Lamin Dana, Hostel sekaligus Museum Mini Suku Melanau
Bagaimana rasanya tinggal disebuah rumah dan merasakan langsung bagaimana menikmati hidup seperti suku Melanau? Lamin Dana adalah jawaban terbaik saat ini. Tempat yang berada di Kampung Tellian ini menyimpan banyak cerita tentang suku Melanau.
Bagaimana rasanya tinggal disebuah rumah dan
merasakan langsung bagaimana menikmati hidup seperti suku Melanau? Lamin Dana
adalah jawaban terbaik saat ini. Tempat yang berada di Kampung Tellian ini
menyimpan banyak cerita tentang suku Melanau. Menikmati sebuah rumah panjang
khas Melanau dan langsung merasakan bagaimana hidup di dalam kampung. Inilah
yang menjadi daya tarik Lamin Dana.
Di Kampung Tellian, tukang jalan jajan bisa
melihat rumah dengan tiang tinggi di bantaran sungai yang terhubung dengan
jembatan kayu yang saling menyambung antar rumah, layaknya seperti gang kecil.
Tidak hanya itu, kampung disepanjang sungai ini juga terdapat banyak pula
jembatan yang menyambung kampung seberang. Budaya dikampung ini juga sangat
terasa sangat kental, masih banyak budaya yang masih dipegang teguh, seperti
budaya berkumpul saat ada kegiatan bahagia ataupun kesusahan. Warga masih
melakukan kegiatan gotong royong jika ada kegiatan.
Sambutan Hangat Lamin Dana
Saat datang, Tukang Jalan jajan sudah disambut Aunty
Ahcing dan Uncle James yang mengurusi selama berada di Lamin Dana, senyuman dan
uluran tangan menyambut tamu yang datang. Kami datang bertiga, Saya, Kevin dan sang
pemandu langsung disilakan untuk duduk didapur umum dan disediakan kopi dan teh
hangat serta kue sagu. Tas seberat 10 kilo langsung diletakkan dilantai dan
kami semua melepas sepatu untuk duduk dan menikmati suguhan yang disediakan.
Sambutan sederhana yang hangat.
Sembari mengobrol, kami ditanya seputar menu
makan yang diinginkan dan apakah ada alergi terhadap makanan tertentu. Paket
yang diambil memang mencakup menginap, makan, transportasi termasuk paket
berkeliling sungai dan pasar di Mukah. Tukang jalan jajan akan bercerita banyak
tentang kota ini. Walaupun mungkin perkembangannya tak seperti kota lain namun
ada rasa nyaman dengan kehidupan kampung disini. Seperti sebuah kota masa lampu
yang menyimpan banyak cerita bagaimana berbagai macam budaya hidup dan
berkembang.
Bagian depan Lamin Dana |
Sore ini matahari mulai turun, warna langit mulai
jingga memantul ke sungai yang tepat mengalir didepan Lamin Dana. Kelelahan ini
membuat kami semua beranjak kekamar, menyimpan semua tas dan siap membersihkan
diri untuk menikmati makan malam pertama di Kampung Tellian.
Museum Kehidupan Suku Melanau
Pagi sudah tiba, udara segar sangat terasa
memenuhi paru-paru. Rasanya tenang sekali. Aroma kopi sudah tercium dari ruang makan
yang terpisah dari rumah utama. Sebelum sarapan saya berkeliling ke museum yang
berada di lantai 1. dari pintu masuk, sudah ada baju – baju khas suku Melanau,
di ruang tamu ini juga terdapat banyak kerajinan kain dan tenun serta foto foto
keluarga pemilik Lamin dana dari generasi ke generasi. di bagian lain terdapat
beberapa hiasan yang digunakan untuk upacara kaul, upacara syukur kepada dewa
laut yang dilakukan setahun sekali oleh suku Melanau. Beberapa guci besar dan
alat musik gong lengkap berada dibeberapa pojok rumah.
Ruang tamu di Lamin Dana |
Sementara dibagian dapur terdapat beberapa
diorama tungku api tradisional lengkap dengan alat masak dan perabotannya.terdapat
pula alat rumah tangga dari masa lampau seperti ayunan bayi dan hantaran
pernikahan. Semuanya tersusun pai di rak rak berlampu temaram. Beberapa benda
terlihat aneh, saya melihat berulang namun tak menyentuhnya.
Rumah Lain dari Lamin Dana |
Rumah utama ini tersambung dengan dua unit
lainnya, ada dapur, ruang makan sekaligus untuk bersantai serta rumah yang
digunakan untuk bengkel seni, disini biasanya ada pertunjukan tari dan lagu
karena terdapat ruangan seperti teater mini serta bengkel untuk membuat
kerajinan tangan. Terdapat pula ruang pajang hasil kerjainan yang bisa langsung
dibeli oleh pengunjung. Ada tangkin, sejenis tas dari rotan, ambin bayi untuk
menggendong anak balita, topi petani dan aksesoris dan pajangan rumah yang
beragan
Pemandangan di Sungai Di depan Lamin Dana |
Semua bagian ini terhubung dengan jembatan kayu
dan halaman dari kayu yang terhubung dengan dermaga kecil untuk sampan
ditambatkan. Ada beberapa kopel disekitar rumah untuk bersantai. Cobalah untuk
menikmati sore hari ditempat ini didekat sungai. Sungguh indah, temaram langit,
ditemani suara burung dan jangkrik. Panorama sore diiringi orkestra alam.
Tidur Nyaman dan Sederhana di Lamin Dana
Tukang jalan jajan sengaja tidak menutup penuh
jendela kamar supaya bisa mendengar suara hutan, suara burung dan jangkrik
dimalam hari saling bersautan. Kebetulan langit sedang cerah, bisa sedikit
mengintip bintang dan rembulan. Kamar ini terbilang sederhana fasilitasnya,
namun nyaman. Ada dua tempat tidur single
bed dengan bantal dan selimut. Tidak luas tapi masih bisa untuk sebuah meja,
kursi dan kipas angin. Masing-masing diberi satu buah handuk mandi. Kasur dan
bantalnya empuk dan saya pasti bisa tidur nyenyak.
Kamar Tidur yang nyaman di Lamin Dana |
Dilantai dua, tempat tukang jalan jajan mengingap
ada sekitar 8 kamar yang disediakan untuk tamu. Ada ruang menonton televisi,
air hangat dan dingin serta kopi, teh dan Milo dalam sachetan yang bisa diseduh
kapan saja. Kamar kecil ada satu buah sedangkan kamar mandi ada dilantai bawah.
Tidak perlu khawatir mengantri mandi karena ada dua buah kamar mandi yang
dilengkapi shower. Tersedia sabun cair jika tidak membawa peralatan mandi.
Untuk tempat beristirahat, Lamin Dana sudah mampu
mengakomodir. Hostel ditengah Kampung yang membuat kita nyaman dan merasa
seperti dirumah sendiri.
Menikmati Nikmatnya Santapan di Lamin Dana.
Lamin Dana menyediakan paket sarapan, makan siang
dan Makan malam sesuai dengan permintaan kita. Makanan yang diminta juga bisa
di sesuaikan, bagi tamu yang vegetarian, tempat ini menyediakan juga menunya.
Sementara kami lebih memilih makanan lokal masyarakat Melanau. Ini semuakarena
kami disini ingin merasakan bagaimana menjadi warga lokal.
Sarapan pagi Lamin Dana, aneka kue dari sagu dan kopi |
Pagi hari, kami disuguhkan kopi dan teh hangat
dengan berbagai macam kue kampung yang terbuat dari sagu. Ada kue kering, kue
kelapa sampai sagu bulat yang renyah dan enak dinikmati dengan serutan gula
merah dan kelapa gongseng.
