Menikmati Kereta Api dari Varanasi ke Kolkata

Kereta kami berangkat jam empat subuh menuju stasiun Howrah di Kolkata. Dengan tubuh yang kelelahan kami langsung ketiduran. Namun ruang tunggu yang begitu terbuka itu membuat saya khawatir sehingga tidak bisa tidur nyenyak.

Kereta kami berangkat jam empat subuh menuju stasiun Howrah di Kolkata. Dengan tubuh yang kelelahan kami langsung ketiduran. Namun ruang tunggu yang begitu terbuka itu membuat saya khawatir sehingga tidak bisa tidur nyenyak. Maklum, jika ada yang berniat jahat, mudah sekali untuk melarikan barang-barang kami. Belum lagi soal kedatangan kereta yang tanpa pemberitahuan juga membuat saya khawatir ketiduran hingga ketinggalan kereta. Maklum saat itu kami semua dalam kondisi sangat kelelahan.
Menikmati Kereta Api dari Varanasi ke Kolkata
Menikmati Kereta Api dari Varanasi ke Kolkata
Akhirnya saya tidak bisa tidur semalaman karena khawatir dengan barang-barang kami. Iman yang tidur dalam posisi duduk mengapit ranselnya di antara kedua kakinya, sementara Alva menjadikan ransel besarnya sebagai sandaran. Walau sudah meletakkan barang-barangnya di posisi yang melekat di tubuh, namun jika dalam kondisi tidur tentu kita tidak sadar jika barang diangkut oleh orang yang berniat jahat.

Menjelang pukul tiga pagi, Iman terbangun. Niat awalnya ia ingin mencari minuman soda dingin namun setelah mencari hingga ke luar stasiun ia tidak juga menemukan penjual yang masih buka. Ada kios kecil namun tidak ada minuman dingin.  Akhirnya ia mengajak kami pindah dan menunggu di peron. Akhirnya saya menuruti untuk berpindah, dan untunglah di peron ada yang menjual minuman dingin bersoda di sana.

Pukul empat pagi lewat sedikit, kereta api tiba di peron di platform tempat kami menunggu. Karena masih lebih awal sekitar dua puluh menit dari jadwal keberangkatan di tiket, saya jadi bertanya-tanya apakah ini benar kereta yang kami tunggu. Soal waktu, saya sempat mengalami keterlambatan yang lumayan parah ketika hendak berangkat dari Stasiun Agra Fort menuju Tundla serta dari Tundla menuju Stasiun Mughalsarai. Jadi rasanya saya tidak akan heran kalau kereta di India terlambat lagi. Tapi kalau lebih awal dari jadwal ya saya tentu saja keheranan.

Bertanya kepada orang India juga jadi salah satu hal lain yang agak menjengkelkan. Entah karena bahasa Inggris saya yang kurang jelas, ataukah mereka yang kurang memahami bahasa Inggris, atau memang kebiasaan orang India suka nggak jelas kalau ditanya sesuatu, saya sering mendapat jawaban yang membingungkan tiap kali bertanya. Jadi saran saya, tanyakan hingga ke empat atau lima orang untuk meyakinkan sudah mendapat jawaban yang benar.

Setelah benar-benar yakin bahwa kereta tersebut adalah kereta yang benar, akhirnya kami langsung menuju ke kompartemen kami sebagaimana terdapat di tiket kami. Kali ini kami menggunakan kereta dengan kelas sleeper. Di India ada beberapa jenis kelas. AC dan Sleeper. Kelas AC terbagi lagi dalam beberapa tingkatan seperti First Class, AC 2 Tier, AC 3 Tier. Yang membedakannya adalah jumlah berth di masing-masing kompartemen serta disediakan makan malam ataupun makan siang. Sementara sleeper class adalah kelas terendah yang masih menyediakan berth atau tempat duduk yang bisa difungsikan pula sebagai tempat tidur. Sekilas sama dengan AC 3 Tier yang kami gunakan ketika berangkat dari Tundla menuju Mughalsarai, hanya saja alih-alih dilengkapi AC, hanya ada beberapa kipas angin di tiap kompartemen.

Idealnya saya ingin membeli tiket kelas AC untuk perjalanan ini, terlebih lagi jarak menuju Kolkata sangat jauh, hampir dua belas jam perjalanan. Namun apa daya, semua tiket benar-benar habis. Selain karena sedang musim libur dalam rangka festival Holi, Varanasipun termasuk kota kunjungan turis, sehingga tiket kereta dari dan menuju Varanasi selalu ramai. Akibatnya saya hanya berhasil memperoleh tiket kelas Sleeper. Itu jauh lebih baik ketimbang saya harus menunda keberangkatan.

Saya sudah menyiapkan mental untuk merasakan bagaimana rasanya menaiki kereta kelas sleeper. Saya teringat pengalaman saya menuju Tundla ketika harus menjadi penumpang gelap dan tersesat di gerbong kelas sleeper. Begitu ramai orang di sana. Beberapa penumpang terpaksa berbagi berth dengan penumpang lainnya. Penumpang yang tidak dapat tempat duduk, berdiri di sepanjang koridor.

Namun nyatanya pikiran negatif itu tidak mejadi kenyataan. Memang ketika saya tiba di kursi kami, ada orang yang sudah menempatinya. Namun ketika saya menunjukkan tiket, orang tersebut langsung berpindah. Beberapa berth lain juga tampak ada yang berbagi berth dengan penumpang lain, namun nampaknya mereka saling kenal. Tidak ada pula penumpang yang berdiri seperti halnya yang saya temui ketika menaiki kereta api menuju Tundla. Syukurlah, setidaknya saya jadi bisa tidur dengan tenang.

Teman satu kompartemen kami kali ini adalah sekelompok pemuda asal Bangladesh. Mereka berkerja di India dan sekarang hendak pulang ke negeri asal mereka yang berada di sebelah timur India. Ngobrol dan berkenalan dengan satu teman kompartemen adalah hal yang saya rasa harus dilakukan jika kita menaiki kereta dalam waktu yang panjang di India. Selain karena tidak ada yang bisa kita lakukan selama berjam-jam di dalam kereta, kita juga akan menemukan banyak kisah menarik dari mereka.

Selain menemukan banyak obrolan seru di dalam kereta, saya juga menemukan banyak pemandangan indah yang dilalui oleh kereta. Sesekali muncul hamparan indah sawah-sawah dengan padi dan gandum yang menguning. Di tengah-tengah persawahan saya sering melihat cerbong-cerbong asap yang entah apa kegunaannya. Pertanian menjadi salah satu sektor yang sangat diperhatikan di India. Dengan jumlah satu miliar manusia yang harus diberi makan, ketersediaan pangan yang stabil menjadi sebuah keharusan. Sesekali, kereta juga melewati desa-desa kecil. Terkadang pemandangan indah yang mempesona, terkadang kita bisa juga melihat sisi lain dari India yang miskin dan kumuh.

Perjalanan menuju Kolkata hanya di isi dengan obrolan dan kembali tidur. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Pukul empat sore, kereta melambat. Para penumpang tampak berkemas hendak turun. Sebentar lagi kereta tiba di stasiun Howrah, Kolkata. Tidak perlu terburu-buru sebenarnya karena stasiun itu adalah perhentian terakhir kereta. Tapi saya sudah tidak sabar untuk melihat Kolkata.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.