Drama diatas Kapal di Sungai Gangga
Rencananya saya ingin menyaksikan “Evening Ganges Aarti” yang dilaksanakan di salah satu Ghat-nya yaitu Dashashwamedh Ghat. Evening Ganges Aarti adalah sebuah ritual upacara keagamaan Hindu yang dilakukan setiap petang setelah matahari terbenam. Biasa juga dikenal dengan Agni Pooja yang merupakan bentuk pemujaan terhadap dewa Shiva, Sungai Gangga, Surya (matahari), api dan juga seluruh alam semesta.
Setelah merasa
puas mengambil gambar, saya akhirnya memutuskan untuk menyewa perahu. Jam
menunjukkan setengah enam, saat yang tepat untuk menyusuri sungai Gangga.
Rencananya saya ingin menyaksikan “Evening Ganges Aarti” yang dilaksanakan di
salah satu Ghat-nya yaitu Dashashwamedh Ghat. Evening Ganges Aarti adalah
sebuah ritual upacara keagamaan Hindu yang dilakukan setiap petang setelah
matahari terbenam. Biasa juga dikenal dengan Agni Pooja yang merupakan bentuk
pemujaan terhadap dewa Shiva, Sungai Gangga, Surya (matahari), api dan juga
seluruh alam semesta. Sebenarnya Agni Pooja adalah ritual umum bagi hampir
semua pemeluk Hindu. Namun spesialnya, ditepian sungai Gangga, ritual ini
diperagakan oleh sekelompok pendeta dan dapat disaksikan oleh banyak orang.
Wajah lelah Tukang Jalan Jajan setelah tawar menawar harga |
Setelah
tawar-menawar yang alot akhirnya saya mendapatkan perahu sewaan. Harga yang
kami sepakati adalah 500 rupee untuk dua jam. Tentu saja saya mewanti-wanti
dengan tegas bahwa saya sangat ingin menyaksikan Evening Ganges Aarti. Dari
informasi yang saya dapat, ritual tersebut dimulai sekitar pukul 18.30 waktu
India, atau selepas matahari terbenam. Si pengayuh perahu yang baru berusia
lima belas tahun itu terus meyakin saya untuk tenang. Maklum, saya punya
pengalaman buruk dengan “tenang”-nya orang India di New Delhi dan Jaipur. Salah
seorang teman sampai berkelakar dan mengatakan kalau orang India bilang tenang
artinya itu artinya kita harus mulai khawatir.
Melepas bunga dan lilin untuk membuang karma di Sungai Gangga |
Merasa masih
ada waktu, si bocah perahu mengajak kami ke arah berlawanan dari Dashashwamedh
Ghat yang menjadi tempat pelaksanaan Evening Ganges Aarti. Ia membawa kami
menuju ke Assi Ghat yang merupakan Ghat paling selatan dari sungai Gangga. Kami
memang ingin juga sih mengunjungi Assi Ghat yang tidak kalah terkenalnya itu,
namun bukan di sana tempat yang ingin kami tuju petang itu
Agni Pooja di Dashashwamedh Ghat Sungai Gangga |
Sungai Gangga
dipenuhi oleh perahu-perahu yang hilir mudik. Varanasi dan Gangga mungkin
adalah tempat dimana saya menemukan turis asing paling banyak dari sepanjang
perjalanan saya di India. Bahkan rasanya lebih banyak dibanding di Taj Mahal
yang terkenal itu. Hampir setiap perahu ada saja para turis seperti saya yang
datang dari berbagai negara. Bahkan di Varanasi ada motel yang berbahasa asing
macam Korea dan Jepang seperti yang sempat hendak dituju oleh Yuma.
Ghat di sepanjang sungai Gangga |
Hampir setengah
jam menyusur sungai Gangga menuju Assi Ghat, saya mulai khawatir Evening Ganga
Aarti keburu dimulai. Terlebih sebagian besar perahu lainnya kini sudah
meninggalkan kami dan menuju ke Dashashwamedh Ghat. Maka saya meminta si bocah
perahu untuk memutar perahu dan segera menuju ke Dashashwamedh Ghat. Si bocah
tetap saja meyakinkan saya untuk santai dan tenang, sambil mengatakan bahwa
ritual tersebut belum dimulai.
Ghat di sepanjang sungai Gangga |
Bocah India
yang mengayuh perahu ini sangat ramah, bahkan kelewat ramah sehingga terkadang
kami dibuat kesal olehnya. Dari awal ia terus saja mengajak kami ngobrol
macam-macam hal. Nggak masalah sih, cuma gara-gara kebanyakan ngobrol kayuhan
sampannya seringkali melambat. Iman yang awalnya rajin meladeni bocah itu
ngobrol, ujung-ujungnya kesal sendiri dan nyeletuk pada saya dalam bahasa
Indonesia, “Udah diam aja, cuekin kalo dia ngajak ngobrol lagi, ntar kita nggak
nyampe-nyampe.” Bocah itu sukses membuatnya naik darah.
Ghat di sepanjang sungai Gangga |
Benar saja,
kekhawatiran saya ternyata menjadi kenyataan. Ketika akhirnya kami tiba di
Dashashwamedh Ghat, ritual Gangga Aarti telah dimulai. Orang-orang menyemut di
sekitar tempat prosesi pemujaan dilakukan. Sekumpulan pendeta tampak memutar
sejenis lentera sambil membaca semacam mantra. Tidak hanya disaksikan oleh
penduduk lokal, banyak juga turis yang berdatangan dari berbagai negara ikut
menyaksikan ritual tersebut.
Ghat di sepanjang sungai Gangga |
Tidak hanya
undakan-undakan Ghat yang dipenuhi oleh orang-orang. Sungai gangga didepan
Dashashwamedh Ghat juga dipenuhi oleh perahu-perahu. Karena kami datang
terlambat, akibatnya perahu kami tidak bisa mendekat karena banyaknya perahu.
Kami Cuma bisa menyaksikan prosesi Gangga Aarti itu dari jauh.
Keadaan sungai Gangga dimalah hari yang penuh nyamuk |
Ritual Gangga
Aarti sendiri tidak lama, hanya berlangsung sekitar satu jam. Karena waktu sewa
kami hampir usai, si pengayuh mengajak untuk pulang. Tapi saya bersikeras mau
menunggu hingga prosesi selesai dan mengajak yang lainnya untuk pulang dengan
berjalan kaki saja. Mereka setuju, jadilah kami menunggu hingga ritual Gangga
Aarti ini selesai. Selesai ritual, kami minta diantar ke Manikarnika Ghat yang
terletak tidak jauh dari Dashashwamedh Ghat. Dan lagi-lagi, penyakit orang
India kami jumpai, si bocah meminta tambahan pembayaran. Tentu saja saya
menolak, apa lagi saya masih kesal karena dibuat terlambat menyaksikan Ganges
Aarti.
Wajah lelah Tukang Jalan Jajan setelah tawar menawar harga |
Drama diatas
kapal di sungai Gangga memang bikin emosi saya turun naik. Varanasi ini sendiri
menyimpan banyak cerita luar biasa. Apalagi Sungai Gangga punya banyak cerita
yang sayang sekali untuk dilewatkan. Banyak ironi yang saya dapati. Kamu mesti
mampir kesini
12 komentar
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry