Melihat Songkhla di Tang Kuang Hill View Point


Mungkin Nama Songkhla tidak terlalu familiar untuk penikmat wisata Thailand. Phuket, Pattaya dan Bangkok sepertinya sudah mainstream di telinga penikmat belanja dan pantai. Berbagai macam bangsa dengan mudah bisa ditemui disana. Bagaimana dengan Songkhla? Kota ini relatif lebih adem ayem dari pada Hatyai yang justru bagian dari Songkhla. Ada beberapa lokasi wisata yang bisa dikunjungi. Tukangjalanjajan sudah menulisnya beberapa di blog ini.

Taman kota dekat Persimpangan
Setelah misi dari pantai samila dan berhasil menemukan duyung saya memutuskan untuk rute ke dua, melihat Songkhla dari Tang Kuang Hill Point. Dari pantai saya melihat rumah diatas bukit dan awalnya saya mengira inilah Tang Kuang Hill Point tapi ternyata bukan. Saya terus mencari tanpa berbekal peta, hanya bertanya kepada orang yang lewat dan bertanya dibeberapa tempat yang terlihat ada orangnya. Titik terang kami temui setelah bertanya kepada satpan yang kebetulan berjaga disebuah sekolah yang sedang tutup karena masih dalam suasana liburan tahun baru.

Bangunan di depan Tan Kuang Hill
Menurut petunjuk saya cukup berjalan lurus  sampai diperempatan dan berbelok ke sebelah kanan dan berjalan 500 meter. Wohooow! saya menemukannya. Sebuah tangga terbuat dari semen yang menuju sebuah rumah bertuliskan Tang Kuang Hill. Disekitar tempat ini terhampar taman miring karena dipinggir bukit. Ada tempat duduk yang dibuat permanen disana namun mesti hati-hati karena banyak monyet nakal yang suka mencuri makanan dan barang bawaan pengunjung yang menarik perhatian mereka.
 
Taman Kota dekat Tang Kuang Hill

Perempatan yang dicari-cari

Dari luar memang terlihat biasa saja, tidak ada keramaian seperti tempat wisata. Ini dikarenakan saya datang hanya berdua. Kemungkinan yang datang biasanya dalam satu rombongan tur atau keluarga besar yang pergi berlibur. Untuk mencapai keatas perlu menggunakan lift, untuk menaikinya kita harus membeli tiket, anehnya tiket bisa dijual terpisah, bisa beli untuk naik saja atau untuk turun saja. Kok bisa ya? Karena tidak mau turun dengan cara melompat dari atas maka saya membeli tiket untuk turun dan naik. Harga tiket sepertinya berbeda antara warga lokal dan turis asing.

Lift

Mercusuar diatas Tang Kuang Hill

Kita akan masuk berjejer antri masuk kedalam lift, berhubung hanya kami berdua, tidak perlu antri dan langsung naik keatas. Di dalam lift sudah ada petugas pemencet tombol lift sekaligus menghantarkan naik turun. Lift ini dibuat dengan sudut 45 derajat. Tidak turun atau naik. Didalamnya juga diberikan hiburan full music tapi sayangnya musik yang dihadirkan berasal dari smartphone sang petugas. Jangan ditanya apakah saya akan terhibur atau tidak. Lha wong saya ngga ngerti liriknya apa. Tidak lama hanya 10 menit kami sudah tiba diatas.

Monyetnya sedan asik mencari makanan
Menikmati birunya laut dan langit
Pohon diatas bukit

Sampai diatas saya langsung disuguhkan pemandangan cantik lewat kaca yang langsung menembus ke bibir pantai. Berjalan sedikit saya melihat ada sudut penjualan pernak-pernik. Agak berbeda dengan yang dibawah, sepertinya ini bukan kedai oleh-oleh. Jualannya macam-macam, mulai dari lonceng berbagai ukuran, patung gajah terbuat dari kayu dan resin sampai gembok. Iya gembok! Bentuknya didominasi bentuk love. Sisanya berupa perlatan sembahyang. Saya melewatinya dang langsung menuruni sedikit tangga lalu menaiki tangga lagi menuju atas bukit.
Lonceng Doa
Hutan Hijau
City View 
Kuil dari atas Tan Kuang Hill
Tang kuang Hill View Point selain dijadikan tempat berdoa juga dijadikan sebagai tempat melihat pemandangan Songkhla 360 derajat. Ada 3 titik lokasi pemandangan yang ditawarkan disini. Pemandangan yang langsung menuju pusat kota, pemandangan anak sungai yang bercabang serta Ko yo island serta pemandangan laut dan pantai Samila. Tidak hanya itu disini juga ada beberapa kuil kecil untuk melakukan sembahyang ada beberapa tingkatan dan masing-msing sudut dibuat sebagai prasasti untuk mengenang tokoh dan dibuat altar pemujaannya.

