Makan Malam Santai di HatYai

Lelah masih tersisa dari perjalanan darat dari kemarin, tapi saya harus terus mengeksplorasi kota ini. Setelah puas berjalan mencari jalan pulang ditambah tersesat menggunakan seong teow. Lelah pasti! tapi pengalaman yang saya dapatkan sungguh berharga. Banyak hal menarik yang saya dapatkan dalam perjalanan ini.

Melongok kekiri dan kekanan
Rasa lega tergambar saat kami berhasil menemukan hotel tempat menginap,  begitu sampai, barang-barang yang tadi kami titipkan di luggage room langsung disambar, tubuh ini perlu istrirahat sejenak. Minimal kaki ini terlebih dahulu diluruskan. Bukan sok kaya untuk menginap di hotel tapi memang sedang ada promo harga murah yang saya dapatkan saat memesan online. Hotel kelas bintang 3 dengan harga hanya Rp 75.000,-/perorang/malam.

Menyusuri lorong
Memang tempatnya tidak di pusat keramaian tapi saya merasa tetap merasa nyaman. Selain lebih tenang untuk beristirahat, saya juga merasa aman karena beberapa waktu lalu ada bom yang meledak disekitar Lee Garden Plasa. Selain itu daerah ini juga tarifnya pasti jauh lebih mahal karena terhitung di tengah pusat keramaian. mau makan hanya beberapa langkah saja. Semua makanan terkenal di Thailand ada disini. 
Mari meluruskan pinggang


Kamar hotel
Hotel Red Planet jaraknya sekitar hampir 1 kilometer, jika ingin sampai disana saya harus melewati kira-kira  3 blok dan melewati beberapa gang senggol untuk menembus agar lebih cepat. Melewati banyak pedagang kaki lima yang menawarkan banyak makanan ringan dan finger food . Bagaimana bisa tahan melihat ayam goreng dan ayam bakar potongan besar berjejer manis minta digapai. Tidak hanya itu, sosis berbagai ukuran dan rasa, gorengan udang dengan tepung krispi, dan masih banyak cemilan lain. Harganya pun berkisar 80-10 baht. Tapi saya lebih memilih mango sticky rice yang sudah saya incar sebelum tiba disini, harganya menyesuaikan besar mangga yang diinginkan mulai dari 50-80 Baht. Entah kenapa maknan ini selalu saya nikmati saat datang ke Thailand. Ketan yang pulen disiram kuah gurih ditambah dengan potongan mangga. Siapa yang bisa menolak kenikmatan ini?
Jalan utama di Pasar malam 
Setelah memegang kantong berisi makanan favorit saya menggeret teman saya untuk berpindah. Sembari berjalan mata dimanjakan pajangan berbagai makanan enak. Sudut ini dipenuhi dengan makanan yang bisa di bawa pulang. Teman saya celingukan, kepala mencari makanan yang ingin di bungkus untuk dibawa pulang.

Hunting
Tiba-tiba saya dikejutkan dengan seorang wanita berpenampilan sexi dengan tubuh semampai. Dandanannya juga menarik mata, tidak seperti beberapa wanita yang terlihat berbedak tebal. Rupanya ia juga mencari makanan, sayang tangannya menggandeng pria bule berbadan kekar dan berwajah timur tengah. Otomatis maata saya yang tadinya memandang tajam harus beralih. Mereka berdua asik memilih makanan yang ingin dibeli. Tidak ada percakapan diantara keduanya. Sampai saat membayar dan sang wanita mengeluarkan suaranya yang lemah lembut namun berat bergenre bariton. Saya terhenyak dan hampir tidak bisa menahan diri untuk berekspresi.

my mango sticky rice
Kembali saya menggeret teman saya menyingkir ke sudut yang berbeda, disini banyak gerobak yang menyediakan makanan berat sekaligus meja kursi untuk menikmati makanan. Pilihan menyenangkan. Semua makanan Melayu, Tiongkok, Eropa sampai lokal Thailand tersedia. Tinggal pilih asal punya uang dan perut muat.

Selamat makan!
Pilihan makanan saya sederhana saja. Tom yam seafood. Saya tergoda dengan jejeran seafood segar yang dihampar diatas es batu digerobak. Terlihat angat nikmat untuk dinikmati, terlihat juga betapa penjual disini memperhatikan kebersihan makanan yang mereka jual. Teman saya memesan Tiram goreng. Yap tiram goreng! Makanan yang juga sering ditemukan diberbagai restoran yang memajang tema “thai food”.

Tomyam seafood
Jika ingin makan disini siap-siap dengan penjual yang berteriak-teriak mengajak kita mampir ke gerobaknya. Rata-rata penjual disini berjilbab dan bisa berbahasa melayu, saya berasa justru ada di Malaysia. Penjual Tionghoanya juga bisa berbahasa tio ciu atau khek. Jadi makanan disini tidak susah mencari makanan halal. Meja dan kursi terhampar dari ujung ke ujung menumpang pinggir jalan dan pinggir toko. Kalau mau duduk harus dipastikan sesuai dengan gerobak tempat kita memesan makanan. Terkadang ajakan dan tawaran untuk thai massage memekakkan telinga karena semua masseur nya duduk manis didekat pintu masuk kedai.

Fried oyster
Makanan yang dipesan sudah datang. Hanya 15 menit. Sambil menunggu saya nyemilin mango sticky rice yang tadi dibeli, mangga harum manis disiram saus kental santan dan dimakan bersama ketan super pulen. Ternyata ngga hanya beras Thailand yang enak, ketannya juga. Jadi benar asumsi selama ini kalau beras/ketannya saja sudah enak, mau ditambahkan apa saja pasti enak.

Lalu bagaimana dengan makanannya. Tomyam ini terasa lebih asam dan pedas, tapi yang paling saya suka adalah isian seafoodnya, ada udang, cumi dan kerang serta tambahan jamur. Semua nya segar dan membuat makan malam saya berwarna. Saya sempat mencicipi makanan teman saya, kerang digoreng dengan telur seperi dadar yang ditambah potongan kucai sedangkan dibawahnya tersembunyi tauge mentah. Sementara sausnya adalah cabe cair asam, pedas dan manis. Tidak ada yang special kecuali tauge mentah segar.

Cemilannya mirip dengan Indonesia
Makan malam saya agak sedikit terburu-buru karena sistem meja yang harus bergantian dengan yang lain. Mereka akan antri dan menunggu meja yang kosong untuk menikmati makanan. Tidak terlalu mahal, cukup membayar 60-80 Baht untuk sekali makan dengan porsi yang lumayan.

kira kira apa ya artinya?
Setelah kenyang kami membeli air mineral dan kembali ke hotel. Lelah perjalanan membuat kami langsung tertidur nyenyak. Saya masih sempat menuliskan beberapa tulisan di buku kecil saya. Sembari mengintip rute perjalanan dan menghitung pengeluaran. Hatyai cukup berkesan.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.