Perayaan Malam Tahun Baru Imlek 2561 di Pontianak

Imlek (lafal Hokkian dari 阴历, pinyin: yin li, yang artinya kalender bulan) atau Kalender Tionghoa adalah kalender lunisolar yang dibentuk dengan menggabungkan kalender bulan dan kalender matahari.

Kalender Tionghoa sekarang masih digunakan untuk memperingati berbagai hari perayaan tradisional Tionghoa dan memilih hari yang paling menguntungkan untuk perkawinan atau pembukaan usaha. Kalender Tionghoa dikenal juga dengan sebutan lain seperti "Kalender Agrikultur" (nónglì 农历/農曆), "Kalender Yin 阴历/陰曆" (karena berhubungan dengan aspek bulan), "Kalender Lama" (jìulì 旧历/舊曆) setelah "Kalender Baru" (xīnlì 新历/新曆) yaitu kalender masehi, diadopsi sebagai kalender resmi dan "Kalender Xià 夏历/夏曆" yang pada hakekatnya tidak sama dengan kalender saat ini.
Ini adalah kali pertama dalam 10 tahun terakhir mengikuti kemeriahan imlek di Pontianak, penasaran dengan kemeriahannya membuat saya harus mengikuti sendiri ritual ini terutama dari pembukaan, bazar, sampai dengan pesta kembang api saat pergantian tahun. Keramaian yang sungguh menyenangkan dan membuat leher agak kaku karena harus menengadah keatas terus.



Jalan Gajah Mada sendiri yang menjadi pusat kegiata sudah mengalami kemacetan sejak pukul 15.00. Saya sendiri dan teman-teman mengalami kesulitan menebus keramaian ini. Paling tidak, untuk menembus kemacetan ini memakan waktu tidak kurang dari 1 jam an. Sungguh macet yang amat sangat. Seluruh warga Pontianak tumpah ruah dijalan. Macetnya minta ampun. Sungguhlah meleahkan saat harus berkendara, kaki pegel dan leher pegel banget karena yang dibonceng juga gedenya minta ampun hehehehe
Jalan Gajahmada merupakan pusat kegiatan cap go meh, sepanjang jalan ini dan beberapa pertokoan dilingkungan pecinan juga dihiasi oleh lampion merah. Memenuhi sepanjang jalan. Banyak sekali hal yang menakjubkan. Rasa lelah terbayarkan dengan kemeriahan langit yang penuh warna warni. Kembang api tiada henti terus memenuhi langit Gajah Mada. Seru dan menyenangkan dan pastinya banyak hal mengagetkan. Suasana itu berlangsung dari langi gelap sampai dengan pukul 01.00 dini hari. Tanpa henti dan terus berlanjut. Semua jenis kembang api ada semua, yang jelas lebih meriah dari Ancol. Seru menarik dan luar biasa!!

Saat malam imlek (13/Feb/2010) mulai datang, kembang api pun terus menghiasi langit kota Pontianak. Yang pasti kembang api terus ada hingga tanggal 14/Feb/2010 menhampiri. Ini kali pertama saya turun sendiri ke jalan hingga jam 00:00 melihat kembang api terus-terusan muncul di langit. Senang sekali rasanya melihat Pontianak dirias dengan meriah untuk menyambut tahun baru imlek ini. Tahun Baru Imlek berasa hambar sekali tanpa bunyi petasan.

Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama.
Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama dalam Tahun Baru tersebut.
Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.
Cap Go Meh di Singkawang
Perayaan Cap Goh Meh di Singkawang biasanya ditandai dengan arak-arakan para Tatung menuju vihara atau klenteng. Perayaan dipercaya sudah dilaksanakan turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Para tatung berasal dari berbagai vihara yang tersebar di seluruh Singkawang, oleh karena itu tak heran kalau Singkawang juga mendapat julukan kota seribu kuil. Dalam 1 vihara atau klenteng kadang terdiri lebih dari 1 orang Tatung. Pagi hari di hari ke 15 ini, para Tatung akan berkumpul untuk melakukan sembahyang kepada Langit di altar yang sudah disiapkan. Perjalanan para Tatung di tandu dengan menggunakan tandu yang beralaskan pedang tajam atau paku tajam, sambil memamerkan kekebalan tubuhnya. Ada juga yang naik tangga pedang, biasanya terdiri dari 36 atau 72 pundak/tangga. Semakin bisa naik ke atas maka artinya semakin kuat juga ilmu Tatung tersebut. Kegiatan ini telah mulai dikembangkan sebagai objek pariwisata untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Perayaan Cap Go Meh 2561 tahun 2010 ini di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, menjadi daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan dari luar daerah. Selama beberapa hari, Kota Singkawang dipenuhi wisatawan.
Untuk di Pontianak sendiri, saya tidak ketinggalan untuk mengikuti acara ini, sudah mulai bersiap sejak jam 12.00 siang, padahal acaranya baru dimulai jam 14.00. akhirnya tujuan saya tercapai untuk menarik sang jenggot naga hooraaaaayyy...........

Jumlah tatung yang mendaftar ke panitia sebanyak 777, tetapi Muri menghitung sendiri.

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang, Minggu kemaren dipusatkan di Jalan Diponegoro, dengan acara arak-arakan tatung dari komunitas-komunitas budaya. Tatung adalah orang yang dirasuki roh halus sehingga memiliki kekebalan tubuh dan tidak merasakan sakit saat duduk atau berdiri di atas pedang atau pipi ditusuk bilah-bilah besi panjang.

Ketua Panitia Cap Go Meh Kota Singkawang Lio Kurniawan mengatakan, arak-arakan tatung tahun ini didaftarkan ke Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) untuk memecahkan rekor jumlah tatung terbanyak. ”Jumlah tatung yang mendaftar ke panitia sebanyak 777, tetapi Muri menghitung sendiri saat perarakan dan akan diumumkan pada Minggu malam,” ujar Lio.

Arak-arakan tatung yang didampingi oleh belasan atau puluhan pengiring dari tiap komunitas mendapatkan perhatian luar biasa dari wisatawan. Para tatung mempertontonkan atraksi kekebalan tubuh. Selama arak- arakan tatung yang diperkirakan disaksikan 200.000 orang itu, lalu lintas dari dan ke Jalan Diponegoro ditutup.

Sebelum perayaan Cap Go Meh, Singkawang ramai dipadati wisatawan karena panitia juga menggelar berbagai acara.
Sekitar 20.000 warga memadati Stadion Kridasana untuk menyaksikan berbagai atraksi, antara lain peragaan busana batik singkawang, pesta kembang api, dan perlombaan karaoke tingkat ASEAN. Selain itu, penyerahan penghargaan Muri untuk lampion raksasa berukuran tinggi 22 meter dan diameter 32 meter serta kue keranjang raksasa dengan berat 8.735 ton.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.