Pusing-Pusing Di Kuching, Bandaraya Terbesar di Sarawak

Semenggoh Wildlife Center Letaknya kurang lebih 12 kilometer dari utara pusat kota.Kuching Wetland National Park Sesampainya di tengah kota, saya bertemu dengan seorang teman yang mengajak saya untuk pergi ke suatu tempat bernama Kuching Wetland. Kebetulan teman saya bekerja di Sarawak Tourism Board yang mengurusi masalah pariwisata di Sarawak.

Karena hari sudah semakin siang. Saya pun beranjak kembali ke hostel karena sore ini saya sudah berencana untuk mengunjungi Semenggoh Wildlife Center untuk melihat pemberian makanan kepada Orang Utan.

Kuching siang ini
Kuching siang ini
Semenggoh Wildlife Center
Letaknya kurang lebih 12 kilometer dari utara pusat kota. Saya menggunakan motor yang saya sewa kemarin. Pukul 16.00 adalah waktu pemberian makan. Saya harus sampai di sana sebelum jam makan. Setelah memarkirkan motor, saya membeli tiket masuk seharga 3 ringgit.

Melihat orang hutan di Semenggoh Wild Center
Sebelum pemberian makan dan pintu masuk ke dalam hutan di buka, saya mendengar penjelasan seorang penjaga hutan yang memberikan pengarahan kepada semua pengunjung. Dari 25 orang utan yang ada di sini 14 diantaranya merupakan hasil perkawinan 11 orang utan yang diselamatkan. Lahan kutan seluas 1613 hektar ini didirikan sejak 1975. Dari informasi yang saya dapat, pengunjung harus berada paling tidak 7-10 meter dari orang utan. Dilarang berisik dan memegang makanan dan air minum apalagi mencoba memberi makan. Bagi yang ingin mengambil gambar, dilarang mengaktifkan flash

Begitu rantai yang melintang di jembatan di lepas, sekitar 30 pelancong disilakan masuk berbaris perlahan-lahan. Masuk kedalam hutan melewati jalan setapak kurang lebih 300 meter. Terdengar suara “aoooooooouuuu uuuu uuuu uoo” dan terkadang erdengar seperti memanggil nama. Ternyata itu adalah petugas khusus pemberi makan yang memanggil orang utan menuju satu titik pemberian makan.

Melihat orang hutan di Semenggoh Wild Center
Melihat orang hutan di Semenggoh Wild Center
Pelancong di sediakan bangku berundak dari kayu dan di beri batas tali tambang. Sementara di depan kami semua terdapat panggung yang terhubung dengan tapi temali ke beberapa pohon tinggi. Di tengah panggung terdapat pengasuh dengan 2 ember buah-buahan segar seperti pisang, pepaya dan kelapa. Kami harus menunggu 30 menit sampai 3 ekor orang utan yang datang. Terdapat 1 jantan dominan, 1 betina dan seekor anak orang utan yang bergelantungan. Tentu saja yang terlebih dahulu turun melewati tali adalah jantan dominan yang berkuasa. Beberapa pisang digenggam dan sebagian langsung di makan. Pengasuh juga memberikan kelapa utuh yang langsung di bawa ke atas pohon dan segera di bentur-benturkan ke batang pohon supaya pecah dan bisa dimakan. Baru kemudian diikuti oleh 2 orang hutan yang lain. Tingkah mereka yang lucu membuat kami beberapa kali menahan tawa.

Melihat orang hutan di Semenggoh Wild Center
Melihat orang hutan di Semenggoh Wild Center
Setelah puas melihat atraksi orang utan makan, saya melanjutkan menuju galeri foto di Semenggoh Wild Center. Ada silsilah orang utan yang di rawat di sini dan lengkap bersama nama, jenis dan silsilah serta dilengkapi informasi sederhana  perbedaan antara orang utan di sumatera dan kalimantan. Disebelah galeri terdapat sebuah kandang buaya yang juga merupakan koleksi tempat ini. Sayang saya tidak bisa melihatnya karena berada di dalam kandang. Setelah puas saya kembali ke hostel.


