Menyusuri Gua Lagang yang Sejuk Berkelok Mulu National Park

Gua Lagang adalah tujuan pertama saya dan teman-teman yang sudah terdaftar sebelumnya, cukup membayar RM 160 saja untuk rute pendek 3 jam an ini. Ada papan tulis putih yang disediakan di depan pintu masuk kantor.

Gua Lagang merupakan bagian dari Mulu National Park, ini adalah tujuan pertama saya dan teman-teman yang sudah terdaftar sebelumnya, cukup membayar RM 160 saja untuk rute pendek 3 jam an ini. Ada papan tulis putih yang disediakan di depan pintu masuk kantor. Gunanya untuk menginformasikan jadwal caving dan kelompok yang tersedia. Pengunjung tinggal menuliskan nama sesuai dengan jumlah kuotanya setiap hari. Sebenarnya ada 40 lebih gua yang ada di Mulu namun tidak semuanya bisa di eksplor. Pilihan waktu tempuh gua juga bermacam-macam, ada yang hanya 3-4 jam, ada yang seharian, 3-4 hari sampai 1 minggu. Semua disesuaikan dengan kemampuan petualang. Walaupun kita sudah memiliki pemandu dari luar tapi saat masuk kedalam Mulu National Park maka akan ada Park ranger yang akan terus mengawal, selain menjaga tamu mereka juga menjaga ekosistem alam.

Menunggu sambil melihat lubang gua Lagang
Menunggu sambil melihat lubang gua Lagang

Jalan Masuk menuju gua Lagang
Jalan Masuk menuju gua Lagang
Sebelum mulai berpetualang, biasanya akan ada informasi rinci mengenai perjalanan yang akan dilalui. Penggunaan helm berlampu dan sepatu trekking diwajibkan saat berada disini. Tidak lupa tas kedap air juga penting untuk menyimpan barang-barang bawaan seperti kamera, handuk dan jas hujan. Park ranger kami, Gary mengingatkan untuk tidak menyentuh apapun baik tanaman maupun bagian gua. Apapun yang dibawa masuk harus dibawa keluar dan jangan pernah membuang sampah apapun karena dapat merusak ekosistem.




Rumah penduduk di tepi sungai
Rumah penduduk di tepi sungai
Menikmati perjalanan menggunakan boat
Menikmati perjalanan menggunakan boat
Tepian sungai dan langit yang cerah
Tepian sungai dan langit yang cerah
Air sungai terlihat coklat tapi dasarnya terlihat
Air sungai terlihat coklat tapi dasarnya terlihat
Perjalanan dimulai dengan menyusuri sungai dan menikmati beningnya air sungai. Kiri dan kanan sungai yang tidak terlalu lebar ini ditumbuhi vegetasi yang cukup lebat dan rindang, beberapa burung seperti enggang beterbangan dari dahan satu ke yang lain, termasuk monyet-monyet yang mencari makan di tepi sungai. 10 menit berlalu, kami diajak singgah sebentar melihat-lihat perkampungan suku Punan di kampung Batu Bungan. Disini ada pasar yang menjual pernak-pernik hasil buatan warga lokal. Gelang, kalung dan gantungan kunci dari hasil hutan berupa manik-manik dan rotan bisa dibeli sebagai oleh-oleh. Harganya tidak terlalu mahal RM 5-20 saja.
Vegetasi hutan di tepi sungai
Vegetasi hutan di tepi sungai
Pohon tumbuh subur dan hijau di tepi sungai
Pohon tumbuh subur dan hijau di tepi sungai
Kapal merupakan transportasi di Mulu
Kapal merupakan transportasi di Mulu
Lubang gua Lagang di langit langit
Lubang gua Lagang di langit langit
Lepas dari sini kami menyusuri sungai lagi kurang lebih 20 menit dan sampai di lanting untuk masuk kedalam hutan.  Gary mendahului masuk menyusuri rute yang ada, terdapat beberapa penunjuk dari kayu, beberapa pohon besar tertulis nama dan informasi sehingga mempermudah petualang mendapat informasi. 30 menit berjalan kami mulai menapaki tangga menuju mulut gua. Melewati sebuah pintu yang akan akan ditutup setiap pukul 5 sore. Jalan masuknya sudah tersusun seperti jembatan dengan pinggiran yang dipasang tali. Sengaja dibuat jauh dari dinding gua agar tidak ada tangan jahil yang menyentuh. Bagian gua termasuk stalagtit dan stalagmit bisa rusak terkena keringat manusia.
Bagian dalam gua Lagang yang gelap
Bagian dalam gua Lagang yang gelap
Bagian dalam gua Lagang yang gelap
Stalagtit dan stalagnit Gua Lagang
Pembuatan jalan dari kayu ini membutuhkan waktu 4 tahun, berat tiang-tiang kayu yang digunakan bisa mencapai 50kg, wajar saja terlihat kokoh. Bagi yang tidak berminat caving boleh meneruskan jalan ini hingga pintu keluar. Gary mengajak kelompok kami untuk mulai masuk kedalam gua. Saya segera menyalakan lampu di helm. Mula-mula kami cukup berjalan menunduk tapi akhirnya harus merangkak. Ternyata tidak hanya merangkak dan jalan bebek, kamipun harus merayap karena lubang ini hanya berukuran 60 cm saja. Siku tangan terlalu perih menahan badan jadilah kami berguling agar mudah bergerak, sesekali saya terlentang untuk mengistirahatkan badan. Dingin dari bebatuan dan permukaan yang tidak rata sudah terasa seperti pijat alami untuk punggung. Susah payah untuk keluar dari lubang gua ini. Kurang lebih 1 jam kelompok kami berhasil melewatinya.
Lubang Gua Lagang
Lubang Gua Lagang
Lubang Gua Lagang
Lubang Gua Lagang
Lubang Gua Lagang
Lubang Gua Lagang
Lubang Gua Lagang
Lubang Gua Lagang
Perjuangan belum berakhir, kami harus menaiki tebing untuk kembali sampai keatas, curamnya bisa mencapai 45 derajat, batu-batu besar tersusun alami, tinggi rendah tak beraturan. Rute sejauh 200 meter yang terdiri dari bebatuan licin ini harus kami taklukkan agar bisa kembali menuju jalan kayu. Begitu sampai diatas kami semua berteriak lega dan bahagia. Tinggal melewati tangga menanjak sejauh 200 meter untuk sampai di pintu keluar gua. Rasa lelah langsung hilang begitu bisa menghirup udara segar. Baju saya sudah tidak berwarna lagi, sudah tercampur keringat dan tanah. Kotornya minta ampun. Sebelum pulang saya sempatkan untuk menceburkan diri kedalam sungai berair jernih untuk sekalian membersihkan baju dan tubuh dari lumpur hingga akhirnya perahu bermesin membawa kami kembali pulang dan beristirahat.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.