23 Oktober 2014

Menjauh dari Kehidupan Kota di Kampung Bario



Kemana liburan yang bisa membuat otak kita lebih segar dan bisa menikmati alam? Ada yang memilih pantai dan menikmati deburan ombak, ada juga yang memilih menikmati kesunyian dan udara sejuk pegunungan. Kalau saya sih, suka keduanya karena saya bisa menikmati matahari terbit dan matahari tenggelam di kedua tempat liburan itu. Tapi kalau misalnya anda doyan belanja atau ke mall ya ngga masalah juga sih.



Yang namanya liburan emang akhirnya tergantung dengan yang namanya budget. Saatnya saya mengajak anda untuk menikmati salah satu cerita seru liburan saya ke Bario bersama dengan 7 teman saya dari Malaysia, Thailand dan Filipina. Sebelumnya kami sudah bersepakat untuk berangkat dan bertemu di Miri sembari menikmati Asia Music Festival 2014 terlebih dahulu.



Tapi untuk memudahkan, saya akan memberikan gambaran transportasi yang bisa digunakan dimulai dari Pontianak. Perjalanan bisa menggunakan Jalan darat atau udara, kembali lagi dengan kantong. Untuk jalan darat silakan pilih perjalanan menggunakan bis selama kurang lebih 18 jam menuju Miri atau menggunakan pesawat dari Pontianak – Kuching – Miri yang tidak lebih hanya 3 jam saja. Untuk menuju Bario juga bisa menggunakan jalan darat menggunakan mobil double gardan yang bisa mencapai 18 jam jika tidak hujan melewati jalan LOG (jalan mobil pengangkut kayu) atau naik pesawat yang hanya 40 menit dan ada 3x penerbangan. Perbandingan yang miris. Dalam hal ini saya menyarankan anda menggunakan pesawat dari Miri – Bario.



Lokasi Bario sendiri berada di timur laut Sarawak dan berada didataran tinggi Kelabit yang tingginya mencapai 3280 dpl. FYI teman saya yang tidak terbiasa ketinggian harus mengalami mimisan beberapa kali. Untungnya saya pernah naik Gunung Semeru yang mempunyai ketinggian 3.676 dpl dan tidak terlalu berpengaruh dengan ketinggian ini. Bariosendiri boleh dibilang Ibukota dataran tinggi Kelabit. Populasi penduduknya hanya 5000 orang, boleh dibilang dikota ini hampir semua penduduk saling kenal satu sama lain. Mayoritas penduduk disini bertani, asal tahu saja beras Bario merupakan salah satu komoditi utama dan rasanya enak luar biasa, jangan lupa juga dengan nanasnya yang super manis dan enak. Saat ini pemerintah sedang berusaha menghidupkan pariwisata disini.






Ditempat ini sudah banyak tersedia Guest House atau Home Stay dengan berbagai macam fasilitas dan harga, silakan memilih mana yang sesuai dengan kantong, Tapi jika saya boleh menyarankan untuk tinggal di Ngimah Ayu Home stay. Tinggal membayar 39 Ringgit untuk penjemputan dari Bandara Bario menuju Guest House. Disini juga tersedia paket menarik 3 hari 2 malam dengan makan 3 x dan sudah termasuk biaya tour dan guide seharga 670 Ringgit/per orang namun minimal harus 6 orang, selain fasilitas tadi kita bisa membuat minuman seperti kopi, teh atau coklat sepanjang waktu. Ada 5 kamar yang bisa diisi masing-masing 2 orang dengan 2 toilet dan 2 kamar mandi ditambah dengan fasilitas dapur yang bisa digunakan. Ada 2 house keeper termasuk pemilik yang siap membantu kita.



Wisata yang bisa dilakukan disini adalah tracking dan hiking untuk wisata alamnya, disini juga ada masyarakat yang biasa menawarkan diri untuk menjadi guide, jika ingin mencoba berpetualang sendiri juga bisa, masyarakat disini ramah dan gampang berinteraksi walaupun bahasa Inggrisnya terbatas. Kabarnya disini akan dibuat perkemahan wisata sebanyak 5 jalur dan masing-masing jalur akan ada rumah peristirahatannya. Kita juga bisa mengunjungi sumur garam diatas gunung yang digunakan masyarakat membuat garam tradisional. Kabarnya  jika kita menggunakan garam ini maka sayuran dan makanan akan menjadi lebih enak.


