Kwetiaw Polo dan Apolo, Sahabat Dekat yang Bermusuhan

Jika masuk jangan lupa melihat plang kecil yang terpasang disana. Ada tulisan Apollo sejak 1968 dan tidak pernah pindah sedangkan Polo menuliskan pindahan dari sebelah. Mereka berdampingan puluhan tahun dengan jualan yang sama. Lalu apakah tidak pernah sekalipun bertengkar? Saling melempar wok atau sutil karena sedang tidak mood. Atau ini hanya trik dagang semata? Siapa yang tahu.

Kwetiaw Polo dan Apollo . Nama ini sudah sangat terkenal di kancah Nasional. Menjual berbagai macam Kwetiaw dengan berbagai jenis cara memasak yang berbeda-beda. Mulai berdiri sejak 1968 lalu pecah kongsi dan bersebelahan. Selain rasanya tempat ini juga terkenal dengan kontroversinya. Kabarnya burungnya tempat ini masih punya hubungan darah.

Jika masuk jangan lupa melihat plang kecil yang terpasang disana. Ada tulisan Apollo sejak 1968 dan tidak pernah pindah sedangkan Polo menuliskan pindahan dari sebelah. Mereka berdampingan puluhan tahun dengan jualan yang sama. Lalu apakah tidak pernah sekalipun bertengkar? Saling melempar wok atau sutil karena sedang tidak mood. Atau ini hanya trik dagang semata? Siapa yang tahu.
 
Sup Daging sapi
Sejujurnya banyak juga warung kwe tiaw yang punya rasa sejajar atau justru menurut saya lebih enak tapi kedua tempat ini terlalu melegenda dikalangan beberapa orang sehingga informasi dari mulut ke mulut seantero Indonesia banyak mengarahkan orang-orang untuk datang kesini. Kalau untuk membandingkan hanya sedikit saja perbedaannya tapi kedua tempat ini punya penggemarnya masing-masing. Menu  yang disediakan juga BETI (Beda Tipis) Apollo ada sup daging sapi di Polo belum ada. Menu lainnya ada kwetiaw dan bihun goreng, rebus dan siram. Ada Todar a.k.a Telor Daging Dadar yang jadi favorit saya. Singkatannya agak rancu dengan pengulangannya tapi sudah nyaman untuk diucapkan.

Jika anda bertanya racikan todar seperti apa? Saya akan mencoba menggambarkannya. Telur dadar dicampur dengan tumisan daging baru kemudian ditambahkan kwetiaw. Yup! Betul! Kwe tiaw disini hanya sebagai pelengkap saja. Inilah favorit saya. TODAR buatan Apollo, lebih gurih dan kering. Menurut saya, hal lain nan penting untuk dicicipi adalah sup dading sapi dan kwetiaw siramnya. Untuk pembanding saya akan mengajak beberapa teman untuk mencicipi langsung dua tempat ini. Caranya sederhana, pesan sebagian menu di Polo lalu berlanjut pesan lagi sebagian di Apollo. Bereskan?

Todar Favorit saya
Tempat ini bukanya sore hari, pukul 6 hingga sampai habis, biasanya jam 2 pagi masih ada. Bahan yang digunakan untuk mencampur kwetiaw ini adalah daging sapi dan jeroannya. Kita bebas memilih bagian sapi mana saja yang ingin kita campurkan kedalam kwetiaw yang kita pesan. Bisa daging saja, jeruan saja atau keduanya. Sayurannya juga bisa ditambahkan sawi, tauge, salah satu atau keduanya. Semuanya bisa diatur. Tapi yang paling penting adalah kemampuan meracik cocolan untuk menemani daging dan jeroan. Ada piring kecil yang diberikan, masukkan saja cabe cair, sedikit kecap asin dan manis serta ditambahkan perasan jeruk kecil. Sedap dan menggugah selera.

Untuk minuman yang paling pas menemani makanan disini biasa dipilih jus jeruk pontianak, es teh, air tahu atau es lemon cuy dengan sedikit atau tanpa garam. Menurut saya pribadi. Es lemon cuy inilah yang paling pas. Selain rasanya yang segar, lemak yang menempel dirongga mulut juga ikut terlarut. Setelah makan rasanya menjadi lebih lega dan menyenangkan. Ada juga es jeruk besar murni tanpa tambahan gula dan es. Segar dan menyenangkan. Cocok untuk menikmati makanan sarat lemak disini.

Sedikit perbandingan yang bisa saya buat menurut lidah saya. Kwetiaw Polo lebih basah dan sedikit manis serta memilki potongan daging yang lebih besar sedangkan Polo lebih kering dan gurih dengan potongan daging lebih kecil. Harga perporsinya kurang lebih, berkisar diharga Rp 20.000,-/porsi. Apolo memiliki tempat yang lebih luas memanjang sedangkan Polo lebih sempit tapi keduanya punya kesamaan yaitu tempat parkir yang terlalu sempit dan terbatas. Perlu usaha yang tepat karena memakan badan Jalan.

Kweetiaw Siram
Susah memang membandingkan head-to-head karena keduanya memiliki perbedaan BETI nilai 7,5 dari 10 saya sematkan untuk kebanyakan menunya tapi TODAR dan Sup Daging bolehlah saya sematkan 8 dari 10. Sayang parkir di kedua lokasi ini menjadi tantangan. Perempatan lampu merah Jalan Pattimura terlalu sempit sehingga badan jalan menjadi pilihan mau tidak mau bagi para pelanggan. Tapi jika sudah menggemari tentu semua akan dilakukan. Iya kan?




Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.