Eksplorasi Aruna dan Lidahnya, Gang Gloria Glodok
Tim Eksplorasi Aruna dan Lidahnya membawa Tukang Jalan Jajan menyusuri kuliner gang Gloria yang berada di Glodok, tempat wisata kuliner terkenal di pecinan Jakarta.. Kari Lam, Mie kangkung si jangkung, Rujak Juhi, Cakwe, Bektim Sekba, Pie Oh, Lo Cu Pan
Tim Eksplorasi Aruna dan Lidahnya membawa Tukang Jalan Jajan menyusuri kuliner gang
Gloria yang berada di Glodok, tempat wisata kuliner terkenal di pecinan
Jakarta. Pikiran langsung membuncah dengan aneka panganan dan makanan lezat
Peranakan. Tujuan saya menikmati kuliner halal Glodok walaupun nanti saya juga
ingin tahu menu spesial yang tidak halal ala Gang Gloria Glodok. Aroma pasar
yang menggugah selera untuk mencari tahu apa saja yang menarik untuk lidah
saya. Ada Kari Lam, Mie kangkung si jangkung, Rujak Juhi, Cakwe, dan banyak lagi sudah berseliweran dikepala
Menuju sebuah jalan sempit pasar, melihat dagangan terjejer rapi, mulai
dari buah-buahan, sayuran, elektronik sampai cemilan harum yang baru diangkat
di antara dempetan ruko pedagang makanan yang membuat mata melirik kekiri dan
kekanan seperti mencari target operasi. Sesekali terdengar suara “permisi”,
“Awas” disertai deru knalpot motor yang coba menembus jalanan gang senggol
pasar Glodok. Entah bagaimana bisa masuk kesini tapi inilah cerita pasar
tradisional dekat gang Gloria yang selalu membuat kangen untuk kembali lagi dan
berulang.
Pecinan Glodok, Area Tak Pernah Mati
Tim Aruna dan Lidahnya, masih ditemani Kak Ade bersama dengan Genk
Foodblogger dari seluruh Indonesia menyusuri jalanan sempit beradu dengan
pejalan kaki lain yang mencari ruang untuk bernafas karena terhimpit oleh
dagangan aneka rupa dikiri kanan jalanan sempit. Saya sendiri bisa merasakan
euphoria berbelanja di gang sempit sambil berdempetan, suasana akrab, interaksi
penjual dan sesama pembeli yang kebetulan bertetangga, gossip dan saling tawar
adalah kenikmatan pasar tradisional yang tak bisa didapatkan dimanapun.
Memang area Glodok banyak dikenal sebagai pecinan yang memiliki banyak
makanan enak. Siapa yang tak kenal Petak sembilan, gang Kalimati Glodok dan
toko Gloria. Membayangkan membuat otomatis lapar. Makanan enak disini membuat
perut selalu keroncongan. Sebagai surga makanan yang sudah bertahan dari masa
lampau tentu susah meragukan kelezatannya. Makanan dari perpaduan tradisi dan
budaya, menjadikan cita rasa kuliner Tionhoa disini sangat kaya dan selalu di
jaga. Ada yang perlu diingatkan bagi yang mau mencoba makanan disini, pastikan
bertanya terlebih dahulu, apakah makanannya halal
Nongkrong Enak di Warung Kopi Glodok.
Setelah berjalan masuk ke Gang Gloria melalui Jalan Pancoran, kaki ini
berhasil menginjak sebuah pujasera yang bertema warung kopi. Entah apa nama
warung kopi ini, seperti pujasera yang menyajikan banyak stall makanan
dimasing-masing sisinya. konsep sederhana dan terbuka, membuat orang bebas
masuk dari pintu mana saja. Makanan yang yang disajikan disini sedikit banyak
mewakili makanan dan cemilan yang ada disekitar Gang Gloria. Membicarakan
makanan artinya lidah harus disiapkan sebaik mungkin untuk mencicipi.
Foodblogger yang ikut eksplorasi Aruna dan Lidahnya sudah memecah menjadi dua
kelompok, yang bisa makan semuanya dan yang bisa makan sebagian a.k.a kelompok
halal dan halal haram sikat. Eksplorasi Aruna dan Lidahnya, Gang Gloria Glodok kembali duduk dengan bahagia!
Kari Lam, Sapi dan Ayam
Tukang jalan jajan sempat menyapa Pak Akiong yang sedang sibuk memotong
kentang dan membagi porsi mie supaya sama banyak setiap mangkoknya.
