Nuansa Mistis Tatung Bumi Khatulistiwa

Sebagai kota dengan populasi Tionghoa cukup banyak, Pontianak dan Singkawang punya banyak ritual yang menyenangkan. Pesona budaya dan tradisi kental terasa. Tidak hanya Imlek, perayaan 15 hari sesudah Imlek ada penutupan acara tahun baru ini. Masyarakat Tiong Hoa merayakan Cap Go Meh. Acaranya lebih meriah dari pada tahun barunya. Berpusat di Singkawang dan Pontianak. Selain itu ada bebeapa daerah pinggiran kota yang juga semarak.









Pukul 10 pagi Perlahan-lahan arakan mulai bergerak, musik bertalu-talu dengan kencang dan menghentak, aroma dupa semakin menusuk hidung. Penonton kebanyakan hening menikmati pertunjukan ini. Saya merasa setengah jumlah roh dewa dilangit sedang turun ke Singkawang. Satu-persatu tatung muncul dengan berbagai macam baju kebesarannya. Terlihat tandu diangkat dari jauh dan mereka terlihat gagah perkasa. Beberapa pengawal dengan baju yang tidak kalah ngeri ada di sekitarnya. Ada yang penuh dengan berbagai atribut dan jimat ada juga yang mencoreng moreng wajahnya dengan jelaga. Masing-masing ada cirikhas yang unik.




Mata saya menangkap ada tatung laki-laki, perempuan bahkan anak-anak yang sudah dirasuki roh leluhur. Mata mereka terlihat nanar namun terlihat sangar. Salut dengan beberapa tatung yang sudah berumur dan tetap atraktif. Ada yang menjadi Sun Go Kong dan lengkap dengan pakaian kebesarannya. Mimiknya meniru monyet sembari menggaruk garuk tubuhnya seperti monyet. Kaki tuanya menginjak mata pedang tanpa terluka sama sekali tangannta memegang mata tombak dengan santainya. Tidak ada luka dan darah sama sekali ditubuhnya. Sungguh penuh tanda tanya mengapa bisa terjadi.





Tidak hanya itu atraksi wajib lainnya adah melakukan gerakan akrobatik di atas tandu tanpa takut jatuh, kaki dan tangan mereka dengan santainya beradu dengan senjata tajam tanpa terluka, bahkan ada yang sengaja menyentuhkan ujung yang tajam ke tangan, leher bahkan lidah. Pertunjukan khas lainnya adalah memasukkan jarum besi panjang dengan bagian ujung yang dihias bunga teratai, ada pula yang ditusuk dengan buah jeruk, yang lebih berani biasanya menusukkan pedang atau batang besi yang lebih besar dari pipi kiri ke pipi kanan. Sekali lagi tidak ada darah yang keluar. Atraksi ekstrim ini cukup membuat wisatawan lokal dan mancanegara terperangah.






Tatung!
Tidak hanya atraksi ini. Tatung yang lapar juga tetap harus diberi makan, ada yang menggigit-gigit buah, ada yang memakan bunga sampai menggigit leher ayam. Tapi tidak semua atraksi yang membuat bergidik saja. Ada juga deretan tatung wanita cantik yang kerasukan roh Dewi Kwan Im yang duduk manis dengan sikap doa teratai namun tetap menduduki dan menginjak tandu yang penuh senjata tajam. Lautan manusia sungguh luar biasa, semua orang berebut untuk mengabadikan foto dengan smartphone dan  kamera. Beberapa fotografer profesional dengan lensa tele bahkan drone silih berganti mengambil gambar. Semua orang berusaha mengabadikan momen spesial satu tahun sekali ini sebagai sebuah tradisi bangsa yang mampu dijadikan magnet pariwisata.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.