Catatan Hari ke 3 @dodon_jerry di Rainforest World Music Festival

-->

Hari kedua saya mengikuti bicycle Tour keliling kota Kuching, cukup menarik karena selain melalui track jalan raya, kami juga harus mendorong sepeda melewati lorong pasar, melewati selasar toko dan melewati turunan ekstrim atau melewati track rumput yang curam dan harus melewati sungai dengan menggunakan kapal. Melewati jembatan dan menuju bukit yang cukup tinggi menuju benteng Port Margharita. Dan ada beberapa spot menikmati makanan lokal seperti Laksa Sarawak, Mie Kolok, Roti Cane dan Mie goreng serta diakhri menikmati kueh lapes a.k.a kek lapis. Berawal pukul 08.00 dan berakhir 13.00. