Menikmati Alam Tanjung Datu National Park
Rasanya tak puas jika sudah menginjakkan kaki ke Tanjung Datu National Park namun tidak melewati jalur trekking yang sudah dibuat., belian trail, view poin trail. Unsur data ilmiah siap
Menikmati Alam Tanjung Datu National Park. Rasanya tak puas
jika sudah menginjakkan kaki ke Tanjung Datu National Park namun tidak melewati
jalur trekking yang sudah dibuat. Tinggal menyesuaikan saja mau melewati jalur
yang mana. Sesuaikan saja dengan kemampuan dan kesanggupan. Trekking bukan
sekedar menikmati alam tapi juga mengukur kemampuan tubuh.
Melihat Hamparan
Bintang di Langit Tanjung Datu
Malam ini cuaca
lumayan panas. Setelah menghabiskan banyak sekali makanan. BBQ kami lengkap,
mulai dari daging sapi, ikan segar, jagung, ubi jalar, bahkan terong. Roti
banyal danselaipun juga disiapkan untuk dinikmati malam ini. Entah kenapa,
sesuatu yang dinikmati langsung di alam terasa lebih nikmat apalagi kalau
dimakan bersama sama sembari rebutan. Perlahan mulut ini masih mengunyah
potongan daging yang telah dipotong tipis-tipis dan dicelupkan dalam kecap
pedas. Gurih, legit dan pedas membuat tidak bisa perhenti mengunyah. ketika
kepedasan tinggal mengunyah jagung manis.
Menangkap Bintang di Tanjung Datu |
Lukas setengah
berlari menunjukkan hasil foto dikamera digitalnya. sebuah jalur bintang
dilangit gelap menjadi pemandangan luar biasa. Inilah yang disebut milky way.
Tukang Jalan Jajan melihat dengan mata berbinar, namun sayangnya lensa kamera
tak menunjang. Tapi saya berusaha sebaik mungkin untuk belajar bersahabat
dengan lensa standard an fix yang dibawa, kalau tidak dicoba maka kita tidak
pernah tahu seperti apa hasilnya.
Kebetulan lokasi
Tanjung Datu ini sudah memenuhi kaedah pengambilan milky way. Syarat pemilihan lokasi adalah pada derah yang bebas
polusi cahaya, semisal pantai yang menghadap samudra lepas, gunung yang jauh
dari perkotaan, atau desa terpencil yang tidak terkena meriahnya cahaya lampu.
Hindari memotret dari perkotaan karena cahaya kota membuat cahaya bintang tidak
nampak dengan jelas. Menggunakan beberapa kamera dan lensa tertentu seperti
kamera dengan kemampuan ISO tinggi dan lensa bukaan lebar. tetap bisa menangkap
milky way walau tidak terlihat sempurna. Idealnya adalah saat berada di tempat
yang jauh dari polusi Cahaya dan pastikan
mencari milky way di arah selatan.
Menangkap Bintang di Tanjung Datu |
dengan bermodal
tripod, kamera DSLR dan lensa standar, lebih dari 10-20 kali melakukan jeprat
jepret namun tak ada satupun gambar yang bisa pas di mata. Tapi sudahlah,
namanya juga usaha. Semua butuh proses. Satu persatu mulai lelah dan merapikan
tripodnya. Berempat sudah menguap berulang ulang. lelah fisik yang mendera
membuat tubuh harus segera beristirahat, masih banyak perjalanan yang harus
dilewati esok.
Jalur trekking di
Tanjung Datu sudah dibuat sebaik mungkin dengan beberapa jalur yang bisa
dilalui, diantaranya
Belian trail
jalur trekking
tertinggi dimana kita harus menapak lebih tinggi, kalau tak kuat mengatur
nafas, sudah dipastikan tidak dapat sampai keatas. Bagi pemula mungkin lebih
susah dan tidak dianjurkan. Jika berhasil sampai ke puncak maka kita sudah
berada di kaki bukit menuju Gunung
Melano. dari atas sini pemandangan sudah tidak terlihat jelas lagi karena
tertutup rerimbunan daun dari pepohonan.
Trekking Pagi
Lewat Jalur View Poin
Pagi ini matahari
bersinar terang, ternyata lelah kemarin masih tersisa. Otak yang berencana
ingin mengambil foto sunrise tak punya energi karena sudah terkuras habis
menaiki bukit. Hari ini rencananya adalah untuk berpindah ke Pulau Talang
Talang, sebuah tempat yang menjadi tempat penelitian dan konservasi penyu.
Ternyata Nina pun belum bangun saat saya menuju ke dapur umum yang berada di
dekat lokasi kemping. Kamipun berinisiatif untuk memasak sarapan pagi. DImulai
dari ritual menjerang air untuk kopi, dilanjutkan sunny side dan beberapa
bungkus mie instant untuk menambah energi pagi ini. Masih ada satu lokasi yang
akan dikunjungi, Tanjung Datu View Point Track.
