Banyak lokasi jelajah alam yang bisa dinikmati. Hari
pertama kami menjelajah didalam kampung. Menaiki mobil dengan bak terbuka,
Menyusuri beberapa jalan kampung dan menghirup udara yang sangat segar,
melewati rumah-rumah kampung yang rapi lengkap dengan berbagai macam aktifitas.
Anak-anak tertawa riang bermain dihalaman. Baru kali ini saya merasakan udara
yang segar memenuhi paru-paru, terasa sekali betapa leganya dada. Mobil yang
kami tumpangi berhenti dibagian belakang rumah panjang, rupanya Scott memenuhi
janjinya untuk membawa kami ke rumah asal yang merupakan asal mula orang-orang
Kelabit di dataran tinggi Bario.
 |
Rumah Asal orang Kelabit |
 |
Ruang yang panjang |
 |
Ruang pertemuan keluarga |
Kalau biasanya orang bertamu dari beranda kami justru
masuk dari bagian dapur yang memanjang dan terhubung dengan semua keluarga.
Setiap rumah punya tangga menuju dapurnya masing-masing. Begitu masuk kami
disambut tungku untuk memasak, sungguh terlihat keakraban yang luar biasa
karena apapun yang dimasak oleh keluarga lain maka akan tercium oleh keluarga
lainnya. Dibagian dapur ini terdapat tangga yang tersembunyi menuju bagian
bawah rumah, rupanya menuju kandang peliharaan dan juga toilet dan kamar mandi.
Saya mengurungkan niat untuk terus kebawah karena terlalu gelap. Didapur ini
terdapat tempat mencucui piring. Lantai beralaskan tikar untuk tempat makan
bersama dan satu ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan peralatan dapur.
 |
Dapur |
 |
Bagian dapur |
Dari dapur ini kami menyusuri lorong yang terhubung
dengan beberapa pintu kamar, saya melihat ada 4 buah pintu kamar dan lorong ini
tersambung dengan ruang keluargal dibagian depan yang digunakan sebagai ruang
berkumpulnya seluruh anggota keluarga untuk merayakan berbagai pesta seperti
gawai atau pernikahan. Ruangan ini sungguh panjang menghubungkan keluarga
disetiap sudut dimana merupakan pintu keluar yang tersambung dengan rumah
panjang lainnya. Semakin besar keluarga yang mendiami rumah ini maka semakin
panjang rumah ini.
 |
Kayu bakar |
 |
Perapian untuk memasak |
 |
Bagian bawah rumah sebagai kandang binatang peliharaan |
 |
Salah satu foto empunya rumah |
Disepanjang ruangan ini terdapat foto-foto keluarga
besar yang menjadi anggota keluarga ini termasuk sebuah papan besar yang
menuliskan silsilah keluarga dengan lengkap. Pemandu kami, Scott juga
menjelaskan bahwa orang kelabit banyak sekali bekerja di perusahaan bonafit
serta berada di pemerintahan. Orang Bario sngat terkenal dengan kecerdasan
intelegensianya dan masuk kedalam 7 komunitas yang memiliki kepintaran di atas
rata-rata menurut penelitian World Teleport Association. Ini semua akibat
konsumsi bahan makanan yang baik dan sehat dari penduduk kampung. Saya
mengamininya karena memang sayuran segar dan daging tanpa pestisida dan bahan
kimia serta dimasak tanpa menggunakan penyedap buatan, hanya menggunakan garam.
 |
Rumah yang agak modern |
 |
Rumah di Kampung |
Setelah selesai menikmati seluruh tempat ini kamipun
berpamitan dengan beberapa anggota keluarga yang ada disini sekaligus
mengucapkan terimakasih karena sudah boleh datang dan mengambil gambar ditempat
ini. Saya juga harus mengingatkan jika kita berkunjung ke suatu tempat jangan
lupa untuk meminta ijin saat akan mengambil gambar orang atau tempat. Kami pun
kembali menaiki mobil untuk kembali ke rumah dan menikmati makan siang yang
sudah disiapkan. Perutpun keroncongan dan tidak sabar minta diisi. Saya sudah
tidak sabar dan penasaran menu apa yang disajikan siang ini.