Kota dibelakang lampu
Taman Kota dilihat dari Tang Kuang Hill
Kuil pertama dipersembahkan untuk orang yang pertama kali membangun Songkhla, disana tersapat beberapa lonceng besar yang terbuat dari tembaga berbagai ukuran. Masing-masing lonceng mempunyai nomor dan urutan. Sebelum dibunyikan maka pendatang akan berdoa dan mereka melakukannya secara berurutan. Ada beberapa nama yang tertulis dilonceng karena ini merupakan sumbangan darinya. Saya sendiri tidak begitu paham bagaimana ritual dan cara berdoanya. Dibagian paling atas kuil ini terdapat kubah runcing yang dililiti kain kuning seluruhnya. Orang-orang berjalan berkeliling sembari berdoa dan mengatupkan tangan didada. Tidak tahu berapa banyak dan kearah mana cara berputar yang benar.
Beach View
Beach side
Selanjutnya menuju kuil kedua dan diantaranya terdapat taman dan terdapat kerangkeng besar berbentuk lonceng. Didalamnya terdapat banyak lonceng kecil. Di kerangkeng ini tertulis, jika lonceng kecil sudah cukup banyak akan disusun menjadi lonceng yang besar. Memang disekitar sini banyak sekali lonceng besar yang tersusun dari banyak lonceng kecil yang selalu berbunyi jika terkena hembusan angin. Terjawab sudah kenapa ada yang menjual lonceng di sudut awal saat ingin masuk ke Tang Kuang Hill. Beranjak dari sini mulai banyak sekumpulan monyet yang selalu mengawasi dengan awas, ada yang menggendong anak, ada yang berkelahi dan ada yang duduk santai. Saran saya berhati-hati terhadap barang bawaan seperti kamera, topi dan kacamata serta makanan.

Hati Hati sama monyet
Kuil berikutnya sepertinya paling ramai dikunjungi anak muda. Pemandangannya langsung menghadap kota dan Ko yo Island yang berada ditengah sungai. Disini kembali terdapat kerangkeng, isinya miniatur gajah yang sengaja dimasukkan oleh pengunjung kedalamnya lalu ada tangga menuju keatas disana terlihat beberapa sudut unik. Ada karya seni dari besi yang berbentuk hati bolak balik yang dapat diputar. Ada pula sudut-sudut yang disiapkan sehingga bisa menempelkan gembok. Terlihat sudah ribuan gembok yang memang terpatri disana. Berbagai nama pasangan tertulis disini. Terjawab sudah semua benda unik yang dijual dibagian masuk tadi.

Monyet 
Setelah puas berfoto dengan sudut cantik pemandangan termasuk beberapa ekor monyet saya berpindah kesebuah taman yang terdapat papan bertuliskan Tang Kuang Hill yang bisa diputar-putar sehingga kita bisa bebas mengambil sudut gambar yang indah. Saya melanjutkan kesudut lain yang agak menurun kebawah menuju sebuah bangunan yang kurang terawat dengan view laut Samila. Saya juga mengitari beberapa tempat dilokasi ini. Ternyata dibeberapa sudut terdapat beberapa kamar dan aula. Kemungkinan tempat ini dijadikan tempat melakukan retreat.
Menuju Beach View
Dibeberapa bagian bukit ini juga sudah disediakan toilet dan kantin yang hanya menjual minuman dan makanan ringan. Ternyata dibeberapa sudut juga terdapat tangga menuju kebawah. Saya tidak berani untuk mencoba menelusurinya karena dibeberapa bagian terdapat monyet yang berkelahi. Ini juga menjawab kenapa dijual tiket terpisah untuk naik dan turun menggunakan lift.

Tangga menuju beach view
Semakin siang semakin ramai. Saya memutuskan untuk mengakhiri perjalanan ini karena masih ada beberapa lokasi yang akan saya kunjungi lagi yaitu Munincipal Park. Saya harus berkejaran dengan waktu karena kami menggunakan angkutan umum. Saat turun menggunakan lift terlihat orang sudah ramai antri. Saya tidak sadar ternyata tempat yang tadinya sepi sekarang sudah dipenuhi oleh orang yang liburan. Mayoritas memang keluarga dengan anaknya. Tempat ini punya sejarah dan keunikan yang berbeda. Saya menikmati setiap perjalanan ini dengan bahagia. Sembari terkadang selonjoran kaki melihat betis yang semakin besar dan kaki yang  belang terkena matahari.



Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.