Menjauh dari Kehidupan Kota di Kampung Bario
Kemana liburan yang bisa membuat otak kita lebih segar dan bisa
menikmati alam? Ada yang memilih pantai dan menikmati deburan ombak, ada juga
yang memilih menikmati kesunyian dan udara sejuk pegunungan. Kalau saya sih,
suka keduanya karena saya bisa menikmati matahari terbit dan matahari tenggelam
di kedua tempat liburan itu. Tapi kalau misalnya anda doyan belanja atau ke
mall ya ngga masalah juga sih.
Yang namanya liburan emang akhirnya tergantung dengan yang namanya
budget. Saatnya saya mengajak anda untuk menikmati salah satu cerita seru
liburan saya ke Bario bersama dengan 7 teman saya dari Malaysia, Thailand dan
Filipina. Sebelumnya kami sudah bersepakat untuk berangkat dan bertemu di Miri
sembari menikmati Asia Music Festival 2014 terlebih dahulu.
Tapi untuk memudahkan, saya akan memberikan gambaran transportasi
yang bisa digunakan dimulai dari Pontianak. Perjalanan bisa menggunakan Jalan
darat atau udara, kembali lagi dengan kantong. Untuk jalan darat silakan pilih
perjalanan menggunakan bis selama kurang lebih 18 jam menuju Miri atau
menggunakan pesawat dari Pontianak – Kuching – Miri yang tidak lebih hanya 3
jam saja. Untuk menuju Bario juga bisa menggunakan jalan darat menggunakan
mobil double gardan yang bisa mencapai 18 jam jika tidak hujan melewati jalan
LOG (jalan mobil pengangkut kayu) atau naik pesawat yang hanya 40 menit dan ada
3x penerbangan. Perbandingan yang miris. Dalam hal ini saya menyarankan
anda menggunakan pesawat dari Miri – Bario.
Ditempat ini sudah banyak tersedia Guest House atau Home Stay
dengan berbagai macam fasilitas dan harga, silakan memilih mana yang sesuai
dengan kantong, Tapi jika saya boleh menyarankan untuk tinggal di Ngimah Ayu
Home stay. Tinggal membayar 39 Ringgit untuk penjemputan dari Bandara Bario
menuju Guest House. Disini juga tersedia paket menarik 3 hari 2 malam dengan
makan 3 x dan sudah termasuk biaya tour dan guide seharga 670 Ringgit/per orang
namun minimal harus 6 orang, selain fasilitas tadi kita bisa membuat minuman
seperti kopi, teh atau coklat sepanjang waktu. Ada 5 kamar yang bisa diisi
masing-masing 2 orang dengan 2 toilet dan 2 kamar mandi ditambah dengan
fasilitas dapur yang bisa digunakan. Ada 2 house keeper termasuk pemilik yang
siap membantu kita.
Wisata yang bisa dilakukan disini adalah tracking dan hiking untuk
wisata alamnya, disini juga ada masyarakat yang biasa menawarkan diri untuk
menjadi guide, jika ingin mencoba berpetualang sendiri juga bisa, masyarakat
disini ramah dan gampang berinteraksi walaupun bahasa Inggrisnya terbatas.
Kabarnya disini akan dibuat perkemahan wisata sebanyak 5 jalur dan
masing-masing jalur akan ada rumah peristirahatannya. Kita juga bisa
mengunjungi sumur garam diatas gunung yang digunakan masyarakat membuat garam
tradisional. Kabarnya jika kita
menggunakan garam ini maka sayuran dan makanan akan menjadi lebih enak.
Keterangan : Wanita Bario sedang membungkus garam gunung
Tempat wisata lain berupa batu dari zaman megalitikum yang terdapat guratan dari sang penguasa Kelabit dan menggunakan batu ini sebagai meja saat Ia memotong kepala musuhnya (dalam istilah setempat disebut ngayau). Selain hamparan sawah yang luas dan kebun nanas yang terhampar rapi kita juga bisa mendatangi rumah panjang pertama suku Kelabit dan sampai saat ini masih ditinggali beberapa sanak saudara. Kami juga sempat diundang kesalah satu rumah panjang untuk makan malam. Kami juga disambut dengan welcome drink juice nanas Bario yang super lezat dan suguhan tarian dari wanita lokal, tidak lupa kamipun diajak dan diajarkan menari dengan iringan musik tradisional dari sape’.
