pulau Kalimantan telah memasuki zaman sejarah dengan ditemukan prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai tetapi perkembangan kemajuan peradaban relatif lebih lambat dibandingkan pulau lain karena kendala geografis dan penduduk yang sedikit.

Selamat Hari Gawai
Selamat Hari Gawai
Pada abad ke-14 Odorico da Pordenone, seorang rahib Katolik telah mengunjungi Kalimantan. Sekitar tahun 1362 Majapahit dibawah pimpinan Patih Gajah Mada melakukan perluasan kekuasaannya ke pulau Kalimantan, yaitu negeri-negeri : Kapuas-Katingan, Sampit, Kota Ungga, Kota Waringin, Sambas, Lawai, Kadandangan, Landa, Samadang, Tirem, Sedu, Barune, Kalka, Saludung (Maynila), Solot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalong, Tanjung Kutei dan Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura

Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pulau Kalimantan dahulu terbagi menjadi 3 wilayah kerajaan besar: Brunei, Sukadana/Tanjungpura dan Banjarmasin. Tanjung Dato adalah batas wilayah Brunei dengan Sukadana/Tanjungpura, sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah Banjarmasin.
Pria Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pria Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Penduduk asli Kalimantan dapat digolongkan dalam 4 kelompok: Melayu, Melayu-Dayak, Dayak, dan Dayak-Melayu. Ada 5 budaya dasar masyarakat asli rumpun Austronesia di Kalimantan atau Etnis Orang Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai dan Paser. Suku Melayu menempati wilayah pulau Karimata dan pesisir Kalimantan Barat hingga Brunei. Keberadaan orang Melayu ini dapat disamakan dengan keberadaan suku Betawi di pulau Jawa. Suku Banjar menempati pesisir Kalteng, Kalsel hingga Kaltim. Suku Kutai dan Paser menempati wilayah Kaltim. Sedangkan suku Dayak menempati seluruh daerah pedalaman Kalimantan. Keberadaan orang Tionghoa yang banyak di kota Singkawang dapat disamakan komunitas Cina Benteng yang bermukim di Kota Tangerang dekat Jakarta


Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Memang beberapa kota di pulau Kalimantan diduduki secara politis oleh mayoritas suku-suku imigran seperti suku Hakka (Singkawang), suku Jawa (Balikpapan, Samarinda), Bugis (Balikpapan, Samarinda, Pagatan, Nunukan) dan sebagainya. Suku-suku imigran tersebut berusaha memasukkan unsur budayanya dengan alasan tertentu, padahal mereka tidak memiliki wilayaa adat dan tidak diakui sebagai suku asli Kalimantan, walaupun keberadaannya telah lama datang menyeberang ke pulau ini. Suku Bugis merupakan suku transmigran pertama menetap, ber-inkorporasi dan memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Melayu (baca: kerajaan Islam) di Kalimantan. 

Beberapa waktu yang lalu suku Bugis, mengangkat seorang panglima adat untuk pulau Nunukan yang menimbulkan reaksi oleh lembaga adat suku-suku asli. Tari Rindang Kemantis adalah gabungan tarian yang mengambil unsur seni beberapa etnis di Balikpapan seperti Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, Padang dan Sunda dianggap kurang mencerminkan budaya lokal sehingga menimbulkan protes lembaga adat suku-suku lokal. Di Balikpapan pembentukan Brigade Lagaligo sebuah organisasi kemasyarakatan warga perantuan asal Sulawesi Selatan dianggap provokasi dan ditentang ormas suku lokal. Kota Sampit pernah dianggap sebagai Sampang ke-2. Walikota Singkawang yang berasal dari suku Tionghoa membangun di pusat kota Singkawang sebuah patung liong yaitu naga khas budaya Tionghoa yang lazim ditaruh di kelenteng sehingga menimbulkan protes oleh kelompok Front Pembela Islam, Front Pembela Melayu dan aliansi LSM., di lain pihak, suku Dayak mendukung keberadaan patung naga tersebut.. Dalam budaya Kalimantan karakter naga biasanya disandingkan dengan karakter enggang gading, yang melambangkan keharmonisan dunia atas dan dunia bawah. Seorang tokoh suku imigran telah membuat tulisan yang menyinggung etnis Melayu. Walaupun demikian sebagian budaya suku-suku Kalimantan merupakan hasil adaptasi, akulturasi, asimilasi, amalgamasi, dan inkorporasi unsur-unsur budaya dari luar misalnya sarung Samarinda, sarung Pagatan, wayang kulit Banjar, benang bintik (batik Dayak Ngaju), ampik (batik Dayak Kenyah), tari zafin dan sebagainya.
Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pada dasarnya budaya Kalimantan terbagi menjadi budaya pedalaman dan budaya pesisir. Atraksi kedua budaya ini setiap tahun ditampilkan dalam Festival Borneo yang ikuti oleh keempat provinsi di Kalimantan diadakan bergiliran masing-masing provinsi. Kalimantan kaya dengan budaya kuliner, diantaranya masakan sari laut.
Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Wanita dan Pria Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Nah, saya sekarang akan lebih fokus kepada perayaan yang sedang dilaksanakan suku dayak yaitu GAWAI. Gawai Dayak merupakan perayaan yang diadakan di Kalimantan Barat dan Sarawak oleh suku asli Kalimantan Barat dan Sarawak, terutama Iban dan Dayak Darat. Gawai Dayak merupakan hari perayaan panen dan mulai diadakan secara besar-besaran sejak 25 September 1964, apabila Gawai Dayak dimaksudkan sebagai hari perayaan resmi. Sambutan Gawai Dayak pada tingkat negara Malaysia adalah pada 1 Juni 1965.

