Sungai Gangga, Saksi Peradaban Hindu di Varanasi

Tukang Jalan Jajan terus melangkah di Varanasi atau Banaras. Kota ini menyimpan banyak cerita, kota tua yang menyimpn sejarah tentang Hindu di India. Banyak aliran agama yang hidup di aliran Sungai Gangga yang suci bagi umat Hindu India. Saya banyak belajar bagaimana budaya dan tradisi dipertahankan sebaik mungkin.

Tukang Jalan Jajan terus melangkah di Varanasi atau Banaras. Kota ini menyimpan banyak cerita, kota tua yang menyimpn sejarah tentang Hindu di India. Banyak aliran agama yang hidup di aliran Sungai Gangga yang suci bagi umat Hindu India. Saya banyak belajar bagaimana budaya dan tradisi dipertahankan sebaik mungkin. Walaupun zaman sudah modern, agama dan budaya menjadi landasan utama kehidupan di India. Saya beruntung bisa ke Varanasi sebagai akar budaya. Sungai Gangga dianggap ibu bagi penganut Hindu. Air sungai ini menjadi smber segala sesuatu, mulai dari hidup sampai mati.

Tukang Jalan Jajan di tepian sungai Gangga
Tukang Jalan Jajan di tepian sungai Gangga
Sungai Gangga. Mungkin itulah tujuan banyak orang datang ke Varanasi. Saban tahun kota kuno itu kebanjiran pendatang, entah mereka para peziarah keagamaan, ataupun para pelancong asing yang ingin berkenalan dengan salah satu peradaban tertua di dunia itu. Atau bahkan pula jasad-jasad tanpa nyawa yang sedang memulai perjalanan keabadiannya. What? Ya! Dalam keyakinan agama Hindu, barang siapa yang abu kremasinya ditaburkan di aliran sungai Gangga, maka ia tidak akan berenkarnasi kembali dan menuju ke nirwana.

Menjelang senja kami akhirnya kembali berjalan mengarah menuju guest house kami yang memang berada tak jauh dari salah satu Ghat di sungai Gangga. Ghat adalah undakan-undakan tangga yang dibangun di sepanjang sungai Gangga. Masing-masing Ghat memiliki sejarah dan fungsinya masing-masing. Guest house kami berada di dekat Jain Ghat.

Gaht di tepian sungai Gangga
Gaht di tepian sungai Gangga
Untuk sampai ke tepi sungai Gangga dari guest house, kami harus melewati lorong-lorong sempit dan bau, serta sebuah tangga curam yang cukup tinggi. Dan voila! Kami tiba juga akhirnya di Sungai Gangga yang melegenda. Sebuah sungai yang sangat lebar meliuk melengkung dengan anggunnya. Di salah satu sisinya, memanjang sepanjang alirannya, bangunan-bangunan tua berdiri kokoh dengan mempesona. Tertimpa sinar sore matahari yang menurun perlahan. Kami melihat Gangga dengan penuh takjub. Pemandangan di pinggir sungai Gangga itu mengandung magis. Mungkin hanya mereka yang melihatnya sendiri yang bisa merasakannya.

Tukang Jalan Jajan melewati Gaht di tepian sungai Gangga
Tukang Jalan Jajan melewati Gaht di tepian sungai Gangga
Sungai Gangga tidak bisa dibilang bersih. Banyak sampah yang dibuang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Airnyapun tidak jernih. Terlebih membayangkan bahwa di sungai itu juga tercampur dengan abu jenazah orang meninggal, membuat kami jadi bergidik ngeri. Tapi kabarnya sungai Gangga dimanfaatkan pula oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan sehari-hari. Di pagi hari, di beberapa Ghat akan terdapat berbagai kain yang sedang dijemur. Selain untuk mandi dan ritual keagamaan, Sungai Gangga dipakai pula untuk kegiatan mencuci.

Tangga turun Gaht menuju tepian sungai Gangga
Tangga turun Gaht menuju tepian sungai Gangga
Di sepanjang sungai Gangga terdapat banyak perahu yang bisa disewa untuk menyusuri sungai Gangga. Jumlahnya sangat banyak, dengan berbagai macam ukuran dan jenisnya sehingga jangan takut untuk tidak kebagian. Ada yang bermesin, ada pula yang bertenaga manusia. Ada yang pengayuh sampannya lelaki paruh baya, ada pula bocah yang masih kecil.

Perahu bersandar di tepian sungai Gangga
Perahu bersandar di tepian sungai Gangga
Berhadapan dengan para tukang perahu ini lagi-lagi harus bisa tawar-menawar sebaik mungkin agar mendapatkan harga terbaik. Saat sedang asik berfoto saja kami sudah di datangi beberapa pengemudi sampan yang menawarkan jasanya. Kadang-kadang kebiasaan orang India yang satu ini lumayan bikin risih juga sih. Habisnya meski kita bilang tidak, mereka tetap ngotot terus menawarkan dan membuntuti kita. Antara gigih dan nyebelin itu memang cuma beda sudut pandang sih ya.

Perahu bersandar di tepian sungai Gangga
Perahu bersandar di tepian sungai Gangga
Perjalanan di Varanasi terus berlanjut. Banyak hal menarik yang saya temui selama perjalanan disini. Kota ini mempunyai banyak cerita. Terutama sungai Gangga yang menyimpan banyak cerita peradaban masa lampau hingga masa kini. 
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.