Seperti biasa, makan adalah satu hal terpenting buat saya, apalagi
suhu yang hanya 20°C membuat perut selalu lapar,
apalagi jika malam hari dan subuh udara dingin ditambah angin yang berhembus
sampai menusuk tulang mungkin hanya 10°C. Makanan
disini didominasi oleh sayuran segar. Selama di Homestay saya selalu menemukan
sayuran segar, mulai dari berbagai jenis macam pakis, daun singkong, labu siam
dan masih banyak lagi. Bahkan teman saya yang berasal dari Thailand memasak Tom
Yam menggunakan ayam kampung muda dan Herbs yang kami temukan dihutan saat
hiking, masalah rasa? Tidak diragukan! Original Home Made from Thai! Jangan
Khawatir dengan cemilan sore yang disediakan, saya sendiri suka sekali dengan
keladi goreng yang dibalut dengan gula merah, ubi parut yang digoreng krispi
seperti combro tanpa isi namun sangat lezat. Suguhan lain yang membuat saya
tergila gila adalah ketan Bario yang dimakan dengan selai nanas home made!
Sempurna! Saya sukses naik 2 Kg
Untuk transportasi disini susah-susah gampang. Jelas transportasi publik tidak ada. Hanya mobil double gardan yang digunakan masyarakat sekaligus jadi taxi dadakan. Cara lain mungkin dengan berjalan kaki untuk menuju beberapa tempat wisata tadi, memang lokasinya boleh dibilang jauh dan menanjak, cukup membuat ngos ngosan tapi semuanya akan terbayar dengan banyak pemandangan indah yang bisa kita dapati termasuk beberapa jembatan gantung dan padang rumput yang luas. Jika lelah dan beruntung, coba saja untuk hitchhiking. Siapa tahu ada penduduk yang berbaik hati memberi tumpangan.
Bario memang menyimpan banyak hal yang menarik untuk dijelajahi,
terutama buat orang-orang yang membutuhkan kesegaran alam. Saya yakin untuk
orang-orang berkulit pucat, tempat ini adalah surga yang penuh petualangan. Saya
perlu mengingatkan beberapa hal selama disini. Penduduknya agamais, tidak ada
minuman beralkohol, merokok hanya untuk orang dewasa dan kita harus hormat
kepada orag tua. Bario juga sangat damai dan tenang dimana sinyal telepon hanya
1 provider dan susah terkoneksi dengan internet. Listri hanya ada dari jam 6
sore hingga 11 malam. Selamat menikmati liburan yang tenang dan selamat menyatu
dengan alam.
24 komentar
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry
Baru tau, bisa mengalami mimisan di ketinggian tertentu ya...
Sepertinya Bario bakalan cocok nih untuk destinasi favorite saya, hehehe
Meski ku sellu dibilng ank pantai, tapi ku juga gemar naik gunung. Seru aja pas sampai puncak. Bis liat pemandangan dari ketinggian. Yh walau khirnya harus sesuai budget dan waktu, tapi aku suka liburan dn bermain bersama alam ketimbang nge-mall. Ngabisin uang 😂
Aku jadi gemes sama diriku yang tiap jalan2 udah foto2 tapi terus nggak ditulis2, jadinya lupa dan menguap deh.
Btw, Bario ini bener2 cocok untuk menepi dari riuhnya kota ya. Tapi sekarang apa ya masih seperti itu ya, listrik hanya nyala sore sampai malam hari saja, atau sudah ada kemajuan?
Aduh jadi rindu pingin mudik nih
Eh iya, saya baru tau, ternyata di ketinggian ada yang bisa mimisan ya...
Langsung senyum baca part terakhirnya. Listriknya juga masih nggak menyala sepanjang hari. Datang ke Batio berarti benar benar melepaskan penat dari hiruk pikuk hidup di perkotaan.
btw aku kok penasaran gimana itu garam gunung
jadi pengen ke kampung bario
Aduh, racun banget deh tulisan ini. Jadi pengen ikut ke Bario..
btw ukuran nanasnya tergolong kecil ya? Tapi dari warnanya terlihat manis. Apa betul begitu?
Tp perjalaman jauhnya terbayar dgn indahnya pemandangan di sana. Yg bikin penasaran, gmn rasanya ketan dicampur nanas ini ya. Kalo di Thai kan udh biasa nakan mango sticky rice. Kalo ini gmn ya?
Mana tempatnya susah sinyal & listrik terbatas.
Tapi makanannya serba alami gitu, pasti lezat semua deh...