Mengobati Kangen Sarawak dengan Laksa

Saat melihat postingan cantik dijejaring sosial biasanya akan menghasilkan ekspektasi lebih apalagi jika melihat komentar ciamik dan review keren dari yang punya foto. Walaupun saya tidak pernah percaya 100% review dari foodie wannabe. Yes! Maafkan kalau saya hanya percaya review dari foodie bersertifikat dan sudah diakui secara lokal dan nasional (agak berlebihan tapi ini penting untuk diketahui bersama).

Mari makan
Biasanya selain nama dan alamat lokasi TKP saya mencari apa makanan favorit yang jadi juara disitu. Setelah membuat listing maka akan langsung menuju lokasi. Kali ini saya mlipir ke Jalan Penjara menuju komplek D’Blitz, Saya ingin mencoba racikan Laksa Sarawak yang jadi favorit saya sejak lampau. Entah kenapa saya terlalu jatuh cinta dengan kuah kari nanggung dan aroma serta rasa daun coriander/ketumbar. Selain itu laksa biasanya akan ditambahkan udang rebus dan taburan potongan telur dadar dan ditambah tauge.

Hati Senang perut kenyang
D’Katamama nama tempat makan ini. Lokasinya berderet dengan lapak susu segar, bakso bakar, dan warung kopi. Jualan macam-macam makanan namun saya tidak terlalu ambil pusing karena dari awal sudah ingin menikmati laksa sarawak dan untuk mendampinginya pesanan saya es jagung. Saya ingin merasakan kombinasi yang mirip dengan yang pernah saya makan di pasar Satok Kuching. Walaupun tidak mungkin setara tapi minimal hampir serupa, Itu ekspektasi saya.

Selesai memesan makanan datang dengan cepat beserta minumannya langsung. Es jagung dengan santan. Santannya gurih dan manis tapi tidak dengan jangungnya. Rupanya sudah basi! Asam! Ini fatal menurut saya. Berhubung mood saya sedang baik dan kebetulan ada teman  yang memiliki satu los dilokasi ini. Penjual beralasan karena lampu mati sehingga penyimpanan tidak baik tapi menurut saya alangkah baiknya jika makanan dicoba dulu sebelum disajikan sehingga tidak fatal. Minuman saya diganti dengan es teh manis.
Mari bergembira
Bagaimana dengan laksa sarawak yang tadi saya pesan? Sayang sekali laksa ini menggunakan bihun yang masih agak keras. Kemungkinan masih kurang waktu mencelurnya kedalam air. Disajikan dengan kuah kari dengan santan dan warna yang kurang mlekoh menurut saya. Walaupun rasa kari sarawak bisa saya rasakan dibumbunya namun masih kurang dikaldu udang dan santan yang digunakan. Tidak ada tambahan irisan taburan telur dadar namun ada 3 buah udang besar yang digunakan, ditambah dengan tauge yang pas matangnya dan yang menyenangkan lagi adanya potongan daun coriander yang mempercantik sajian ini. Seruput kuah saya nikmati dengan udangnya yang masih manis dan kenyal. Ini mengindikasikan udang yang digunakan segar dan tingkat kematangannya pas.

Laksa Sarawak
Untunglah saat membayar sang empunya tempat memohon maaf berkali-kali, sayapun tidak terlalu berpanjang lebar dan langsung membayar makanan ini. Kalau tidak salah, saya menebus sekitar Rp 20.000,- untuk seporsi makanan ini. Memang terasa jauh dari kata puas tapi pelayanan disini cukup cepat dan parkirannya cukup luas. Kita bisa memilih untuk duduk didalam kedai atau duduk diluar kedai bersama dengan pelanggan dari tenant lainnya. Nilai 6 dari 10 sudah cukup menggambarkan keseluruhan tempat ini. Selamat makan dan salam yumces.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.