Municipal Park, salah satu lokasi yang masuk dalam
daftar kunjungan saya. Sebenarnya saat di Songkhla saya ingin mengujungi Ko Yo
Island namun sayang untuk menuju kesana harus menggunakan jasa tuk-tuk atau
menyewa mobil. Kalau mau hemat bisa melakukan hitch hiking. Menyewa tuk-tuk
atau mobil pasti terkendala dengan biaya sedangkan hitch hiking butuh waktu
yang cukup panjang. Saya skip untuk menikmati sleeping Budha dan keindahan Koyo
Island. Semoga lain waktu masih bisa mengunjunginya.
 |
Sampai juga |
 |
Sudah pukul 5 sore |
Perjalanan dari Songkhla menuju municipal park
berjalan sangat lambat. Pukul 5 sore baru kami tiba tepat di pintu masuk Municipal
Park, memang sudah agak sore tapi saya memilih nekad karena melihat masih
banyak seong teaw yang berseliweran. Apalagi saya sempat bertanya kepada supir
seong teaw bahwa mereka masih beroperasi hingga pukul 7 malam. Oke! Mari masuk
dan melanjutkan perjalanan menyusuri bukit ini. Perbekalan air masih ada,
semangat masih ada dan badan masih punya tenaga. Mari berpetualang dengan
bahagia.
 |
Menyukai sore |
 |
Sore yang membahagiakan |
Begitu masuk saya langsung melipir kesebelah kanan
pintu masuk. Terdapat aula yang cukup besar yang tersambung dengan kolam ikan
yang super besar. Ada permainan bebek engkol yang bisa dinikmati berdua atau
berempat menyusuri kolam ikan. Ada juga penjual makanan ikan yang bisa dibeli
untuk dibagikan kepada ikan-ikan yang ada di kolam. Saya memutuskan melewatkan
permainan ini selanjutnya saya mencari informasi ke petugas disana bagaimana
bisa naik ke puncak bukit. Ternyata kantor sudah kosong begitupula dengan Cable
car, sudah tidak beroperasi juga. Ternyata pukul lima sudah berhenti
beroperasi.
 |
Bagian puncak yang sedikit berkabut |
 |
Please bring me |
Akhirnya mengikuti intuisi untuk berjalan sembari
melihat petunjuk arah. Ternyata banyak juga orang-orang yang berolahraga sore,
melakukan lari lari kecil. Banyak juga orang yang menggunakan sepeda. Ternyata
dari tanda jalan, untuk sampai puncak harus melewati jalan menanjak sejauh 5
kilometer dan tanjakan 45 derajat. Terasa sekali betis mengeras dan tubuh harus
sedikit dibungkukkan sembari memanggul backpack. Saya berusaha sampai dipuncak
untuk melihat matahari terbenam. Itulah hal yang membuat saya bersemangat
mencapai puncak. Napas senin kamis, satu-satu. Sembari melihat tanda jalan kami
memperhatikan ternyata di tiap puncak 3 patung tinggi, Brahma dipaling puncak,
patung Budha dan Patung dewi Kwan Im. Masing-masing tempat ini memiliki kuil
yang indah dan taman yang juga cantik. Ditambah beberapa patung besar yang
cantik.
 |
Patung Brahma |
Saya sampai di Puncak paling tinggi dengan nafas
tersengal sengal dan pinggang sakit. Ini perjalanan yang luar biasa. Saya
melewati sunset yang saya sukai. Tapi ada perasaan bangga saat saya sampai
diatas. Bunyi lonceng di kuil Budha 4 wajah ini berdentang keras terkena angin
bersahut-sahutan. Banyak patung gajah raksasa sumbangan dari umat dari berbagai
belahan dunia, salah satunya adalah gajah berkepala 3. Karena sudah sore saya
hanya melihat-lihat sebentar, selain sudah sepi terasa semriwing juga mencium
aroma dupa. Rupanya disinilah cable car berakhir. Saya sudah berada ditempat
paling tinggi di Municipal Park, sebenarnya jika datang disiang hari saya bisa
melihat panorama 360 derajat Hat Yai. Beristirahat sebentar, melihat pendar
warna sore dan akhirnya memutuskan untuk turun.
 |
Kumpulan Gajah hasil sumbangan |
Jalanan gelap menurun, untung saya membawa powerbank
yang sekalian bisa dijadikan senter. Kami berjalan berhati-hati dalam gelap.
Beberapa mobil dan sepeda melintas. Akhirnya kami menemukan sepasang suami
istri pelari yang juga menuruni bukit, Mereka sangat ramah dan mengajak kami
bersama-sama dan dari pengalaman saya pertama kali yang ditawarkan adalah air.
Inilah bahasa keramahan yang sering saya dapatkan di Thailand. Kami terus
menapaki jalan turun. Kali ini paha benar-benar harus kuat menahan beban tubuh
yang cenderung bablas kebawah.
 |
Patung gajah berkepala 3 |
Kami tiba disatu tikungan yang menuju ke Patung Budha
yang sangat tinggi. Inilah standing Budha Complex. Kami putuskan untuk berbelok
kesana untuk melihat.Ramai sekali orang-orang yang beribadah dan juga
mengunjungi tempat ini. Tempat ini ternyata di bangun untuk merayakan ulang
tahun Raja Bhumibol Adulyadej. Patung Budha ini juga disebut The Phra Buddha Mongkol
Maharaj benar-benar sebuah karya seni yang mengesankan . Tangan kanan Budha diangkat
dan jari telunjuk menyentuh ibu jari menunjukkan Dharmachakra yang merupakan
simbol yang paling penting dari agama Buddha .
 |
Backgroundnya Kota |
Standing Buddha ini
melambangkan keberanian Sang Budha setelah mendapatkan pencerahan. Patung Budha yang besar dan
tinggi serta terletak di atas bukit membuatnya gampang terlihat dari mana pun. Ternyata dibagian depan terdapat hamparan padang yang
cukup luas. Diujung terdapat pemandangan yang indah, dimana warna temaram lampu
yang kelap kelip menunjukkan keindahan kota yang berdenyut. Lampu-lampu
kendaraan bergerak sesuai lajur jalan, sungguh indah kerlap-kerlip ini. Setelah
puas mengambil gambar saya bergerak turun kebawah melewati tangga yang super
gelap dan sepi, tapi ternyata dibeberapa anak tangga terdapat pasangan muda
yang sedang berpacaran dalam gelap. Untung saya tidak menendang mereka karena
tidak terlihat. Cahaya senter dari powerbank ini benar-benar membantu dan luar
biasa. Kami menyusuri jalan hingga ke bawah.
 |
Standing Budha |
Melewati anak tangga yang super gelap ini terlihat
beberapa taman yang dipenuhi dengan patung-patung besar dan indah. Salah
satunya lokasi yang membuat kami harus berhenti sebentar adalah patung 12 shio.
Masing-masing shio berpose bersama dewi Kwan Im. Cukup menarik namun sayang
kemampuan camera saya buruk dimalam hari. Perjalanan berakhir saat tiba di
gerbang mulut naga. Saya sempat terkejut karena ada orang yang tiba-tiba
berpapasan, ternyata ia adalah penjaga tempat ini yang sekaligus mengecek kotak-kotak
sumbangan.
 |
Kabur :( |
Masih ada satu patung lagi yang kami kunjungi kuil
Guan Yin. Saya menemukan patung Dewi Kwan Im atau Guan Yin dalam bahasa thai yang di jaga
oleh 4 patung dewi di 4 penjuru dan masih sempat melihatnya sembari mengambil
gambar. Tangan kanannya memegang vas berisi air murni dan tangan kitrinya
memegang ranting. Tepat di depannya terdapat altar persembahan yang dipenuhi
lilin merah. Tidak ada seorangpun disini. Tidak ada suara apapun hanya suara
binatang malam. Tapi untungnya disini masih ada lampu tembak yang sedikit
banyak menyinari perjalanan menyusuri bukit. Malam semakin larut sudah pukul
setengah 8 malam.
 |
Patung Dewi Kwan Im |
Saya juga sempat melihat patung Budha yang tersenyum
dengan perutnya yang buncit, buncit di sini menggambarkan kemakmuran dan keberuntungan.
Ternyata inilah yang disebut Happy Budha. Saya tidak dapat melihat dengan jelas
karena hanya ada cahaya yang temaram saja. Mempercepat langkah adalah hal yang
bijaksana didalam kegelapan. Perjalanan masih melewati lembah yang berkelok.
Ternyata masih cukup jauh. Jalanan ini benar-benar sepi, tidak menemukan orang
ataupun kendaraan lewat. Sampai akhirnya ada titik terang diujung jalan,
beberapa rumah retret dengan lampu temaram dan terdapat taman dengan beberapa
motor terpangkir sementara pemiliknya berduaan didalam gelap. Mata celingukan
dan berusaha mencari pemandangan bagus.
 |
Kuda dan kereta kencana |
Dibagian bawah taman ini ternyata terdapat tempat
parkir yang lumayan luas namun sudah sepi, Saya sempat melirik jam tangan,
pukul 8 malam. Saya semakin berdebar-debar, bagaimana kami bisa pulang dengan
kendaraan umum. Walaupun begitu kami masih memutuskan untuk membeli air putih
dingin untuk melepas dahaga yang luar biasa. Masih sempat juga mengabadikan
beberapa di foto ditaman lampion dengan berbagai macam bentuk yang menarik.
Mulai dari segerombolan anak bebek bersama induknya. Kotak-kotak hadiah dengan
cahaya lampu yang cantik bersama sinterklas ditaman dan masih banyak lagi
miniatur unik di taman ini yang sangat cantik dilihat saat malam tiba.
 |
Sekumpulan Bebek |
Puas berfoto kamipun menunggu beberapa lama hingga
pukul 9 dan tidak satupun seong teaw maupun tuk tuk yang melewati Municipal
park. Hampir 45 menit berdiri dan sudah jam 9 malam. Lelah dan baju yang basah
karena keringat sudah kering di badan. Badan capek dan hatipun sudah lelah menunggu
dan saya masih berdiri di pinggir jalan dan berharap bisa pulang menggunakan
kendaraan umum.
 |
Malam hari yang indah |
Apa saja yang bisa dilihat di Municipal Park? Golden Buddha,
Guan Yin Temple, Cai Shen, menyusuri danau, menaiki bukit, jogging disekeliling
taman, memberi makan ikan di danau, makan makanan lokal, mengambil foto, melihat
panorama Hat Yai. Siapkan waktu disiang hingga sore hari paling tidak 4 jam.
Tempat ini sebenarnya indah dan saya berjanji untuk mengunjunginya lagi suatu
saat. Selain menjadi tempat bersantai merupakan tempat untuk berziarah.
Municipal Park, taman wisata sejuta doa.
Gabung dalam percakapan
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry