Penang World Music Festival Hari Ke Dua Tetap Seru


Penang World Music Festival hari ke dua berlanjut kembali, walaupun kemarin sempat hujan, antusias masyarakat tetap terlihat dipintu masuk untuk antri membeli tiket. Tiket masih dijual senilai RM 80 untuk show hari ini ada penampilan artis internasional Vedan Kolod (Rusia), Casuarina (Brazil), lalu penampilan Raggy Project (Malaysia) dan Trad Attack! (Estonia) dari Indonesia ada Gus Teja World Music dan ditutup oleh Razon de Zon (Spain). Hari  minggu sebagai hari libur memang dimanfaatkan festivalgoers untuk dihabiskan di Esplanada.



Tidak hanya itu, Saya juga melihat disiang hari pukul 2  siang, saya juga sudah melihat gerombolan pelajar dan mahasiswa dan masyarakat umum mengerumuni panggung workshop di port cornwaillis, dimulai pagi hari dengan tema menarik yaitu Satsang di mana kita di ajak bermeditasi oleh Prem Joshua selama 1 jam.  Melodies of the north dari Vedan Kolod, Queens of Vokal yang dibawakan oleh 3 vokalis dari Nading Rhapsody, Annuluk dan Trad Attack dan ditutup oleh The Sound ofCape Town oleh Dizu Plaatijes and Ibuyambo dan berakhir pukul 5 sore. Penonton terlihat asik mengikuti setiap workshop dan bahkan bertanya langsung mengenai teknik dasar bermusik sampai kegunaan serta cara memainkan instrumen musik.



Sebelumnya juga, dipagi hari. Para awak media Internasional dan Nasional dikumpulkan di lantai 9 St Wembley Hotel untuk melakukan press conference. Ada perbincangan seru yang dilontarkan oleh Reggy mengenai hilangnya kemampuan dan pengetahuan masyarakat tentang akar budaya musik mereka sehingga banyak alat musik atau teknik bermusik tradisi yang menghilang karena sudah ditinggalkan. Press conference hari kedua memberikan warna dan lebih bergairah.

Kembali ke penampilan artis di Panggung Penang World Music Festival 2015. Hari terakhir ini lebih atraktif lagi, walaupun dibarengi dengan hujan rintik-rintik pengunjung jauh lebih siap dengan membawa mantel atau paying. Walaupun hujan, mereka tidak beranjak untuk menyaksikan penampilan Vedan Kolod yang benar-benar menunjukkan kemampuan mereka memainkan instrumen tradisional dengan lagu lagu tradisional Rusia. Beberapa kali saya harus membidikkan kamera dan melakukan pembesaran objek untuk melihat lebih dekat alat musik yang mereka mainkan. Sejenis gitar yang bentuknya berbeda namun harus diputar terus menerus seperti kotak musik.

courtesy of Loo Boon Chuang Penang World Music Festival 2015

Belum lagi tampilan musik harmonis dari Casuarina yang jauh-jauh datang dari Brasil. Sentuhan musik kontemporer tradisional ditambah dengan suara merdu yang pentatonic dengan cengkok khas Brasil menambah semangat festivalgoers untuk ikut menari. Beberapa penonton terlihat ikut menari samba dan larut dengan tarian mereka sendiri dan tak terasa hingga Casuarina turun panggung.


Raggy project sepertinya tidak mau kalah. Pemusik yang sudah malang melintang di dunia musik Malaysia ini membuktikan kehebatannya. Walaupun hujan menetes kebumi, fans fanatic mereka tidak sedikitpun bergeser dari tepi panggung. Mereka tetap menari dan bahkan mengikuti alunan suara Raggy yang sangat khas. Ditambah dengan lelucon panggung yang dijadikan gimmick selama penampilannya membuat Raggy tampil memukau. Saya sendiri sempat terpingkal-pingkal saat Raggy mengatakan bahwa Mahatma Gandhi menjadi pemain tabla.

Indonesia yang menampilkan Gus Teja World Music dari Bali. Wakil Indonesia ini benar-benar mempersiapkan semuanya dengan matang, Mulai dari video klip yang mereka putarkan dilayar raksasa hingga instrumen bali lengkap. Gamelan dan suling bambu lengkap untuk berbagai tipe permainan musik bali. Musik yang mereka hadirkan benar-benar seperti suara alam di Bali. Instrumen yang mengeluarkan bunyi harmonis membuat penonton hanyut dalam alunan suara. Rasa syukur akan keindahan alam terasa sekali di setiap lagu terutama yang berjudul Bali Jalan Jalan. Tepuk tangan dan teriakan kebahagiaan penonton selalu hadir disetiap akhir lagu Gus Teja  World Music.




Trad Attact terus  juga memberikan kejutan. Dengan musik elektro yang mereka hadirkan dengan suara vokalis yang diberikan efek robot membuat penampilan mereka berbeda. Nuansa tradisional juga tetap mereka hadirkan, dengan membawakan musik tradisional dari tahun 50an – 70an mereka menggabungkan dengan nuansa elektro yang modern. Hasilnya? Penonton ikut bernyanyi dan bahasa bukan menjadi kendala. Apalagi trio ini bergerak atraktif dengan setengah muka yang di cat warna merah dan biru. Badan saya tidak sabar untuk bergoyang hingga melompat.



Razon De Son tidak mau kalah menunjukkan kemampuan petikan gitarnya. Ada nyawa yang diselipkan disetiap getaran dawainya. Razon de Son menghadirkan akar musik flamenco dengan gaya penari Flamenco, Razon de Son tampil menghentak dengan dagu terangkat dan pinggul yang tak henti bergoyang. Tidak ada alasan untuk tidak ikut gerakan berirama. Raul Rodriquez memang tahu bagaimana mengakhiri acara Penang World Music Festival 2015 ini dengan sempurna.



Penampilan akhir dari Razon de Son membuat seluruh penampil berkumpul dipanggung dan memberikan salam terakhir kepada seluruh festival goers yang hadir disini. Wajah puas akan penampilan dua hari Penang World Music Festival 2015. Saya tidak sabar untuk menunggu tahun depan.






Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.