Menu tradisional di Lamin Dana, Linut, Umai, Ikan masak Kuning, Labu dan sambal belacan |
Sementara makan siang dan malam diisi dengan menu
menu seperti ayam pansuh (ayam dimasak dalam bambu menggunakan daun ubi dan
bumbu), ikan asam pedas, daun ubi tumis, daun midin tumis (midin adalah pakis,
namun dalam kepercayaan melanau ini pantang untuk dimakan), daun labu tumis,
sayur santan labu, ayam kari, umai (sashimi ala suku Melanau), dan linut (Sagu
yang diberi air panas, teksturnya mirip bubur). Beberapa makanan ini sudah
pernah tukang jalan jajan tulis. Semua makanan enak ini enak karena dimasak
saat akan dimakan dan berasal dari alam sekitar sehingga segar.
Keliling Kampung Tellian
Lamin Dana juga menyediakan beberapa k=paket
wisata keliling kampung dan menyusuri aliran Sungai Tellian menggunakan perahu
bermesin. Tukang jalan jajan mencoba untuk menyusuri sungai yang membelah
kampung melewati jembatan penghubung antar kampung. Disini kita akan melihat
bagaimana sagu diproduksi, mulai dari balok pohon sagu yang diarak mengapung
dan diikat dengan tambang sampai pengolahan sagu tradisional yang terdapat di
beberapa rumah. Cara kerjanya masih semi modern dengan mesin dan sebagian lagi
manusia. Sagu yang dihasilkan masih basah dan nanti dijual ke pabrik untuk
diolah lebih lanjut. kami juga mengunjungi sentra produksi sagu bulat untuk
dikonsumsi dan juga menuju kebun sagu untuk memanen ulat sagu.
Menyusuri sungai di Kampung Tellian |
Perjalanan akan berakhir di pasar tradisional
sebagai muara tempat masyarakat suku Melanau menjual hasil ikan dan bumi
mereka. Dipasar ini kita akan disambut dengan pasar ikan segar, sayur mayur dan
makanan ringan. Jika beruntung kamu bisa melihat kecepatan tangan penjual umai
memisahkan daging dari tulang dan memotongnya tipis tipis untuk siap dijadikan
umai.
Lamin Dana Pusat Kebudayaan Melanau yang Terus
Dijaga
Jika ingin menikmati suasana sore yang indah, menikmati makanan khas
Melanau sekaligus tinggal dan merasakan atmosfir Melanau, tinggalah di Lamin
Dana, hostel dengan museum sederhana di lantai satu. Rasakan kemurnian dan
kenyamanan tinggal di Lamin Dana dan merasakan langsung bagaimana hidup sebagai
orang Melanau.
Lamin Dana dapat
dihubungi di
Lamin Dana Cultural
Boutique Lodge, Tellian Daya,
96400 Mukah, Sarawak.
Fax: +60 85-643633
Email:
genistarose@lamindana.com
47 komentar
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry
Semua sudut instagramable dan unik banget
Semuanya serba back to nature.
Pasti rasanya lebih damai dan tenang yaa..
Jauh dari hiruk pikuk kota.
Konsepnya penginapan namun mengusung budaya jg. Kebayang kalau nginep di sana, enggak wah tapi bersahaja dan bener2 menikmati budaya ya :D
duh.. paling sedap memang kalo berkunjung ke kampung wisata bisa sekalian belajar kearifan lokal*
Kearifan lokal yg harus dilestarikan.
dan seruuu banget bisa mengalami langsung experience iniii
Phon yang rindang, pasti klu pagi dingin dan sejukk..
Ya ampun aku merinding liat foto ruangannya entah krn pemiliha anglenya yang pas atau gmn, tap kyk ada aura masa lalu yg menawan dari tempat yg asih mempertahankan sisi tradisionalnya itu. Makanannya jg kyknya enak yaa
Masakannya juga otentik
Jadi penasaran berapa rate menginap semalamnya mas?
Kalau penginapan yang terpisah dari kamar mandi ini agak parno kalo malem-malem kebelet ke toilet. Hihi
ini sangat berbeda dengan hostel dan paket wisata kebanyakan
semoga suatu saat bisa ke serawak ini