"Jika Belum menginjakkan kaki ke Pulau
Penyengat Maka Belumlah engkau sampai keTanah Melayu".
Kata kata ini Tukang Jalan Jajan dapat dari
Tukang ojek di Batam, kalau tidak salah 3 tahun lalu, saat bertandang ke Batam. Entah
mengapa, setelah beberapa tahun, kesempatan itu datang tiba-tiba saat Mas Yopie
mengajak ke Festival Pulau Penyemat atas rekomendasi Mbak Evi Indrawanto.
Sungguh, berbuat baik itu bisa menghasilkan rejeki lain. Jadilah Tukang Jalan
Jajan bersama Tim dari Kementerian Pariwisata RI menjelajah festival Pulau
Penyengat 2019.
![]() |
Bukit Kursi di Pulau Penyengat |
Meng-iya-kan untuk ikut mengeksplorasi Pulau
Penyengat sekaligus datang ke Festivalnya adalah satu kebanggaan. Berasal dari
Kota Pontianak, membuat Tukang Jalan jajan tak terlalu asing dengan suku
Melayu, namun perkataan tukang ojek beberapa waktu lalu membuat saya merasa
perlu untuk mengeksplorasi berkeliling pulau dengan ukuran sekitar 2,5 km x 750
meter dan berjarak sekitar 35 km ini.
Dari Pontianak Sampai Ke Pulau Penyengat
Ada berbagai cara untuk sampai ke Pulau Penyengat. Semua dikembalikan
ke kantong masing-masing. Jika memiliki uang lebih bisa menunggangi pesawat besi,
jika cekak bisa menggunakan kapal laut. Semakin besar budget yang dimiliki maka
semakin cepat perjalanan sampai kesana. Beberapa kombinasi bisa digunakan :
- Menggunakan Kapal Laut dari Pontianak ke Jakarta lalu dilanjutkan Ke Batam. Dilanjutkan menggunakan Kapal Ferry Cepat ke Tanjung Pinang lalu menaiki Pong Pong ke Pulau Penyengat
- Menggunakan Pesawat dari Pontianak ke Batam, lalu ke Tanjung Pinang dilanjutkan Pong Pong ke Pulau Penyengat
- Menggunakan Pesawat dari Pontianak ke Batam, naik Ferry cepat ke Pulau Pinang dan Pong Pong Ke Pulau Penyengat.
Menggunakan Pesawat baling baling ke Tanjung Pinang |
Untuk informasi biaya perjalanan tentu tergantung maskapai yang digunakan, namun untuk ferry cepat dari Batam ke Tanjung Pinang berkisar antara 70 ribu rupiah dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam. Jam keberangkatan setiap 45 menit dan mulai beroperasi dari pukul 08.00 hingga 17.00. Kapal Pong Pong beroperasi saat penumpang penuh dengan biaya 7 ribu per orangnya atau untuk booking 150 ribu. Walaupun ada kapal cepat, pesawat juga ada yang melayani rute Batam - Tanjung Pinang yang mungkin hanya berkisar 20 menit saja.
Raja Haji Fisabilillah Airport |
Tanjung Pinang dan Pulau penyengat mudah di akses. Pelabuhan Punggur di Batam merupakan akses menuju Pelabuhan Sri Bintan Putra Tanjung Pinang, menurut Tukang Jalan Jajan, tak ada kesulitan mengeksplorasi kedua tempat ini. Untuk ke Pulau Penyengat digunakan pelabuhan terpisah yang ada di sebelah kiri gerbang Pelabuhan Sri Bintan Putra. Tanjung Pinang sudah ada ojek online yang tersebar merata. Namun untuk beberapa destinasi luar kota sebaiknya menggunakan mobil/motor sewaan.
Melestarikan Budaya
Melayu Lewat Festival Pulau Penyengat
Festival Pulau Penyengat 2019, Festival Penjaga Tradisi Melayu. Festival yang digagas untuk mengangkat
potensi alam dan budaya setempat. Melalui festival ini, wisatawan bisa mendapat
hiburan sekaligus wawasan tentang sejarah dan budaya melayu. Festival Pulau
Penyengat di Provinsi Kepulauan Riau secara resmi masuk dalam Calender of Event (CoE) 2019 dan digelar 14-18
Februari 2019. ada 15 kegiatan yang digelar untuk memeriahkan Festival Pulau
Penyengat.
Gerbang Selamat datang di Pulau Penyengat |
Tukang Jalan Jajan melihat di brosur event, ada banyak acara yang berhubungan dengan budaya dan seni. Selama festival digelar berbagai kegiatan dan permainan tradisional rakyat, serta pertunjukan budaya dari luar negeri yang dibawakan oleh kelompok Sriwana dari Singapura, dan Komunitas Budaya Johor Baru Malaysia. Selain berbagai pertunjukan, Festival Pulau Penyengat diisi lomba gurindam XII, napak tilas sejarah pulau Penyengat, lomba berbalas pantun, lomba kompang kreasi, pentas seni berbagai sanggar seni di Tanjungpinang, lomba kuliner Melayu, lomba barzanji, nambat itik, pukul bantal, dongeng Melayu, lomba gasing, dan permainan rakyat lainnya.
Peta Pulau Penyengat |
Mungkin saja ada beberapa yang terlewat, namun paling tidak beberapa lomba sudah dimasukkan kedalam daftar wajib tonton termasuk esplorasi berbagai lokasi wisata di Pulau Penyengat dan kulinernya.
Pulau Penyengat, Penjaga Budaya Melayu
Saya hanya mendapat informasi dari membaca tapi
kaki ini sudah hampir menapak. Pesawat berbaling baling ganda ini sudah menapak
ke Raja Haji Fisabilillah Airport. Perlahan namun pasti saya mengangkat ransel
7 kilogram ini menuju pintu keluar. Tak banyak orang berseliweran, hanya
sedikit orang yang menjemput. Tak sampai 10 orang yang turun di bandara ini,
sisanya melanjutkan perjalanan ke Padang. Sembari menunggu saya kembali fokus
membaca sejarah Pulau Penyengat yang makin membuat penasaran
Landmark Pulau Penyengat. Mesjid Raya Sultan Penyengat |
Pulau mungil di Kepulauan Riau ini ternyata punya sejarah yang luar biasa. Mungkin tidak seterkenal Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat atau Kesultanan Banten, Kesultanan Solo dan kesultanan lainnya di Pulau Jawa. Namun, pulau ini memiliki peran yang luar biasa untuk mempersatukan seluruh bangsa. Di pulau inilah Gurindam Dua Belas, karya sastra Melayu yang menjadi tonggak perkembangan bahasa Indonesia, ditulis. Menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia yang termaktub dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928 dan mempersatukan kita hingga sekarang.
Raja Ali Haji, Pahlawan Nasional Pencipta Gurindam 12 |
Pulau Penyengat kaya akan wisata sejarah, mulai
dari kompleks Istana Kerajaan Riau – Lingga. Ada Istana Kantor, Mesjid Raya
Sultan Penyengat dan berbagai makam raja-raja yang memimpin Kerajaan
Riau-Lingga. Berbagai benteng pertahanan, pelabuhan dan sumur air tawar yang
membuat pulau ini terkenal juga terjaga dengan baik dalam kompleks besar ini.
Akomodasi Selama Di Tanjung Pinang dan Pulau
Penyengat
Setelah bersama dengan rekan rekan dari Medan dan
Aceh serta teman teman dari Kementerian Pariwisata datang dari Jakarta kami
semuapun beranjak menuju ke tengah kota. Jaraknya lumayan jauh, sekitar 40
menit berkendara menggunakan mobil untuk sampai ke hotel yang sudah disiapkan.
Hotel ini namanya Furia, beralamat di Jalan Merdeka No. 6 No Telepon (0771)
311225. Hotel ini biasa saja namun tepat dikiri ada gerbang untuk ke Pelabuhan
Internasional menuju Malaysia dan Singapura sedangkan disebelah kanan terdapat
gerbang menuju Pelabukan Lokal termasuk Pong Pong yang menuju ke Pulau
Penyengat, sementara dibagian tengah gerbang terdapat kantor pos yang merupakan
O Kilometer kota Tanjung Pinang.
