Menyusuri Kuil Suci di Varanasi

Kota Varanasi mungkin kalah populer bagi masyarakat Indonesia ketimbang kota-kota besar India lainnya macam New Delhi, Kolkata ataupun Mumbai (nama baru untuk kota Bombai). Tapi jika menyebut sungai Gangga, tentu tidak ada yang tidak tahu.


Kota Varanasi mungkin kalah populer bagi masyarakat Indonesia ketimbang kota-kota besar India lainnya macam New Delhi, Kolkata ataupun Mumbai (nama baru untuk kota Bombai). Tapi jika menyebut sungai Gangga, tentu tidak ada yang tidak tahu. Meski Sungai Gangga membelah banyak kota di India, namun Varanasi adalah kota suci yang selalu dikaitkan dengan legenda sungai Gangga dan dewa Shiva.

Sapi, Hewan yang disucikan di India
Sapi, Hewan yang disucikan di India
Sungai Gangga adalah sungai suci umat Hindu, karenanya tidak heran kota kuno yang dibangun sejajar dengan aliran sungai Gangga itu juga dianggap suci. Konon mereka yang mati dan abunya dilarung di aliran sungai Gangga akan usai proses reinkarnasinya. Karenanya, ritual pembakaran jenazah umat Hindu yang meninggalpun dilakukan di kota ini. Tak hanya bagi umat Hindu, kota ini juga menjadi kota suci bagi para penganut agama Jainisme dan Budha.

Kuil Sapi Nandhi di Varnasi
Kuil Sapi Nandhi di Varnasi
Menurut legenda, Kota Varanasi merupakan kota favorit dan tempat peristirahatan dewa Shiwa, sang dewa kehancuran. Orang-orang India punya sudut pandang yang unik terkait Dewa Shiwa ini. Bagi mereka kehancuran atau kebinasaan bukan sesuatu yang negatif, melainkan sesuatu yang baik. Kehancuran berarti sebuah awal yang baru. Karenanya tidak jarang dewa Shiva dilambangkan dengan bentuk Linggam, simbol dari sumber kehidupan.

Berada di negara bagian Uttar Pradesh, Kota Varanasi merupakan salah satu kota tertua, tidak saja di India namun juga di dunia. Namanya diambil dari nama dua sungai yang mengalir di kota tersebut selain sungai Gangga, Sungai Varuna dan Sungai Assi. Dialek setempat menyebut kota itu dengan panggilan Banaras.

Pedagang kelontong di Varanasi
Pedagang kelontong di Varanasi
Meski Sungai Gangga memang menjadi daya tarik utama dari Varanasi, namun bukan berarti tidak ada situs bersejarah lainnya yang bisa dikunjungi. Ada banyak kuil yang jadi tujuan banyak peziarah keagamaan. Meski memang banyak pula turis yang datang berkunjung untuk kepentingan wisata, namun saya selalu ingatkan, karena ini tempat ibadah, kita sebagai turis atau wisatawan harusnya bisa menghormati mereka yang sedang beribadah. Salah satunya dengan mengikuti aturan-aturan yang ada ditempat tersebut. Seperti berpakaian sopan serta tidak mengambil gambar tanpa izin.

Jalan sempit di Varanasi (Banaras) India
Jalan sempit di Varanasi (Banaras) India
Selepas makan siang, saya dan teman-teman memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar ke bagian Kota Varanasi. Kami memang memutuskan menunda untuk menyapa sungai Gangga karena berencana menghabiskan senja hingga malam di sana. Karenanya kami memutuskan untuk mengunjungi kuil-kuil disekitar Varanasi yang bisa kami jangkau sebelum sore. Ada ribuan kuil dan candi, tak mungkin semuanya bisa kami jelajahi.

Kuil Dewi Durga (Durga Temple) di Varanasi India
Kuil Dewi Durga (Durga Temple) di Varanasi India
Tujuan pertama saya adalah Durga Temple. Karena jaraknya tidak terlalu jauh jadi saya putuskan untuk berjalan kaki. Keberadaan aplikasi navigasi terlebih yang bisa digunakan offline benar-benar sangat membantu. Saya tidak kesulitan menemukan tempat yang hendak dituju meski baru pertama kali menginjakkan kaki di Varanasi.
Jalan-jalan utama di Varanasi sebagaimana kebanyakan jalan-jalan di kota lain di India sangat padat, kotor, semerawut dan berisik. Tapi mungkin ada satu hal yang cuma bisa ditemui di Varanasi, Sapi yang duduk santai tanpa terganggu di tengah jalan. Sungguh pemandangan menakjubkan bagi saya. Dan orang-orang tidak satupun yang menghalau ataupun mengusirnya.  Jadilah sapi itu tetap santai meski berada di tengah kemacetan dan lalu lalang kendaraan.

Sapi, Hewan suci bagi umat Hindu di India
Sapi, Hewan suci bagi umat Hindu di India
Di Varanasi, saya menemukan bagaimana sapi bisa berkeliaran dengan bebas. Mereka berjalan dimana-mana tanpa ada yang mengganggu. Di jalan raya, di pemukiman, bahkan di tengah pasar sekalipun. Tidak jarang pula ketika melewati lorong-lorong sempit disekitar sungai Gangga, saya harus berpapasan dengan sapi. Tidak jarang sapi tersebut sampai menutup jalan. Kalau sudah begini, yang bisa dilakukan hanyalah bersabar menunggu sampai sapi itu berpindah, atau mencari alternatif jalan lain yang bisa dilewati. 

Pedagang Makanan dan perlengkapan sembahyang di Varanasi
Pedagang Makanan dan perlengkapan sembahyang di Varanasi
Karena banyak sapi yang berjalan bebas, tidak heran jika kotoran sapi juga berserakan dimana-mana. Termasuk di jalanan dan lorong-lorong di sekitar Sungai Gangga. Jika tidak berhati-hati dan salah-salah melangkah, bisa saja kita menginjak salah satu diantaranya. Bau kotoran sapi ini juga tercium dimana-mana. Makanya ketika baru datang ke Varanasi, campuran bau pesing dan aroma kotoran sapi ini menjadi polusi yang mengganggu indra penciuman saya.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.