Gawai Dayak mempunyai beberapa upacara yang dijalankan di kota dan lamin (rumah panjang). Persembahan pelbagai makanan dan tuan di persembahkan kepada dewa padi untuk hasil yang baik. Penyair akan membaca mantera yang khusus untuk upacara ini dan melumur darah ayam jantan pada bahan persembahan.
Pria Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pria Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Setelah upacara ini, perayaan  akan dimulai secara resmi. Sebatang pokok yang dikenali sebagai 'ranyai' akan didirikan di tengah ruang dan dihiasi dengan makanan dan minuman. Mereka juga akan mengunjungi keluarga dan sahabat yang disebut sebagai 'ngabang'. Pakaian tradisional akan dikenakan, dan perhiasan manik orang ulu akan dikeluarkan untuk dipakai pada hari itu. Perawan Iban juga akan mengenakan perhiasan perak tradisional. Pesta Gawai Dayak ditutup dan berakhir dengan penurunan pokok ranyai tersebut.

Pria dan Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pria dan Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Memang perayaan tersebut dirayakan semua suku dayak namun waktunya yang berbeda beda dikarenakan musim tanam padi juga berbeda-beda sehingga musim panen tentu juga berbeda, secara umum memang perayaan panen tapi tata cara dan cara merayakannya sedikit berbeda. Walaupun sesama borneo, memang perhatian pemerintah sangat berbeda, jika di Malaysia khususnya disarawak, perayaan ini dianggap sebagai hari besar suku dan dijadikan hari libur nasional. Biasanya pada perayaan ini suku dayak akan berbondong-bondong kepusat perbelanjaan dan akan membeli pakaian baru serta melakukan open house. 

Pria dan Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pria dan Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pusat perbelanjaan juga biasanya akan berlomba-lomba untuk memberikan diskon untuk semua produknya dan biasanya seluruh pusat perbelanjaan akan memutarkan lagu lagu gawai, termasuk radio. Saya sendiri sempat merasa heran dan sangat takjub. Ternyata gawai di selenggarakan sangat ramai dan didukung penuh oleh pemerintahnya.
Pria dan Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pria dan Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Cukup berbeda dengan di Indonesia mungkin, saya melihat memang lebih fokus dan untuk kalangan terbatas saja dan terkesan sebagai pesta yang mubazir, padahal potensi wisatanya sangat besar menurut saya. Banyak wisatawan asing yang sangat berminat untuk menyaksikan perayaan ini terutama secara tradisi. Agenda wisata yang tidak jelas terkadang malah membuat ketidakjelasan wisatawan untuk datang, sehingga timbul keraguan. Sebenarnya event sebesar ini bisa mendatangkan pemasukan yang luar biasa. Pelaku ekonomi dan pariwisata seharusnya bisa mensupport lebih baik jika pemerintah sendiri sebagai pemegang kebijakan mampu berkonsolidasi semua pihak.
Pria dan Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Pria dan Wanita Dayak menggunakan Baju Adat Dayak di Gawai Dayak
Saya sendiri sebagai penikmat sangat menunggu bagaimana pemerintah bisa belajar, terutama untuk pengelolaan pariwisata, banyak hal yang mesti dibenahi, mulai dari informasi, akomodasi hingga sarana dan prasarana. Semoga dikemudian waktu kita lebih bisa menikmati wisata Indonesia yang tidak kalah dengan Malaysia.


Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.