Perbincangan sekejap ini menghasilkan informasi yang berguna bagi isi postingan
Instagram @dodon_jerry. “Kari Lam sudah da dari 1973, Bapak saya, A Lam, Cina
dari Medan, pertama kali jualan ini”. Pak Akiong menunjuk mangkok yang sudah
disiram kuah kari panas.Sapnya yang membumbung, membawa aroma sedah, gurih dan
berbumbu. Itu baru aromanya saja, belum mencoba rasanya.
Tukang jalan jajan selalu percaya bahwa makanan yang tak pernah pindah
tangan pasti menyimpan kelezatan paripurna. Pak Akiong turun tangan sendiri,
dari belanja bahan, meracik bumbu, memasak samapai menyajikan kedalam mangkuk.
Semua dilakukan tangannya sendiri. Saya sudah tidak sabar untuk menyendok kuah
kaldu gurih bersantan yang pas kepekatannya. Santan ini berwarna sedikit kuning
dengan minyak kemerahan. Didalamnya ada bihun medan yang ukurannya lebih besar
dari bihun biasanya, potongan kentang dan daging atau ayam bersama jerohan
semuanya tersimpan dalam piring. Pak Akiong memadukan gerakan ini berulang dan
teratur seperti tarian taichi. Tangan sepuhnya sudah terbiasa, seperti ada
program robot yang dimasukkan kedalam komputer. Gerakan ini sudah dihafal luar
kepala.
Seruputan pertama Kari Lam langsung membuncah di mulut. Saraf perasa saya
langsung membagi bagi rasa gurih dan bumbu rempah yang memberikan aroma sedap.
Kari medan ini memang khas peranakan dengan jejak rempah yang tipis, ringan dan
tidak membuat eneg. Tukang jalan jajan menikmati kentang dengan daging yang
empuk dan bihun yang khas. Setiap kunyahan menghadirkan kenikmatan yang
berulang. Sebenarnya jika ingin, pelanggan juga bisa memesan sepiring nasi
hangat namun perut saya sudah penuh. Porsi seharga 40 K – 50 K ini sudah cukup
mengenyangkan. Mahal? Tidak. Harga yang dibayar sepadan dengan rasa yang di
dapat.
Sudah tiga dekade lebih Kari Lam berdiri, cita rasa tidak pernah berubah.
Itu terbukti dari kembalinya para pelanggan lama yang tak lain dan tak bukan
dulunya warga Glodok dan kemudian pindah ke tempat lain. Jangan sampai
melewatkan mencicipi kuah kari yang legendaris karena kita tidak pernah tahu
sampai kapan tempat ini bisa bertahan.
Mie Kangkung si Jangkung
Masih dalam satu lokasi, mie kangkung si Jangkung juga legendaris.
Makanan ini ternyata makanan favorit Presiden ke dua Indonesia, Pak Harto.
Terlepas benar atau tidaknya cerita ini, mie nya menarik untuk di coba. Seperti
namanya, mie kangkung punya komponen yang harus ada, Mie, kangkung, ayam semur
dan kuah kaldunya. Tampilannya menarik, mie dengan kangkung yang berseliweran
dengan kuah kental dan potongan ayam semur yang membumbung tinggi didalam mangkok.
Dulu, saya lebih berpikir bahwa mie ini berasal dari akulturasi tionghoa
yang berada di Jawa Barat. Tapi ternyata mie kangkung merupakan perpaduan dari
Betawi. Ternyata mie kangkung menjadi sajian wajib warga Betawi saat ada
perayaan besar seperti lebaran. Budaya mie tionghoa dipadu dengan kangkung ala
Betawi. Daun kangkung yang digunakan harus benar-benar muda, umurnya saja baru
3 mingguKangkung dicelur tidak boleh lebih dari 5 menit supaya masih hijau dan
kriuk renyah. Jika menakar rasa maka akan ada rasa beragam rempah yang
disatukan untuk menciptakan citarasa unik. Awalnya bumbu ini berasal dari bahan
basah yang kemudian dimasak hingga mengering. Aneka rempah ini dimasak dengan
api kecil lalu dimasak hingga mengering. Bumbu rahasia inilah yang kemudian
dicampurkan kedalam kuah kental yang nanti disiramkan keatas mie dan kangkung,
biasanya ada tambahan taoge untuk menciptakan rasa sedap.
Mie Jangkung hasil olahan sendiri, teksturnya bagus dan nyaman dikunyah.
Sudah ada rasa gurih yang terselit di mie tanpa perlu tambahan lain.Mie
kangkung dengan kuah kental ini tercipta karena maizena yang ditambahkan hingga
kental, mie jangkung menggunakan tambahan udah segar didalam penyajiannya
sehingga lebih gurih dan sedap, rasa manis dan berempah menjadikannya lebih
mudah diterima lidah. Sebenarnya ini saja sudah menggugah selera untuk makan,
namun tumpukan ayam kecap yang menggunung menambah niat makan lebih besar,
teksturnya semakin kaya begitu semua berpadu didalam mulut. Sumpit saya
berulang kali mengulang memasukkan mie dan kangkung selagi hangat. Perut ini
benar-benar bahagia
Cakwe Gang Gloria
Begitu berhadapan dengan gerobak cakwe sederhana ini, tukang jalan jajan
langsung melihat tulisan “Menggunakan Minyak Barco Asli”. Tidak hanya
satupenjual saja karena disekitar gang ini masih ada penjual cakwe lain yang
menggunakan gerobak. Tapi karena berada ditengah Kari Lam dan Mie Kangkung si
Jangkung, cakwe ini jadi alternatif untuk singgah sejenak. Bisa dibeli sembari
menikmati kopi atau teh, bisa juga sekedar cemilan untuk menunggu makanan utama
datang.
Cakwe seperti pelengkap penting bagi banyak menu, mulai dari bubur, mie,
sampai dimakan begitu saja. Cakwe jadi bagian penting kuliner Tionghoa. Ada
yang krispi ada pula yang seperti roti yang kosong di bagian tengahnya. Di
Indonesia biasanya lebih gampang ditemukan di pedagang kaki lima. Termasuk di
Gang Gloria di daerah Glodok ini. Biasanya Cakwe akan disajikan dengan cabe
cair sedikit kental bercitarasa sedikit pedas, asam dan gurih serta manis yang
sangat tipis. Tapi tidak semua disajikan asin, untuk mencampurkan Lek Tek Swan,
cakwe akan digoreng renyah lalu dipotong kecil-kecil dan dibuat manis gurih.
Ditempat ini cakwe digoreng keemasan lalu disajikan dengan saus cocolan
buatan sendiri yang asam, manis, pedas dan gurih. Saat dipegang, cakwe panas
ini terasa seperti berpasirkarena tepung aci yang selalu ditabur agar tak lengket
satu sama lain. jika di sobek, banyak ruang kosong yang menyisakan ruang untuk
menyerapkan saus jika dicocol. seperti spons yang jika dimasukkan kemulut akan
meledakkan rasa cakwe dan saus bersamaan.
Gang Gloria, Surga Makanan Tak ada habisnya
Menyusuri gang Gloria membuat saya seperti diajak untuk menyusuri kuliner
Tionghoa dari berbagai sukuyang menyatu dalam peradaban budaya Indonesia. Saat
menemukan Soto Betawi dengan nama Tionghoa. Menarik untuk dicoba. Ada banyak
menu lagi yang bisa dicoba disini. Tima Aruna dan Lidahnya eksplorasi Glodok
Gang Gloria juga mencoba rujak Juhi, Lo Cu Pan, Bektim Sekba, Pie Oh. Semuanya menggoda
untuk dicoba.
Sekali lagi saya mengingatkan untuk rajin-rajinlah bertanya apakah bahan
makanan sehingga anda bisa memutuskan untuk menikmatinya dengan bahagia atau
hanya melihat saja. Petualangan seru disini mengarungi setiap racikan bagai
merasakan Tionghoa tempo dulu. Terasa kuno namun otentik bagai menemukan akar
makanan dari mana dia berasal.
Pie Oh Gang Gloria Glodok |
Petualangn saya bersama tim aruna dan lidahnya masih berlanjut.
Eksplorasi penuh kebahagiaan dilidah dan perut! Tukang jalan jajan selalu
mengosongkan perut agar tak penuh. Pantang Pulang sebelum kenyang. Selamat
makan dan salam yumcez!
18 komentar
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry
Glodok emang punya sisi menarik...
aku penasaran juga sama cakwe nya. apakah sama dengan yang di Lumajang? hahaha
Aku tertarik itu dengan mie kangkungnya... Enak banvet kayanya.. kapan ya bisa kesini.. ditraktir pula
Mau nyobain yang mana dulu...sampai bingung yaa...