Keterangan : Wanita Bario sedang membungkus garam gunung


Tempat wisata lain berupa batu dari zaman megalitikum yang terdapat guratan dari sang penguasa Kelabit dan menggunakan batu ini sebagai meja saat Ia memotong kepala musuhnya (dalam istilah setempat disebut ngayau). Selain hamparan sawah yang luas dan kebun nanas yang terhampar rapi kita juga bisa mendatangi rumah panjang pertama suku Kelabit dan sampai saat ini masih ditinggali beberapa sanak saudara. Kami juga sempat diundang kesalah satu rumah panjang untuk makan malam. Kami juga disambut dengan welcome drink juice nanas Bario yang super lezat dan suguhan tarian dari wanita lokal, tidak lupa kamipun diajak dan diajarkan menari dengan iringan musik tradisional dari sape’.



Seperti biasa, makan adalah satu hal terpenting buat saya, apalagi suhu yang hanya 20°C membuat perut selalu lapar, apalagi jika malam hari dan subuh udara dingin ditambah angin yang berhembus sampai menusuk tulang mungkin hanya 10°C. Makanan disini didominasi oleh sayuran segar. Selama di Homestay saya selalu menemukan sayuran segar, mulai dari berbagai jenis macam pakis, daun singkong, labu siam dan masih banyak lagi. Bahkan teman saya yang berasal dari Thailand memasak Tom Yam menggunakan ayam kampung muda dan Herbs yang kami temukan dihutan saat hiking, masalah rasa? Tidak diragukan! Original Home Made from Thai! Jangan Khawatir dengan cemilan sore yang disediakan, saya sendiri suka sekali dengan keladi goreng yang dibalut dengan gula merah, ubi parut yang digoreng krispi seperti combro tanpa isi namun sangat lezat. Suguhan lain yang membuat saya tergila gila adalah ketan Bario yang dimakan dengan selai nanas home made! Sempurna! Saya sukses naik 2 Kg





Untuk transportasi disini susah-susah gampang. Jelas transportasi publik tidak ada. Hanya mobil double gardan yang digunakan masyarakat sekaligus jadi taxi dadakan. Cara lain mungkin dengan berjalan kaki untuk menuju beberapa tempat wisata tadi, memang lokasinya boleh dibilang jauh dan menanjak, cukup membuat ngos ngosan tapi semuanya akan terbayar dengan banyak pemandangan indah yang bisa kita dapati termasuk beberapa jembatan gantung dan padang rumput yang luas. Jika lelah dan beruntung, coba saja untuk hitchhiking. Siapa tahu ada penduduk yang berbaik hati memberi tumpangan.


Bario memang menyimpan banyak hal yang menarik untuk dijelajahi, terutama buat orang-orang yang membutuhkan kesegaran alam. Saya yakin untuk orang-orang berkulit pucat, tempat ini adalah surga yang penuh petualangan. Saya perlu mengingatkan beberapa hal selama disini. Penduduknya agamais, tidak ada minuman beralkohol, merokok hanya untuk orang dewasa dan kita harus hormat kepada orag tua. Bario juga sangat damai dan tenang dimana sinyal telepon hanya 1 provider dan susah terkoneksi dengan internet. Listri hanya ada dari jam 6 sore hingga 11 malam. Selamat menikmati liburan yang tenang dan selamat menyatu dengan alam.




Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.

20 comments

Kalo saya disuruh milih, saya lebih suka pegunungan, tempatnya adem, sejuk, udaranya menyegarkan, gak kegerahan, pemandangan alamnya bikin mata seger dan kulinernya juga pasti yang hangat-hangat, kayak bakso, indomie kuah, seblak, teh hangat, kopi atau jahe susu.

Baru tau, bisa mengalami mimisan di ketinggian tertentu ya...

Sepertinya Bario bakalan cocok nih untuk destinasi favorite saya, hehehe

Baru bayangin ke Bario aja saya udah seneng, Mas. Kegiatan alam memang favorit keluarga kami, semoga bisa berkunjung ke sana. Asyik juga bisa menyantap kuliner lokal dan bercakap dengan warga pribumi seperti wanita Bario. Baca tulisan ini juga makin bersyukur betapa kehidupan di Jawa serbatercukupi sementara di pulau lain listrik dipasok sekian jam dan jaringan internet terbatas. tapi jadi asyik juga sih karena bisa fokus ke kehidupan alami, ga melulu menatap gadget yang bikin ketagihan dan lama-lama juga bikin bosan.

Keren nih, Kampung Bario, Bang Don. Ini banyak dicari orang, dan dijamin sukses akan melupakan rutinitas yang kadang menjemukan. Menyatu dengan alam dan masih serba alami, membuat kita bersyukur dengan kemajuan teknologi yang memang memudahkan kita. Jadi pengin nih ke sini, Mas. Pasti akan dapat ide tulisan banyak hehehe.

Keadaan yang menyatu dengan alam ini membuat pikiran tenang dan sejuk ya, walau mungkin di awal-awal adaptasinya lama tapi suasananya tenang. Tapi deg degannya pas listrik tersedia hanya sampai jam 11 malam

Sama kok.
Meski ku sellu dibilng ank pantai, tapi ku juga gemar naik gunung. Seru aja pas sampai puncak. Bis liat pemandangan dari ketinggian. Yh walau khirnya harus sesuai budget dan waktu, tapi aku suka liburan dn bermain bersama alam ketimbang nge-mall. Ngabisin uang šŸ˜‚

Cerita perjalanan dan liburannya seru sekali asliiik :')) ini tahun 2014 ya, saat efek medsos belum sederas sekarang jd nambah keseruan menikmati waktu dekat dengan alam gini, kultur masyarakatnya juga menyenangkan pastinya ya, jadi pengalaman yg nggak terlupakan. Ah aku baru tau kl ada garam yg dibuat bukan di laut ini, perbedaan rasanya gmn yaa

Bario ini pas banget buat melepas penat dari hingar bingar kota. Letaknya di pegunungan jadi suasananya keliaran adem banget

Waaah, ini kejadiannya di tahun 2014 yaa.. udah cukup lama juga ya. Tapi memang kenangan akan lebih berkesan dan bermakna kalau dituliskan seperti ini. Suka banget sama catatannya mas Eko Dony, tiap kali nulis tentang traveling dan makanan selalu bisa ngajak pembacanya larut dalam kisahnya.

Aku jadi gemes sama diriku yang tiap jalan2 udah foto2 tapi terus nggak ditulis2, jadinya lupa dan menguap deh.

Btw, Bario ini bener2 cocok untuk menepi dari riuhnya kota ya. Tapi sekarang apa ya masih seperti itu ya, listrik hanya nyala sore sampai malam hari saja, atau sudah ada kemajuan?

Wah seru sekali liburan di sini ya. Saya asli desa jadi klo liat desa tuh kayak pulang kampung. Hehe. .
Aduh jadi rindu pingin mudik nih

Tracking dan hiking, wuiih petualang banget nih. Btw, ini kalau untuk anak bisa nggak ya? Karena kami sekeluarga suka berpetualang, tapi yang rutenya masih terjangkau sama anak.

Waah asyiknya yang bisa jalan-jalan ke Bario. Tempatnya asri dan masih alami ya. Kebayang enaknya menyantap makanan khas Bario, penasaran dengan ketan Bario yang ada selai nanasnya. Pastinya rasanya mantap sekali ya, Mas Don.
Eh iya, saya baru tau, ternyata di ketinggian ada yang bisa mimisan ya...

asik banget ya bang dodon merasakan banget hidup di kampung brio.. dan juga pastinya kampung sana memiliki wisata alam yang bagus

Wah indah banget ya alamnya, kangen jalan jalan nih. Apalagi setahun ini tidak kemana mana lihat ini jadi adem banget ya

Bario, tidak ada minuman beralkohol.

Langsung senyum baca part terakhirnya. Listriknya juga masih nggak menyala sepanjang hari. Datang ke Batio berarti benar benar melepaskan penat dari hiruk pikuk hidup di perkotaan.

Baca ini keinget kampungku sebelum tahun 1996. Listrik tenaga diesel hanya jam 5 sore sampai 11 malam, ga ada sinyal, apalagi internet. Damaiiii banget pas itu. Apa karena masih kecil juga akunya ya, hihi...

waah asik ya, bisa nginap di rumah panggung gitu
btw aku kok penasaran gimana itu garam gunung
jadi pengen ke kampung bario

Liat pegunungan gitu, jauh dari perkotaan, budayanya yang keren dan makanan yang enak-enak bikin refresh banget ya kak
Aduh, racun banget deh tulisan ini. Jadi pengen ikut ke Bario..

Penasaran garam gunung itu rasanya gmn? Sama aja dengan rasa garam dapur biasa atau hanya cara mengemasnya saja yg unik??

Membaca ceritanya dan melihat foto-fotonya rasanya sejuuuk gitu ya, Kak. Tapi kalau sampai 10 derajat sih, saya enggak kuat kayaknya. Hehe.
btw ukuran nanasnya tergolong kecil ya? Tapi dari warnanya terlihat manis. Apa betul begitu?

Lebih nyaman emang menyepi di kampung gitu sih. Lebih tenang gitu nggak sih. Hehehe

DILARANG MENGAMBIL TULISAN, FOTO ATAU VIDEO TANPA SEIJIN PENULIS :)

Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry

EmoticonEmoticon