Kuching Wetland National Park
Sesampainya di tengah kota, saya bertemu dengan seorang teman yang mengajak saya untuk pergi ke suatu tempat bernama Kuching Wetland. Kebetulan teman saya bekerja di Sarawak Tourism Board yang mengurusi masalah pariwisata di Sarawak. Menuju kesana membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan jarak sekitar 15 kilometer. Begitu tiba saya harus menunggu kapal bermesin di dermaga yang akan menghantar kami menuju lokasi hutan bakau. Akhirnya kapal datang dan saya tidak berhenti melihat kekiri dan kanan. Sungai dan daratannya lumayan luas, menurut teman saya, ada sekitar 6,610 hektar lahan yang mencakup Sibu laut dan sungai Salak. Banyak sungai kecil berair payau yang saling terhubung satu dengan yang lainnya dan bermuara pada dua sungai besar. Kuching wetland sendiri berada di tengah muara.
Menuju  Kuching Wetland National Par
Menuju  Kuching Wetland National Park
Menuju  Kuching Wetland National Par
Menuju  Kuching Wetland National Park
Beberapa hewan liar juga ada di lokasi ini seperti monyet proboscis, monyet macaque berekor panjang, monyet daun perak, kadal monitor, buaya muara, beberapa burung dan tentu juga lokasi ini merupakan tempat berkembang biak udang dan ikan. Sesampai didaratan saya melihat padang yang didominasi pasir. Kebetulan ada penanaman pohon bakau, sayang sekali jika tidak ikut menanam. Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian terhadap ekologi dan dunia konservasi sehingga tetap terjaga keberagaman flora dan fauna. Dari sini saya bisa melihat barisan gunung Santubong dan Gunung Serapi tanpa penghalang.

Menanam mangrove di Kuching Wetland National Park
Dari penjelasan petugas di sini, Kuching Wetland di bangun demi menjaga agar Kuching tidak banjir serta bentuk tanggung jawab pemerintah Malaysia menjaga lingkungan untuk masa depan yang lebih baik. Menjaga kelestarian lingkungan bearti memberikan kesempatan anak cucu untuk melihat flora dan fauna yang beragam. Selesai menanam bakau saya memutuskan kembali ke pusat kota.

Museum di Kuching
Di sekitar Padang Merdeka dekat dengan water front banyak terdapat museum yang bisa di kunjungi diantaranya Ethnology Museum yang bisa dimasuki gratis. Bangunan ini sudah berdiri sejak 1891 dan sudah mengalami beberapa kali renovasi. Didalamnya terdapat banyak sekali artefak dan barang-barang dari berbagai etnis yang ada di Sarawak. Beberapa juga ada koleksi binatang yang di awetkan. Dari keseluruhan koleksi, museum ini berisi sejarah dan segala macam informasi tentang Sarawak.

Bagian gedung Pos di Kuching
Bagian gedung Pos di Kuching
Pohon tua di sekitar bangunan kuno di Kuching
Pohon tua di sekitar bangunan kuno di Kuching
Di bagian belakang juga terdapat halaman yang luas serta taman yang hijau. Terdapat beberapa monumen yang menggambarkan kisah kepahlawanan mencapai kemerdekaan di Sarawak. Di sini juga terdapat beberapa makam tua peninggalan Inggris.


Chinese Street, Kuching Sarawak Malaysia
Chinese Street, Kuching Sarawak Malaysia
Waterfront di Kuching, Sarawak, Malaysia
Waterfront di Kuching, Sarawak, Malaysia

Selain museum ini masih ada juga museum lain yang tidak saling berjauhan dan masih bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki saja. Ada yang gratis namun ada pula yang harus membayar tiket masuk. Ada museum Dewan Tun Abdul Razak, Museum warisan Islam, Museum tekstil dan museum seni. Selanjutnya baca tulisan lainnya disini
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.