Kandang Rusa, Abraham Lincoln dalam Gua Kelelawar di Mulu National Park

Berlanjut ke Lang Cave, jaraknya tidak terlalu jauh dari Deer Cave, gua ini tidak terlalu besar tapi susunan bebatuannya layak dilihat. Bebatuannya seperti tersusun layak gerbang batu.

Berlanjut kembali ke kantor Mulu National Park menggunakan perahu bermotor untuk melanjutkan perjalanan ke 2 gua berikutnya. Dari titik kantor kita harus berjalan sekitar 3 kilometer melewati rawa gambut, jalan turun naik dan bebatuan kapur. Beberapa pohon raksasa dengan diameter 3 meter serta berbagai tanaman endemik khas hutan kalimantan juga menarik untuk dilihat. Setelah berjalan sekitar 1 jam akhirnya sampai juga di Deer Cave, gua yang paling pertama kali ditemukan oleh penduduk lokal ini digunakan suku Penan untuk pekuburan dahulunya. Gua ini besar sekali, sekitar 2 kilometer dengan tinggi 90 meter. Gua ini lebih terang dari gua-gua sebelumnya karena sinar matahari masih dapat masuk. Terdapat juga gua utama berukuran 174x122 meter yang dulunya digunakan suku Penan dan Berawan untuk mengurung rusa yang mereka dapat. Karena itulah gua ini diberi nama Deer Cave.
Masuk ke dalam Deer Cafe Mulu National Park
Masuk ke dalam Deer Cafe
Kontur alami gua dengan jalan yang tidak rata membuat kaki saya semakin tertantang untuk melangkah. Makin kedalam saya mencium bau pesing yang semakin kuat, kotoran kelawar atau guano tampak menumpuk banyak dibeberapa sudut, Jika berminat lebih dekat terlihat banyak serangga ditumpukan guano. Inilah rumah bagi jutaan serangga pengurai. Jika hujan datang dan air masuk kedalam gua maka guano ini akan tersapu secara alami menuju sungai, jadi sungai jernih di dalam gua ini adalah penampung kotoran terpanjang bagi kelelawar yang tinggal disini. Menurut penjelasan ranger, gua ini menjadi rumah bagi banyak spesies kelelawar. Apabila beruntung kita dapat melihat kelelawar yang bertubuh besar yang merupakan pemimpin kelompok atau mungkin kelelawar albino di sekumpulan bintik-bintik hitam di atap gua. Dalam gua ini dipasangi lampu kuning dibeberapa sudut, selain memberi penerangan juga memberi reflek bayang yang semakin mempertegas sudut sudut gua. Jangan khawatir jika anda bingung, akan ada banyak penjelasan di papan informasi yang tersedia hampir di setiap sudut.

Papan Masuk ke Mulu National Park
Papan Masuk ke Mulu National Park
Kantor Mulu National Park
Kantor Mulu National Park
Kantor Mulu National Park siap menjelajah
Siap menjelajah
Kaki melangkah hingga sampai di suatu ruangan paling puncak bernama “Garden I  Eden”. Ruangan ini merupakan gua yang di penuhi vegetasi hijau dengan seberkas cahaya yang berpendar masuk dari lubang kecil dari atas gua. Seperti cahaya surga yang menerangi kegelapan. Terlihat sangat cantik namun terlalu sulit untuk mengambil gambarnya karena kita tidak diperkenankan menggunakan lampu kamera, selain mengganggu para kelelawar, dikhawatirkan pula merusak vegetasi yang tumbuh didalam gua. Hal lain yang menarik adalah lubang gua di sebelah selatan. Bagian lubang gua terpahat alami membentuk wajah Abraham Lincoln. Siluet lubang gua yang terkena sinar matahari ini membuat saya terperangah. Ada wajah Abraham Lincoln di Deer Cave.

Penunjuk Jalan di Mulu National Park
Penunjuk Jalan
Berjalan menyusuri hutan Mulu National Park
Berjalan menyusuri hutan
Pengamanan sebelum menyusuri sungai Mulu National Park
Pengamanan sebelum menyusuri sungai
Mari berlayar di sungai melanau
Mari berlayar di sungai melanau
Wajah Abraham Lincoln Mulu National Park
Wajah Abraham Lincoln
Berlanjut ke Lang Cave, jaraknya tidak terlalu jauh dari Deer Cave, gua ini tidak terlalu besar tapi susunan bebatuannya layak dilihat. Bebatuannya seperti tersusun layak gerbang batu. Disana ada beberapa tanaman yang tumbuh endemik hanya di Mulu. Masuk kedalam gua ini saya juga melihat beberapa batuan batu kapur yang tertatah cantik dengan pencahayaan lampu yang semakin mempertegas sudutnya. Ada pula stalaktit dan stalagmit yang berumur ribuan tahun. Mata juga harus tetap awas saat menikmati gua ini karena disini juga tinggal beberapa hewan seperti walet, kelelawar dan ular.

Menyusuri gua (caving) Mulu National Park
Menyusuri gua (caving)
Menyusuri gua (caving) Mulu National Park
Bagian retakan gua
Menyusuri gua (caving) Mulu National Park
Stalagtit dan stalagnit ribuan tahun
Menyusuri gua (caving) Mulu National Park
Mirip apa ya?
Bergerak kembali menuju keluar melewati jembatan kayu menuju pintu keluar hutan. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, saya dan kelompok diarahkan kesuatu lokasi gazebo yang terintegrasi kantin yang digunakan untuk melihat kelelawar keluar kandang untuk mencari makan. Kegiatan ini biasanya berlangsung dari pukul 5-7 malam. Dengan menggunakan teropong atau mata telanjang kita bisa melihat pergerakan mereka. Awalnya saya berpikir ini biasa saja tapi melihat banyaknya orang yang menunggu saya menjadi penasaran.


Menyusuri jembatan kayu Mulu National Park
Menyusuri jembatan kayu
jembatan gantung Mulu National Park
Jembatan gantung
melihat kelelawar Mulu National Park
Melihat kelelawa
Saya mendongak keatas dan terpana, segerombolan kelelawar seperti ular meliuk liuk diangkasa. Tidak hanya segerombol saja tetapi terdiri dari beberapa kelompok yang meliuk dan menari di udara. Tidak ada yang bertabrakan sehingga formasi ini pecah. Sensor suara mereka memang bekerja super hebat. Keindahan yang sulit dilukiskan. Beberapa orang bertepuk tangan saat menyaksikannya karena kami termasuk beruntung, sempat bubar karena gerimis tapi ternyata tepat pukuk 05.30 sore kelelawar ini berterbangan keluar lubang gua. Saya pulang dengan puas dan bahagia. Tidak sabar untuk perjalanan esok hari.


Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.