Transformasi CapCay Ala Lokal
Mendukung ekonomi kerakyatan. Menikmati makanan buatan
pedagang kecil. Okelah! Saya sih seru-seruan aja saat rekan saya mengajak
menikmati makan siang di sebuah warung cap cay pinggir jalan. Siang ini sudah
direncanakan untuk mlipir ke Jalan Sultan Abdurahman. Bertempat disebelah RM
Agis dan didepan Pijat Nakamura jadilah siang ini saya menikmati Cap cay 128.
Dari namanya langsung bisa menebak klo pemiliknya pasti bukan Tionghoa.
Suasana di Capcay 128 |
Capcay itu makanan sederhana. Iyakan? Dari segi bumbu
dan cara masak. Semuanya tidak terlalu sulit. Bahannya masakannyapun termasuk
sayur mayur yang bisa ditemui dipasar-pasar. Karena baru selesai proyek
pelebaran jalan, bagian halaman parkir menjadi luas. Kendaraan roda 4 dan 2
bisa parkir dengan gampang asal disimpan dengan rapi. Plang yang besar dan
lokasi dipinggir jalan tentu memudahkan orang banyak menemukan lokasi ini.
Kabarnya cukup lama tutup karena proyek pelebaran jalan namun pada saat datang
meja terlihat penuh, api dan wok selalu bekerja sama tanpa henti.
CapCay Seafood |
Add caption |
Makanan datang setelah proses 15 menit. Standar
makanan cepat saji, sepiring capcay seafood seharga 16 ribu sudah tersaji
dengan aroma gurih seafood dibalut bawang putih yang tipis. Nasi goreng biasa
dengan telur mata sapi dan taburan kerupuk. Begitu menggoda dan sepertinya
nikmat. Mencoba menyeruput kuah capcay yang cair tanpa maizena, agak keruh
karena saus tiram dan kecap ikan. Rasa bawang putih yang tidak kencang.
Lumayan! Capcay ini juga dapat taburan bawang goreng. Sayurannya lumayan banyak
jenisnya, merujuk ke filosofinya, sayuran ini dimasak harus menggunakan 10
jenis bahan. Brokoli, bunga kol, sari putih, potongan jagung muda, sawi, cumi,
udang, baso dan kue ikan serta bawang putih yang dikeprek. Sayurannya masih
kress nyess! Segar dan masih terasa sensasi kunyahannya.
Nasi Goreng |
Nasi gorengnya seharga Rp 14.000,- juga berbeda dengan
rasa nasi goreng jawa ataupun nasi goreng racikan tionghoa. Saya merasakan
sensasi yang lebih asin dan manis yang lebih tipis. Sedikiti sentuhan saus tapi
lebih menggunakan perpaduan bermacam-macam kecap. Rasa bawang putih tidak
mendominasi. Nasi Goreng ini disajikan dengan telur mata sapi yang matang
sempurna ditambah sedikit sayuran dan kerupuk. Disajikan tidak pedas namun jika
kita meminta kemungkinan bisa lebih pedas. Tidak ada aroma cabe kering atau
rempah yang kuat seperti nasi goreng Madura atau Arab. Disini punya sensasinya
tersendiri.
Kwee Tiaw Goreng Sapi |
Sebenarnya yang paling menarik bagi saya adalah kue
tiawnya seharga Rp 20.000,- yang “basah” akibat kocokan telur yang ditambahkan
pada bagian akhir sebagai tendangan rasa. Telur ini mampu menahan rasa gurih,
manis dan asin melekat sempurna di tiap lembar mie putih tipis ini. Satu lagi
yang menarik, aroma dan panasnya juga mampu tertahan hingga beberapa waktu. Cukup
menarik untuk dicoba walaupun menurut saya terlalu gurih kemungkinan takaran
penyedapnya sedikit banyak. Jika saya memesan ini saya akan menambahkan
potongan cabe rawit kedalamnya.
Tempat makan ini saya beri nilai 7 dari 10. Tempatnya
lumayan nyaman dengan jarak bangku dan meja yang menurut saya cukup besar. Kita
tidak perlu adu sikut dengan pengunjung sebelah. Tempat parkir juga lumayan
luas. Penjual yang ramah dan cepat tanggap juga menyenangkan. Salam Yumcez
Gabung dalam percakapan
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry