Gelegar Membahana dari Pinggir Kapuas saat Lebaran

Pontianak Kota Bersinar tagline yang melekat dengan Pontianak. Tepat dilewati garis Khatulistiwa, wajar kalau panasya minta ampun. Jika bertandang ke Pontianak tidak hanya sinar matahari dan panasnya saja yang bisa dinikmati. Banyak yang lain. Setiap bulan puasa dan idulfitri di Pontianak selalu terjadi perang Meriam Karbit


Pontianak Kota Bersinar tagline yang melekat dengan Pontianak. Tepat dilewati garis Khatulistiwa, wajar kalau panasya minta ampun. Jika bertandang ke Pontianak tidak hanya sinar matahari dan panasnya saja yang bisa dinikmati. Banyak yang lain. Seperti sekarang, setiap bulan puasa dan idulfitri di Pontianak selalu terjadi perang. Ledakan hebat menggoncang rumah. Suaranya keras dan lantang serta bersahut-sahutan. Saling menembak seperti sedang perang. Mereka dibatasi dengan sungai kapuas yang membentang panjang. Inilah dia meriam karbit. Permainan rakyat yang sudah ada sejak lama khas masyarakat melayu pinggiran sungai Kapuas

Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran

Awal mula
Pontianak. Kota yang berasal dari kata Kuntilanak. Hantu perempuan berambut panjang berwajah seram, menggunakan baju putih panjang dan suka mengoda pria. Suara tawanya yang nyaring membuat banyak orang bergidik ngeri. Begitulah kota ini dulu, dari cerita rakyat yang beredar mengatakan bahwa sultan pertama Pontianak, Syarif Abdurrahman Alkadrie baru saja hijrah dari kerajaan Mempawah dan bermaksud ingin mencari daerah baru untuk dijadikan kerajaan. Namun ditengah perjalanan Ia diganggu oleh kuntilanak dan untuk mengusirnya maka ditembakkanlah meriam sehingga kuntilanak itu pergi.

Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Kuntilanak berhasil di usir, setelah itu Syarif Abdurrahman Alkadrie mencari dimana peluru meriam itu jatuh. Disanalah kemudian berdiri Kesultanan Pontianak dan Masjid Jami berdiri sebagai perlambang kota Pontianak sampai saat ini.

Untuk mengenang kejadian ini, maka diadakanlah tradisi menembak meriam karbit. Dulu permainan ini bisa dilakukan kapan saja, namun sekarang difokuskan disepanjang bulan puasa dan puncaknya di malam takbiran hingga satu minggu setelah lebaran.


Menikmati permainan Rakyat
Saya memberanikan diri berdiri ditengah pertempuran meriam. Ledakan dikiri dan dikanan telinga saya membuat saya merasa lebih gagah. Menggunakan kapal wisata yang menyusuri sungai kapuas saya cukup membayar Rp 20,000,-

Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Dari kejauhan terlihat nyala api berkobar dan ita-tiba api menyambar dan terlihat lidah api yang sangat besar menyambar diujung meriam dan langsung diikuti dengan ledakan hebat yang sungguh luar biasa. Kapal terasa bergoncang dan sedikit oleng jika tepat berada didepan meriam yang ditembakkan. Sensasi ini yang memang saya cari. Sport Jantung ala Pontianak. Bagi yang tidak terbiasa sebaiknya berhati-hati untuk mendekat. Apalagi yang punya riwayat sakit jantung bahkan teman saya yang latah sangat menghindari lokasi permainan meriam karbit. Kata-kata tidak senonoh akan meloncat tanpa terkontrol sepanjang waktu.

Bagi yang suka memacu adrenalin silakan menyewa perahu tradisional untuk berlayar lebih dekat menyusuri pinggiran sungai melihat lebih dekat dari depan meriam ditembakkan. Keseruannya luar biasa selain telinga yang dilatih, adrenalin juga benar-benar terasah. Pemain meriam tidak akan perduli dengan kapal yang berseliweran, mereka tetap saja menembak dan terkadang sampan tradisional ini sampai tergoncang hebat.

Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Mau yang lebih berani? Kenapa tidak mencoba menembakkan meriam itu sendiri. Beberapa lokasi akan mempersilahkan pengunjung untuk menembakkan meriam dengan membayar Rp 20.000,- kita tinggal menyulut dan rasakan sendiri bagaimana roh yang seperti tersedot kedalam lubang pemicu dan ikut meledak bersama karbit yang terbakar.


Meriam
Dahulu, meriam karbit dibuat dari bahan batang kelapa atau batang pohon pinang. Seiring dengan berlakunya masa keemasan industri kayu, batang kelapa serta batang pohon pinang pun diganti dengan kayu gelondongan. Pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup panjang. Paling tidak proses perendamannya saja membutuhkan waktu hampir 1 tahun untuk mendapatkan kayu yang bagus dan mampu menghasilkan suara yang menggelegar. Meriam karbit juga mengalami evolusi, sudah jauh semakin modern

Meriam karbit terbuat dari kayu glondongan, dimana sebatang pohon utuh kira kira sepanjang  4-7 meter dengan diameter kurang lebih 1 meter. Untuk memperoleh kayu yang berkualitas, kayu hendaknya di rendam di dalam lumpur yang ada di dasar Sungai Kapuas. Tujuannya adalah membunuh serangga yang memakan kayu. Setelah sekian tahun di penamkan di dalam lumpur, kayu kemudian di naikkan ke atas panggung nibung. Proses penaikkan kayu ini terbilang sulit. Untuk meringankan kerja, biasanya kayu di naikkan saat air sedang pasang.

Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Namun saat ini perendamannya bisa lebih cepat 1-2 bulan hingga serat kayu menjadi rapat. Pohon kemudian dibelah menjadi dua kemudian bagian tengah dibuat lubang dengan diameter 60-70 cm meter. Kemudian pohon disatukan kembali dengan cara diikat dengan rotan setelah itu baru batang tersebut diberi lubang dibagian atas untuk hulu ledak dan disusun diatas panggung. Sebelumnya panggung sudah dipasang penyangga 45 derajat dengan moncong menghadap ke arah sungai.

Jika telah di rangkai sedemikian rupa, suara dentuman dari meriam karbit berbahan kayu ini sangatlah keras. Suara dentuman yang bagus adalah suara yang menggelegar dan menggema berulang dan mampu terdengar hingga 4-5 kilometer


Aturan main
Cara mainnya mudah. Sebelum di sulut, meriam terlebih dahulu diisi dengan air dengan jumlah tertentu. Kemudian, didalamnya dimasukkan karbit. Karbit yang bereaksi dengan air akan menghasilkan gas yang jika disulut dengan api akan mengakibatkan ledakan. Untuk satu kali permainan paling tidak dibutuhkan sekitar 3-5 ons karbit. Suara ledakan yang di hasilkannya mampu menggoyangkan bangunan di sekitarnya bahkan tidak jarang memecahkan kaca jendela.

Secara teoritis, ledakan yang di timbulkan meriam karbit di karenakan adanya konsentrasi gas di tempat yang sempit. Gas yang di hasilkan karbit memiliki sifat mudah terbakar. Akumulasi gas dalam jumlah besar dapat di peroleh dalam waktu relative singkat melalui pencampuran air dengan karbit. Karbit memiliki rumus kimia CaC2. CO2 yang terkandung dalam karbit dapat terlepas jika karbit terkena air. Jika gas CO2 berkumpul dan terakumulasi dalam ruang sempit (dalam meriam), maka gas akan mudah terbakar jika terkena api.

Efek ledakan akan semakin dasyat jika jumlah karbit dan air mengunakan perbandingan 2:1. Secara hitungan sederhana, untuk menghasilkan gas CO2 yang besar, 0,8 ons karbit harus di campur dengan 35cc air. Selain menggunakan karbit, ledakan juga bisa di timbulkan melalui pemanpatan gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Cara kerjanya sederhana, yakni gas LPG di mampatkan dalam ruang sempit. Setelah padat, gas LPG kemudian di sulut dengan api. Hasilnya, sebuah ledakan besar pun akan terjadi.

Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Bagi warga yang gemar akan tantangan, mereka dapat merasakan sensasi yang luar biasa saat menyulut meriam karbit. Dentuman suaranya yang menggemuruh mampu mengguncangkan gertak dan panggung kayu nibung yang dibangun di tepian Sungai Kapuas. Aksi ini jelas memacu kerja jantung.


Agenda wisata
Acara ini berlangsung setiap tahun selama bulan Ramadhan hingga 1 minggu setelah ramadhan dimana puncaknya pada saat malam takbiran. Permainan tradisional meriam karbit ini akan sangat mudah dijumpai hampir disepanjang sungai kapuas.

Cari saja di sepanjang jalan Tanjung Raya 1 hingga Tanjung Raya 2 hingga Parit Mayor. Paling tidak ada 22 titik permainan meriam. Dimana masing-masing titik terdapat 5 buah meriam sedangkan dibagian seberang sungai sepanjang Jalan Tanjung Pura, Jalan Imam Bonjol hingga Jalan Adi Sucipto terdapat 21 titik yang rata-rata tiap titiknya juga berjumlah 5 meriam. Untuk tahun 2015 ini paling tidak ada 194 meriam yang akan ditembakkan secara beruntuk sepanjang hari.

Jika ingin menikmatinya dari sungai Kapuas juga bisa menggunakan perahu wisata yang berlayar disore hari. Menggunakan kapal wisata yang menyusuri sungai kapuas saya cukup membayar Rp 15,000,-. Kapal motor berukuran 10 x 3 siap menghantar tamu untuk menikmati sungai Kapuas.

Kapal wisata ini biasanya bersandar di alun alun kapuas. Saya sarankan untuk memilih mengantri pukul 4.30 sore untuk keberangkatan 5 sore. Selain mendapatkan sensasi kejutan dari tembakan meriam karbit, wisatawan yang beruntung bisa melihat matahari terbenam yang bulat dan berwarna kuning tua, membias terpendar diatas air sungai kapuas. Sungguh pemandangan yang luar biasa bagi saya yang mencintai sore hari

Kapal wisata ini menyediakan beberapa meja dan kursi serta beberapa kursi di bagian tepi kapal hingga bagian depan kapal. Paling tidak jika penuh mampu menampung 50 orang dalam sekali keberangkatan. Cemilan ringan, minuman segar dan mie rebus tersedia lengkap didalam kapal ini. Harganya memang lebih mahal daripada harga normal tapi mampu menemani perjalanan selama 45 menit menyusuri sungai kapuas melewati kedua sisi sungai.

Sembari duduk di tepian kapal, dari kejauhan terlihat nyala api suluh terkena angin dan tiba-tiba api menyambar diujung hulu ledak meriam karbit dan terlihat lidah api yang sangat besar menyambar diujung meriam dan langsung diikuti dengan ledakan hebat menggelegar yang sungguh luar biasa. Kapal terasa bergoncang dan sedikit oleng jika tepat berada didepan meriam yang ditembakkan. Sensasi ini yang memang saya cari. Sport Jantung ala Pontianak

Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Meriam Karbit di Kota Pontianak saat takbiran
Bagi yang suka memacu adrenalin silakan menyewa perahu tradisional untuk berlayar lebih dekat menyusuri pinggiran sungai melihat lebih dekat dari depan meriam ditembakkan. Keseruannya luar biasa selain telinga yang dilatih, adrenalin juga benar-benar terasah. Pemain meriam tidak akan perduli dengan kapal yang berseliweran, mereka tetap saja menembak dan terkadang sampan tradisional ini sampai tergoncang hebat.

Selamat mencoba dan merasakan sensasinya. Oh ya kalau ke Pontianak jangan lupa beli oleh-oleh di sini

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.