Nina tersenyum
saat semuanya selesai memasak dan sarapan. Dia memberikan tepuk tangan untuk
kemandirian grup ini. Setelah membereskan semua sisa sarapan. kami beristirahat
sebentar lalu bersiap kembali melakukan trekking, menembus hutan yang luasnya
mencapai 14 kilometer persegi dengan topografi yang bervariasi. Awalnya kami
menyusuri beberapa jembatan berpapan belian serta jembatan yang melewati sungai
kecil sampai akhirnya kami sampai dimedan sebenarnya. Sebuah papan penunujuk
bertuliskan “View poin, 20 minutes”. saya tak perlu bertanya lagi apakah ini
benar-benar 20 menit aalagi saya melihat jalan menanjak, walaupun tidak separah
kemarin tapi saya yakin kami berlima tak akan sampai dalam waktu 20 menit ke
atas.
Jalur trakking masih landai di awal |
Pepohonan disini
didominasi oleh pohon nibung yang penuh duri serta beberapa pohon-pohon besar
yang menjulang tinggi. bisa jadi lebih dari 7-10 meter tingginya. paling tidak
besarnya sepelukan orang dewasa. Mark sempat bertanya, tanaman apakah yangbesar
ini. Ninapun tidak bisa menjelaskan secara rinci tapi ia menjelaskan bahwa
pohon yang akarnya keluar menembus tanah ini dapat ditabuh seperti gong dan
dijadikan orang Ulu (suku pedalaman) untuk memberikan tanda keberadaan mereka
ditengah hutan atau memberikan tanda isyarat kepada yang lain berdasarkan
jumlah dan jarak bunyi, seperti sandi morse.
Pohon Nibung di Tanjung Datu |
Nina juga mengatakan bahwa akar
ini juga bisa digunakan sebagai patokan arah mata angin dimana akar terbesar
akan mengarah ke arah matahari terbit atau timur. Tanaman lain seperti berbagai
jenis jamur, palem dan rotan juga ditemukan disepanjang jalan. Sementara
beberapa hewan seperti burung dan tupai tampak lalu lalang diatas kepala. Beberapa
monyet juga terdengar melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Kami tak
beruntung melihat burung enggang, hanya mendengar suaranya saja.
Salah satu tumbuhan Jamur di Tanjung Datu |
Kami terus
melangkah sembari terengah engah sampai kami menemukan sebuah Menara pengintai
setinggi 10 meter yang mempunyai dua sudut pandang, yaitu arah laut dan hutan
belantara. Kami harus menaiki bergantian karena paling banyak hanya bisa dua
orang dengan berat total 150kg. Sayangnya, saat saya naik sudah tidak banyak
pemandangan yang bisa terlihat. Ini akibat beberapa dahan berdaun lebat sudah
menutup pemandangan. sudut lainpun sudah banyak batang kelapa yang tumbuh subur
sehingga tak banyak panorama yang bisa diabadikan lewat kamera. Tak apalah,
walaupun kurang mendapat pemandangan yang indah saya sudah cukup banyak
membakar kalori. waktunya untuk kembali turun dan pindah ke lokasi lain yang
tak kalah indah.
Menara View Poin untuk melihat ke sekeliling |
Saat pulang,
sayapun mencoba menyusuri jalan dekat pantai. Ternyata disini juga terdapat
sebuah sarang buatan untuk menyimpan telur penyu yang mendarat di Pantai
Tanjung Dato. Tak banyak lubang yang terisi telur, hanya ada 6 buah sarang yang
sudah dilingkari dengan pagar besi dan papan bertuliskan jenis penyu dan kapan
telur tersebut dilahirkan.
Sungai kecil di jalur view poin |
Jika ingin tahu
lebih banyak tentang hewan dan satwa disini, datang saja ke customer service
headquarter office, disana ada banyak buku tentang spesies flora dan fauna yang
ada di tempat ini, lengkap dengan gambar dan data. Buku yang sudah disusun oleh
peneliti dari universitas setempat cukup membantu bagi yang ingin melakukan bird
watching atau animal watching. Ada museum mini yang berisi tulang belulang paus
dan penyu serta tukik yang diawetkan. Ada pula beberapa foto hewan yang pernah
tertangkap kamera pada malam hari serta proses hidup penyu. Ada pula ruang
audio video yang bisa digunakan oleh pengunjung yang datang.
22 komentar
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry
Setuju, makan di tengah alam bersama-sama itu rasanya nikmat banget (padahal makanannya biasa-biasa aja). Ah, jadi kangen masa-masa nanjak gunung.
Aku juga suka gagal kalau mau ambil foto milky way, nyahahaha. Skill-nya belum nyampe.
Masuk ke hutan begini, dulu aku sering pas msh tinggal di aceh. Msh banyak hutan di sana. Tp skr rada trauma, sejak aku melihat banyak lintah di sana wkwkwkwkwkwkw. Jadiii kalo diajak masuk hutan lg, masih merinding mas. Di aceh dulu lintahnya gede2 hahahaha
Bagus mas tulisan nya..
Perjalanan trekking yang seru ya Bang. Senang akhirnya bisa mampir ke sini lagi.
Btw, alam nya benar-benar asri dan pasti segar rasanya menghirup udara di alam bebas. Pengen nyoba deh...
Saya melihatnya saat di sebuah pulau di area Karimunjawa. Indah bukan main sampai saya nyaris menangis saking takjubnya.