 |
Jalan kampung |
Sembari menikmati makan siang berupa dendeng rusa
hasil buruan, pakis hutan, labu siam dan ikan sungai goreng. Enak dan terasa
kesegarannya. Selesai makan kami pun berbincang sejenak dan membicarakan bahwa
nanti sore akan mencoba eksplorasi hutan di belakang rumah asal dan malamnya
akan ada acara pesta penerimaan tamu di salah satu rumah panjang milik warga di
Bario sekaligus undangan makan malam. Walaupun siang hari panas tidak terasa
menembus kulit, udara tetap sejuk karena suhu hanya berkisar 20 derajat celcius
saja. Memilih untuk memejamkan mata dan menunggu sore sungguh menyenangkan.
 |
Alam hijau nan cantik |
Pukul 3 sore saya dibangunkan, kami siap untuk
mengeksplorasi hutan dibelakang rumah asal. Melewati jalan yang sama lalu
dilanjutkan melewati jalanan sempit kampung ini. Sampai diujung jalan dimana
kami harus berjalan kaki. Saya melihat hamparan padi yang baru saja di tanam,
beberapa masih kosong dan ada tumpukan padi yang baru di semai. Scott
mejelaskan bahwa padi disini ditanam tanpa menggunakan pupuk kimia dan
pestisida. Air yang digunakanpun berasal dari gunung. Panen biasanya dilakukan
1 tahun 2 kali, hasilnya dikonsumsi sendiri dan ada juga yang dijual jika panen
berhasil. Harganya cukup mahal, RM 30 segantang (3,5 kilogram) karena
kualitasnya yang bagus dan rasanya yang juara. Walaupun butirnya lebih kecil
tapi benar-benar pulen dan gurih. Beras Bario sangat terkenal di Sarawak dan
Malaysia.
 |
Rumah di kampung |
Kami menyusuri jalan kecil setapak, kami menyusuri
jalan melewati rimbunnya rumput dan jembatan kecil diatas sungai yang hanya terdiri dari 3 kayu
kecil. Beberapa kali Scoot menunjukkan dau daun berbentuk unik sekaligus nama
latinnya termasuk beberapa jenis daun yang bisa digunakan sebagai bumbu
makanan. Sampai akhirnya Oil, teman Thailand saya menemukan daun yang bisa
digunakan untuk membuat tom yam. Kami meminta Scoot untuk mencarikan ayam
kampung muda untuk dijadikan tom yam yang akan diracik langsung koki thailand
sebagai menu makan malam esok hari. Semua daun yang akan digunakan sudah
dikumpulkan termasuk beberapa lembar daun salam.
 |
Wajah sendu karena sedang sakit |
 |
Marris, Anak dan Ibu serta Arlyn (Ki-Ka) |
Perjalanan sore ini berujung di sebuah rumah singgah
ditengah hutan, kami bertanya, rumah siapakah ini? Ternyata ini merupakan rumah
yang digunakan orang diatas gunung saat mereka turun gunung untuk bertransaksi
menjual hasil bertani atau membeli keperluan sehari-hari. Saat kami hampir,
terlihat seorang anak yang diperkirakan berumur 5 tahun ini yang kuyu duduk
dimuka pintu. Ternyata anak ini sedang sakit sehingga harus beristirahat dan
tidak dibawa masuk kampung. Saat disapa sang ibu tiba tiba muncul dari belakang
menggendong anak yang berumur 2 tahun. Ibu muda ini sendiri ditaksir belasan
tahun. Karena kesulitan berkomunikasi kami tidak terlalu lama berada disini dan
beranjak pula karena hari beranjak sore.
Perjalanan masih panjang. Tunggu dengan sabar cerita selanjutnya.
Gabung dalam percakapan
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry