Rujak Buah di Bawah Pohon Ketapang

Tukang Jalan Jajan sedang ingin menikmati sesuatu yang segar dan membuat liur mengembang, mamang penjual rujak buah di Bawah Pohon Ketapang jl Purnama
Hembusan angin rindang menyapa dengan Bahagia, Tukang Jalan Jajan sedang ingin menikmati sesuatu yang segar dan membuat liur mengembang, jadilah mampir ke Bapak penjual rujak buah yang sudah mangkal belasan tahun dibawah pohon Ketapang. Cuaca Pontianak sedang tidak bersahabat. Asap hasil pembakaran hutan menutupi kota, sinar matahari sudah tidak tembus sampai kepermukaan bumi. Jangan ditanya bagaimana sesaknya nafas dan pedasnya mata saat harus beraktifitas di luar rumah. Tapi mau bagaimana lagi, inilah gambaran keadaan Kota yang selalu ada dua kali dalam setahun.

Rujak Buah di Bawah Pohon Ketapang
Rujak Buah di Bawah Pohon Ketapang



Rujak buah memang gampang sekali memancing liur untuk menetes, biasanya mamang rujak bergandengan dengan gado gado, yang ini beda. Tak ada gado gado, hanya rujak buah. Tanpa nama, hanya gerobak tapi antriannya selalu Panjang di jam jam tertentu. Selain harganya sangat terjangkau, porsinya juga besar namun yang terpenting, penjualnya sangat ramah. Menjual satu persatu kepada pelanggan setianya


Rujak Buah, Makanan Sela yang di Suka

Saya suka mengernyitkan kening jika ada orang yang berdebat mengenai makanan ini, baik dari segi bumbu maupun buah buahan yang dicampurkan kedalamnya. Sama seperti perdebatan mengenai salad buah, rujak juga punya background yang berbeda beda tergantung dimana daerahnya berasal. 

Rujak adalah hidangan salad buah dan sayuran tradisional yang biasa ditemukan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Jadi, makanan ini memang sudah dinikmati banyak masyarakat Asia Tenggara. Selain merujuk pada hidangan rujak buah ini, kata rujak juga berarti "campuran" atau "campuran eklektik" dalam bahasa Melayu sehari-hari.

Hidangan yang terdiri dari irisan buah-buahan, kemudian disajikan dengan kuah celup gula merah dan adapula yang menambahkan dengan petis udang, kacang dan cabe serta air gula jawa. Memang benar, kita sering mendengar nama rujak. Sering digunakan sebagai camilan atau pencuci mulut, ia memiliki rasa umami, manis, asam, dan pedas sekaligus merangsek jadi satu didalam mulut.

Rujak yang kita kenal terdiri dari potongan buah-buahan seperti bangkoang, nanas, kedongdong, jambu biji, mangga muda, papaya muda hingga serutan uni jalar, kemudian disajikan dengan saus yang disebut bumbu rujak, yang terbuat dari gula merah yang digiling dengan cabai, kacang tanah dan petis. Namun, ternyata salad punya sejarahnya sendiri lho.



Sejarah Panjang Rujak Buah

Jika ada yang mengatakan bahwa rujak muncul sejak Indonesia selesai dijajah, ada bukti lain yang cukup mencengangkan. Kata Rujak secara etimologis berasal dari kata Rurujak dalam sebuah prasasti Jawa kuno abad ke-10, menurut Fadly Rahman, seorang sejarawan di Bandung di Universitas Padjajaran (UNPAD), CNN Indonesia melaporkan. Saat itu, rujak dianggap sebagai makanan manusia. Mulia karena komposisinya mirip dengan salad Eropa. Pada tahun 2018, ketika KBRI Beijing menggelar acara peringatan HUT RI di Beijing, memberikan Rujak kepada tamu resepsi diplomatik, salah satunya Wakil Menteri Luar Negeri China Kong Xuanyou yang langsung terpesona dengan keunikan rasanya. 

Hal ini dikarenakan bahan-bahannya disesuaikan dengan kondisi makanan masyarakat pembuat Rujak di masing-masing daerah. Seperti Jawa Timur yang terkenal dengan Rujak Cingur yang diiris, dibersihkan dan dimasak moncong sapinya, kemudian dicampur dengan sayur, buah, tempe goreng dan tahu goreng potong dadu.

Kemudian, di Bali yang populer adalah Rujak Bulung, rumput laut yang direbus dan dicampur dengan racikan bumbu khasnya dan diberi saus pindang di atasnya, lalu diberi topping campuran gula merah, cabai, remah roti, dan jus lemon yang nikmat. Tentunya perbedaan cara penyajian rujak di setiap daerah menjadi ciri khas kuliner kota tersebut dan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mencoba perbedaan dan kelezatan rujak dari masing-masing daerah. Perbedaan cara penyajian Rujak merupakan salah satu bukti kekayaan dan keunikan cita rasa kuliner setiap daerah di Indonesia.


Rujak Buah di Bawah Pohon Ketapang

Nah, ini langganan Tukang Jalan Jajan selama tinggal di Pontianak, rujaknya sederhana, potongan buah menyesuaikan musim plus buah wajib seperti nanas, bengkuang, timun, papaya muda dan serutan ubi jalar dipadu dengan saus gula merah yang sudah diulek Bersama cabe, garam, air asam jawa dan kacang tanah yang selalu saya minta ekstra terasi ulek. 

Terasi di gerobak ini terasa berbeda karena melewati proses pematangan dengan cara disangrai hingga kering dan mengeluarkan aroma khas. Jangan ditanya nikmatnya jika sudah dicambur kedalam saus gula merah.

Buah buahan segar yang renyah dan masih muda mempunyai tekstur dan rasa yang berbeda, dengan tingkat keasaman, kemanisan dan kegurihan yang saling melengkapi serta turun naik dengan rasa pedas yang menggelora. Rasanya bergejolak jika sudah masuk kedalam mulut. 

Mamang yang ranah dan suka bercerita ini tidak menyediakan tempat makan namun jika mau duduk di pinggir parit, masih disediakan bangku plastic untuk sekedar duduk menunggu. Iya, kalau jajan disini harus sabar karena semuanya dibuat satu persatu walaupun pesanan satu orang. 

Mamang juga tidak pernah mau menjual bumbu sausnya saja jika kita tertarik, harus beserta buah buahan yang ada disana. Masalah parkir? Tentu bagi kendaraan roda 4 akan kesulitan karena berada tepat dipinggir jalan. Sebungkus rujak hanya dihargai 11 ribu dan baru naik di tahun 2023 dari 10 ribu rupiah.
Masalah rasa Kembali keselera anda, ingin seperti apa racikan pedasnya atau banyaknya terasi yang dimasukkan kedalam rujak ini. 

Siapa yang sudah mencoba rujak buah di bawah pohon Ketapang di Jalan Purnama 1 Pontianak ini, BTW hari jumat mamangnya libur karena harus menyangrai terasi. ? Selamat makan dan salam yumces.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.