Gudeg Permata, Penggoda Tengah Malam di Jogja

gudeg Permata dapat dijadikan pilihan, buka mulai pukul 20.30 malam dan libur di hari Minggu. Gudeg yang terletak tepat di sisi barat bekas gedung bioskop Permata. Berada didekat traffic light pertigaan Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajah Mada.

Yogya? ya gudeg lah! Makanan yang hits ini susah sekali dipisahkan dari kota pelajar yang menjunjung tinggi budaya. Salah satu gudeg enak di Jogja  adalah Gudeg Permata yang legendaris. Gudeg yang terletak tepat di sisi barat bekas gedung bioskop Permata. Berada didekat traffic light pertigaan Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajah Mada. Warung gudeg ini terletak persisi di dekat traffic light itu. Tidak sulit menemukannya, lihat saja antrian orang yang berjejer menunggu dilayani. Mulai dari memesan, mengambil nomor sampai membayar semua dilakukan di satu meja kecil disamping Bu Sunarti yang sibuk berjualan tanpa terganggu sedikitpun. Saya mengintip sejenek Bu Sunarti yang sibuk berhadapan dengan baki dan baskom super besar berisi bermacam-macam lauk pelengkap gudeg.
 
Gudeg Permata
Gudeg Permata, Penggoda Tengah Malam di Jogja
Menikmati gudeg enak di Jogja bearti sudah melewati perjalanan panjang penuh perjuangan. Antrian yang mengular sudah jadi hal normal jika memang enak rasanya. ada dua kategori gudeg yang sering didengungkan, basah dan kering. Perbedaan paling mencolok adalah penggunaan kuah arehnya. Kuah areh merupakan Kuah kental yang dari dari santan kelapa bercampur dengan ampas minyak kelapa atau blondho. Pada Gudeg Basah, penggunaan kuah Arehnya lebih banyak dan lebih encer. 
 Gudeg Permata
Ayam, telur dan tahu siap jadi pelengkap di Gudeg Permata
Sedangkan Pada Gudeg Kering tidak banyak menggunakan kuah areh. Karena Gudeg Kering tidak banyak menggunakan kuah areh, maka gudeg ini menjadi lebih awet bertahan lama. Sehingga Gudeg Kering ini lebih banyak digunakan sebagai oleh-oleh. Walaupun demikian, Gudeg Kering tetap cuma bertahan beberapa hari saja. Sedangkan Gudeg Basah, tidak bisa lebih dari satu hari dan harus sering-sering dihangatkan kembali agar tidak basi.
 Gudeg Permata
Opor ayam kampung di Gudeg Permata
Saat saya datang, motor memenuhi pinggir jalan hingga lampu merah, padahal sudah pukul 12.00 tengah malam. Awalnya saya pikir hanya satu loss meja kursi yang disediakan ternyata ada sebuah ruangan luas yang disediakan berisi meja dan kursi namun sepertinya tidak mampu menampung semua tamu Gudeg Permata yang datang sehingga lesehan di sekitaran ruko dan lorong semuanya dipenuhi pengunjung. 

Ayam, telur dan tahu siap jadi pelengkap di Gudeg Permata
Ayam, telur dan tahu siap jadi pelengkap di Gudeg Permata
Sembari melihat lalu lalang pelayan yang sibuk berteriak nomor antrian sembari mengantarkan piring berisi pesanan pelanggan. Sembari menunggu saya malah sempat menikmati semangkuk wedang ronde yang hangat dan manis. Ronde bulat yang kenyal begitu digigit langsung pecah gula merah dan kacang tanah didalam mulut. Sedap sekali.

Wedhang ronde pengganjal sebelum menikmati Gudeg Permata
Wedhang ronde pengganjal sebelum menikmati Gudeg Permata
Gudeg Permata ini memang punya rasa yang mantap. Saya duduk lesehan saat makanan dalam piring datang. Nasi pulen dengan bermacam-macam lauk pauk tersaji indah didepan mata, ada sambal krecek lengkap dengan cabe bulat yang tinggal “dikletes” untuk menambah rasa pedas, telur pindang opor, ayam kampung opor dan terakhir gudeg! satu piring yang menggoda saya. Sembari menulis ini, iler saya menetes. warna gelap kontras dengan warna putih ditemani temaram lampu. beralaskan tikar dengan segelas teh hangat. Masalah harga disesuaikan dengan apa saja menu yang ditambahkan. Mari makan dengan bahagia.

Sepiring kelezatan di Gudeg Permata
Sepiring kelezatan di Gudeg Permata
Setiap suapan punya arti tapi satu hal yang menyatukan, aroma kayu bakar terjajak juga dilidah. Makanan slow food seperti ini memang menguji seberapa sabar sang peramu rasa. Tanpa ada mesin presto, ayam kampung ini lembut saat dikunyah. Rasa gurih santan langsung menyebar dan rasa bumbu yang berpadu dalam setip kunyahan. Lemak santan ini sudah menyatu dengan daging ayam kampong sehingga setiap serat daging sudah tersimpan sejuta rasa. Telur bebek pindangnya juga padat, begitu dikunyah, rasa khas telur bebek yang gurih berpadu dengan bumbu pindang yang menyamarkan rasa amis. 

Sambal Krecek di Gudeg Permata
Sambal Krecek di Gudeg Permata
Kreceknya juga sedap, semua bumbu meresap dalam pori pori kulit sapi renyah ini ditambah dengan kacang tholo yang membuat tekstur kunyahan jadi berbeda. Beberapa kali saya menggigit cabe untuk menambah rasa pedas supaya makin sedap. Gudeg dengan siraman arehnya juga mantap, masih terasa renyah, legit dan gurih. Sepertinya, dengan nasi putih saja sudah nikmat, tanpa perlu ada tambahan yang lain. Saya sempat berpikir, apakah ayam kampung dan nangka muda selalu ada di Jogja? pastilah langka karena ada ratusan penjual gudeg yang menyebar diseluruh kota dan kabupaten. Lalu kenapa bukanya kebanyakan malam ya?

Selamat menikmati Gudeg Permata di tengah malam
Selamat menikmati Gudeg Permata di tengah malam
Mungkin bagi yang tidak terlalu suka rasa legit, gudeg Permata dapat dijadikan pilihan, buka mulai pukul 20.30 malam dan libur di hari Minggu. Gudeg yang terletak tepat di sisi barat bekas gedung bioskop Permata. Berada didekat traffic light pertigaan Jalan Sultan Agung dan Jalan Gajah Mada. Nilai 8 dari 10 untuk menu disini. Masih banyak menu tambahan lain yang bisa ditambahkan kedalam piring, namun lebar dan dalam piring terbatas, saya tidak dapat memasukkan lebih banyak makanan lagi kedalam makan malam saya. Selamat menikmati Yogya, selamat makan dan salam yumces!
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.