Delhi, Ibukota Lebih Dari 1 Milyar Penduduk India


Perencanaan satu tahun bukan hal yang sebentar saat memutuskan untuk memilih India sebagai destinasi impian. Salah satu hal penting kenapa saya harus ke India adalah karena festival holi dan festival warnanya. Memilih kota yang tepat dan aman di tiap negara bagian India bukan hal yang mudah, membaca banyak referensi untuk menentukan kota yang seru sekaligus aman. Saya memutuskan memasuki India melalui Ibu Kota Negaranya New Delhi dan siap menemukan keunikan holi festival di Jaipur dan meneruskan ke kota lain seperti Agra, Varanasi dan berakhir di Kolkata. Rasanya sudah tidak sabar menceritakan bagaimana Incredible India yang sebenarnya

Hobi saya hanya melompat 
Berteriak dan klakson

Walaupun ibukota negara, saya masih merasakan kumuh dan semrawutnya kota ini, hanya ada dua hal dibenak saya saat melewati jalan-jalan utama yang berdebu. Kotor dan bau, saat mengandarai kendaraan umum di kota ini hanya dua hal yang saya bisa pelajari injak rem dan memencet klakson. Sepanjang perjalanan hanya itu yang bisa didengar, seperti lagu saja nadanya, tidak ada henti sampai titik perjalanan berakhir. Tapi saya boleh mengacungi jempol, walaupun berantakan hampir tidak ada kecelakaan dan sayapun jarang sekali melihat lampu merah yang berfungsi atau polisi yang mengatur lalu lintas. Berjalan kaki di Jalan utama New Delhi membutuhkan konsentrasi dan mesti sabar menghadapi berbagai halangan dan rintangan.
Gorengan
Sandwich goreng berlasakan koran dengan kuah kari
Selain kendaraan seperti ricksaw, becak, motor dan mobil pribadi, manusia juga harus berbagi jalan dengan sapi dan anjing yang berlalu lalang sangat banyak. Beberapa daerah kumuh seperi stasiun kereta utama juga saya lewati untuk menuju tempat wisata disana. Kotoran binatang dan manusia sepertinya bercampur menjadi satu tanpa tahu siapa pemiliknya. Menarik sekali melihat sapi disini hampir tidak ada pemiliknya. Berkeliaran bebas, ada juga yang menarik gerobak berisi bermacam-macam barang dagangan. Jika berjalan lihat baik-baik kebawah, banyak kotoran hewan, ludah bercampur pan (sirih). Jangan kaget kalau ada yang tiba-tiba melempar minuman hangat di halaman toko dan terciprat di kaki. Ini sebagai pembuka hari dan pembuka gerbang rejeki
Macet 
Menyusuri trotoar di pasar
Saya juga salut dengan jaringan kereta api dari kota New Delhi dan India kebanyakan, semua sudah terhubung dengan jaringan kereta api yang dapat diakses secara online dan juga sudah terdapat metro yang bisa digunakankemana mana, harganyapun tidak terlalu mahal, berkisar antara 16-20 Rupees tergantung jauh dekatnya lokasi yang ingin dikunjungi.

Delhi beranjak sore
Entah bagaimana bisa hidup dalam kesemrawutan ini, saya merasa semua bagai lantunan lagu yang indah. komposisinya berasal dari bunyi klakson dan teriakan orang-orang. nadanya tersusun dari debu dan tumpukan kotoran dan sampah. Sentuhan hentakan lembut dari bangunan-bangunannya yang dibuat megah dengan sentuhan arsitektur yang rapi dan simetris
Berangsur malam
Menngunakan Salwaar Kameez
Beberapa tempat yang biasa dikunjungi adalah Red Fort dan Pasar Chadni Chowk yang menyimpan banyak lorong tersembunyi. Pasar ini juga sangat luas seperti Chatuchak di Bangkok. Gunakan Maps.me untuk memudahkan mencari jalan masuk dan jalan keluar. Disekitar tempat ini banyak sekali penjual makanan dan barang kebutuhan sehari-hari termasuk juga berbagai macam peralatan sholat dan permadani karena tidak jauh dari Jamak Masjid yang berdiri kokoh ditengah pasar. Jalanan berdebu dan berliku merupakan tantangan menyenangkan. Ada beberapa tempat lain yang bisa dikunjungi di New Delhi seperti Qutab Minar dan beberapa peninggalan lainnya.

Pasar Kaki Lima
Jal Jeera
New Delhi memang luas perlu waktu panjang untuk mengeksplorasinya. Saya mencoba masuk kedalam Red Fort. Bagi turis asing akan dikenakan biaya 100 rupees sedangkan warga lokal dikenakan biaya 15 rupees saja. Sepertinya pemerintah India tahu benar bagaimana melakukan pembiayaan saling silang. Saya salut dengan beberapa tempat wisata di India yang di jaga sangat baik tapi berbanding terbalik dengan lingkungan di sekitarnya. Begitu pula dengan kuil atau tempat ibadatnya. Walaupun disekelilingnya di penuhi gelandangan tapi di bagian dalam tertata rapi dan bersih. Saya selalu terkesima dengan bangunan megah dengan karya yang luar biasa.

Kuil Merah
Penjual minuman pinggir jalan
Kita tidak boleh lupa bahwa beberapa orang terkaya di dunia fersi FORBES berasal dari India sementara angka kemiskinannya juga tinggi. Perbedaan itu memang sangat curang dengan jurang yang dalam. Dulu mungkin adanya sistem kastanisasi, entah sekarang. Saya tidak terlalu paham sosiologi atau keilmuan lain yang berhubungan. New Delhi sebagai ibu kota negara di mana wajah negara langsung tergambar di sana. Saya tidak punya banyak waktu mengeksplorasi India, saya tidak bisa mengambil kesimpulan lalu menggambarkan keadaan keseluruhan tapi rasa senang dan penuh petualangan saya rasakan di sini. Gaya backpacker dan traveling hemat ala saya memang teruji di sini. “sometimes you falling in love sometimes you hate it!”
Gerobak sepeda
Turis di Red Fort
Rencana saya tulisan tentang india ini akan saya tulis menjadi buku. Apa judulnya kira-kira ?
Baca tulisan saya selanjutnya di sini
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.