Dermaga tradisional Pulau Penyengat |
Bila dikejar waktu, hendak menyeberang ke Pekanbaru atau pulau lain di Riau, serta tidak tahu apa-apa tentang kota Tanjung Pinang, maka hotel ini bisa menjadi alternatif persinggahan. Memang dari aspek kualitas kamar, cukuplah hanya untuk sekedar beristirahat. Bagi saya yang teristimewa dari hotel ini yaitu lokasinya yang cukup strategis dekat dengan pelabuhan ferry dan pasar tradisional serta pusat jajanan, bahkan bisa berjalan kaki kurang dari 10 menit saja untuk mencapai beberapa lokasi itu. Kontras dengan kamar tidurnya yang sangat sederhana denga TV Tabung dan AC yang tak terlalu dingin, kamar mandinya justru luas, dilengkapi shower air panas. Wifi sudah dapat diakses dikamar. Sarapan sederhana disediakan mulai 6 pagi. Kebetulan saya menginap di Lantai 4 dan bisa diakses dengan lift.
Salah satu Homestay di Jalan Tabib, Pulau Penyengat |
Jika ingin mencoba sensasi menginap di Pulau Penyengat ada beberapa homestayyang bisa digunakan seperti Homestay yang berada dikiri pintu gerbang masuk dekat dengan masjid di Jalan Istana Laut, Penyengat, Tanjungpinang Kota, No. 26, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau dengan nomor telepon 0813-7206-8123. Informasi lain yang saya dapat, ada sebuah rumah di Jalan Tabib, dekat jalan menuju Makam Engku Hamidah. Disini ada sebuah rumah lengkap dengan dua kamar, ruang tamu yang luas dapur beserta peralatannya dan AC. Tarif yang ditawarkan sekitar 300 - 500 K permalamnya, namun jika digunakan bersama pasti jauh lebih murah.
Penting diingat, Pulau Penyengat sangat panas, jadi bawalah sesuatu yang membuat kamu terlindungi dari sinar matahari lansung dan menjaga agar tak dehidrasi
- Topi
- Pakaian yang nyaman dan menutupi tubuh
- Kacamata Hitam
- Handuk Kecil
- Sunblock
- Botol Air Minum
Ucapan Terimakasih untuk semua pihak yang telah
mendukung acara ini sehingga tukang jalan jajan dapat sampai ke Festival Pulau
Penyengat 2019
Adios, Mucho Gracias, Mas Yopie and Team, Mas Ben and Team, Genpi dan
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia serta teman teman yang tergabung
dalam kegiatan ini.
Festival Pulau Penyengat 2019, Festival Penjaga Tradisi Melayu
Reviewed by Tukang Jalan Jajan
on
2/22/2019
Rating:

Landmark Pulau Penyengatnya macam udah seperti di luar negeri mas, tapi ini asli kepunyyan Indonesia dan penuh banget sejarahnyaa,
BalasHapusKelihatan banget panas teriknya ya mas.
Bersyukur banget bisa jadi salahsatu peserta yang mengikuti Festival Pulau Penyengat di tahun ini
Terima kasih untuk informasinya mas ^_^
Kalau langsung kesana berasa seperti negeri upin upin tapi inilah hebatnya Indonesia. kaya akan budaya
Hapusaku nih salah satu yang belum eprnah ke pulau penyengat,katanya pemandangan di sana keren-keren, dulu pernah lihat di TV aja
BalasHapusJadi segeralah kesana supaya bisa merasakan sendiri bagaimana keajaibannya kak :) aku aja kepengen balik lagi hehehe
HapusSebelumnya aku masih asing sama Pulau Penyengat. Tapi saat disebut di sana tempat tercetusnya Gurindam Dua Belas dari Raja Ali Haji langsung, "WHOAAAAAAAA INI TOH TERNYATA TEMPATNYA!"
BalasHapusKarya sastra yang fenomenal banget! Inget masa SMA jadinya pas pelajaran bahasa Indonesia sepanjang jam pelajaran cuma dengerin Gurindam Dua Belas doang.
Sudah pasti orang Indonesia semua tahu karena pelajaran bahasa Indonesia pasti aa belajar Gurindam 12. Sejarah juga ada hehehe
HapusTahu budaya Melayu hanya dari bacaan, seperti novel-novel karya penyair Pujangga Baroe, pengen sekali bisa menginjakkan kaki ke tanah Melayu dan melihat langsung budaya Melayu yang selama ini hanya saya kenal melalui tulisan
BalasHapusDi Pulau Penyengat banyak sekali karya Sastra Melayu dalam tulisan Arab Melayu dan sudah banyak sekali ditulis. Luar biasa sekali lho mbak
HapusWah, senang sekali bisa ikutan acara dari Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. Selain bisa bertemu dengan teman-teman, dalam perjalanan bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan. Salah satunya mengenal kebudayaan dari masyarakat d Pulau Penyengat
BalasHapusAku terkesan dengan sejarah dan budaya di Pulau Penyengat. Cikal bakal Indonesia jauh sebelum kemerdekaan
HapusPulaunya colorful ya. Kereeennn
BalasHapusdominasi warna kuning emas sebagai lambang kejayaan kesultanan Melayu dan hijau yang dekat dengan Islam
HapusInfo baru lagi, tentang pulau penyengat ini, keren dominasi warna kuning gading semua.. btw ajak Eny jalan-jalan dong yaa ahahahaha
BalasHapusEnychan
*Ayuk Jalan Jalan* sudah kuajakin kan ya... mari kita jelajah Indonesia yang kaya akan budaya dan cerita sejarah
HapusAku belum pernah menginjakkan kaki ke Pulau ini. Semoga ngga banyak binatang penyengat yaa 😅
BalasHapusDuh.. pengen deh diajak KemenPar jalan2
Dulu iya, sekarang sudah ngga ada lagi sih :) sudah bebas dari penyengat dan sudah jadi kampung yang elok
HapusBebeeapa kali baca soal Pula Penyengat tapi baru tau soal sejarah gurindam yg mempersatukan Melayu itu.
BalasHapusOoo ternyata selain pakai pesawat juga bisa pakai kapal to.
Iya ya kalau Pontianak itu ada Melayu, Tionghoa, dll jd kyknya mirip2 ya sama yg ada di Pulau Penyengat budayanya?
KAlau di Penyengat semuanya Melayu sih kak. kalaupun ada cuman pendatang yang datang untuk berjualan dan tidak tinggal disana
HapusEh, harganya cukup ramah di kantong yaa...
BalasHapusGak apa-apa murah meriah banyak yang dilihat...naik Kapal Ferry keknya seru.
Pulau Penyengat...
Iyes kak, aku nyobain semua transportasinya biar tahu bagaimana rasanya menyusuri Pulau Penyengat hehehe
HapusAku pengen banget ke pulau penyengat. Sdh lama dengar Raja ali haji dan sastra melayunya.
BalasHapusAda makamnya juga dan keluarganya lho Mas, termasuk tulisan asli gurindam 12. Pokoknya sik deh!
HapusAku mau ngucapin terima kasih karena sudah menambah daftar wish list traveling aku, Kak. Menambah kegalauan aku juga. Duh jadi aku harus fokus nabung buat kemana dulu ini.
BalasHapusAku cukup familiar sih sama nama Pulau Penyengat. Tapi aku ga ada bayangan seperti apanya. Oh ternyata cantik dan kaya akan budaya.
Ahay... makin gemuk bucket list jalan jalannya. Semoga bisa tercapai semua dan menemukan apa yangbisa dinikmati. Seru kaaaaakkk
HapusNama pulaunya unik, kekayaan budayanya pun sangat menarik.
BalasHapusDuh, membaca pos tentang pulau Penyengat ini bikin rinduku jalan-jalan berbuncah tak terkendali. Mudah2an setelah pandemi berlalu akan ada festival lagi. Sungguh seru menyambangi suatu kawasan jika sedang festival, karena akan banyak melihat atraksi budaya :)
BalasHapus