Tidur nyenyak
dengan perut kenyang dan semilir angin segera terhenti saat sentuhan lembut
membangun kami untuk segera menuju spot berikutnya. Menuju sebuah situs
purbakala. Kami diaja menyusuri padang luas dibelakang kampung yang dipenuhi
oleh tanaman pakis merah liar. Jalan kecil dan sederhana serta gerbang tua
berpagar sederhana dilewati. Ternyata di dalam sana masih ada persawahan yang
cukup luas dan juga perkebunan nanas. Jika tidak hati-hati maka duri daun nanas
akan menggores kulit. Saat ini sudah selesai musim panen padi dan nanas jadi
sawah dan kebun kosong melompong tanpa ada sisa panen.
 |
Sawah sudah selesai di Panen |
 |
Masih banyak pepohonan karet |
Perjalanan
selanjutnya melewati kebun karet tua yang rimbun dan perjalanan mulai memasuki
kawasan rawa-rawa. Dengan berhati-hati kami menuju sebuah batu besar tingginya
sekitar 3 x tinggi orang dewasa dan lingkarnya kurang lebih 10 kali bentangan
tangan orang dewasa. Batu ini bernama batu Narit yang merupakan situs sejarah
megalitikum. Dibagian paling atas terdapat lukisan kuno “Upai Semaring” sebagai
penanda batas wilayah kekuasaannya. Tapi semua ini masih misteri dan hanya
menjadi cerita penduduk kampung. Saya sempat memanjat ke atas batu untuk
melihat lebih jelas sambil mengambil gambar
 |
Perjalanan masih panjang |
 |
Pintu pagar masuk ke situs Megalith |
Haripun sore dan kami meninggalkan lokasi ini untuk kembali menuju
kampung Pa’ Umor, tidak lupa memanen pakis hutan muda yang lezat untuk bisa
dinikmati malam harinya. Sesampainya di kampung, sudah siap beberapa mobil
untuk menjemput kami kembali ke Ngimat Ayu Guest House. Malam ini kami sudah
siap dengan dua menu yang pertama adalah tom yam dan tumis pakis. Lelah akan
hilang tersapu makanan lezat yang sudah terbayang didepan mata.
 |
Sampai d batu megalitikum |
 |
Akhirnya Sampai juga |
 |
Gede kan batunya |
Selesai
membersihkan diri dan makan, malam hari ini kami berkesempatan berbincag dengan
Scoot. Sambil menyeruput kopi berbagai macam cerita berhasil didapat, termasuk
Pesta Nukenen Bario atau “Bario Food Festival” yang berlangsung diakhir Juli
hingga awal Agustus. Sayang saat saya datang festival ini sudah lewat. Dari
foto-foto yang saya lihat, festival ini merupakan surga bagi pecinta kuliner
dimana makanan lokal yang jarang keluar akan muncul di festival ini termasuk
pertunjukan tradisi dan budaya. Seluruh penduduk dari berbagai rumah panjang
akan hadir disini. Penduduk akan berkumpul bersama dan merayakan kebahagiaan di
Nukunen festival
 |
Long Journey |
 |
Me and the Gank |
Akhir dari
Perjalanan
Siang ini kami
akan kembali kenegara masing-masing. Sedih meninggalkan alam yang sangat alami
dalam kesederhanaan ini. Banyak cerita yang akan kami bawa. Bandara ini
disesaki penumpang yang akan menuju Marudi dan Miri. Kebanyakan membawa hasil
bumi. Untuk ukuran bandara kecil, tempat ini sangat sibuk. Banyak yang membawa
hasil pertanian untuk dibawa kekota. Saya sendiri melihat kantong oleh oleh
yang dititipkan Scott untuk dibawa pulang ke Indonesia. 2 kilogram beras Bario
dan sebatang kayu manis sepanjang 1 meter yang terpaksa saya patahkan menjadi
2.
 |
Kami tetap bahagia |
Seperti
sebelumnya. Kami harus melewati mesin timbangan bersama barang bawaan, setelah
itu baru barang dimasukkan kedalam bagasi. Pemeriksaan sangat sederhana, tanpa
mesin X-Ray hanya 2 wanita RELA (pengamanan sukarela) yang memeriksa tas dan
tubuh penumpang yang akan berangkat menggunakan pesawat sebelum masuk ke ruang
tunggu. Saya merasa belum puas menikmati kesegaran Bario.
Bagi saya
yang hidup dengan segudang aktifitas modern dengan lingkungan perkotaan,
tinggal tiga hari di Bario membuat saya menemukan gaya hidup yang unik dan
berbeda. Hidup dengan mengandalkan alam. Menghirup udara segar sepanjang hari.
Belajar menikmati berbagai macam tradisi dan kekayaan alam serta aktifitas
dialam membuat saya menemukan kesederhanaan tanpa modernisasi. Jauh dari nada
dering panggilan telepon atau bunyi notifikasi dari jejaring sosial. Tidak
sibuk mengecek email atau stress dengan pekerjaan sembari memandang laptop.
Jauh dari mal dan kehidupan malam penuh hura-hura serta tidak terjebak macet
dengan bunyi klakson memekakan telinga. Tidak ada polusi dari knalpot
kendaraan.
 |
Always Happy. Thanks Guys! |
Interaksi
setiap hari langsung bertatap muka satu sama lain. Tidak ada keramahan semu di sini. Semuanya menyapa
dengan tulus. Hidup menjadi sangat akrab dengan satu sama lainnya. Saya sangat
menikmati hidup disini, jauh dari kemewahan dan peradaban elektronik. Masih ada
aktifitas lain seperti Bird watching, kabarnya disini ada 2 jenis burung
endemik yang hanya ada di Bario. Jangan lupa juga untuk mencoba sensasi bermain
kayak di dataran tinggi yang pastinya berbeda.
 |
Love ya Bario |
Saya juga
mengingatkan bagi yang tidak terbiasa berada didataran tinggi untuk
berhati-hati dengan mountain sickness karena teman saya ada yang mimisan karena
belum pernah kedataran tinggi sebelumnya.
Saya yakin
jika Bario adalah obat manjur menjauh dari stress
Gabung dalam percakapan
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry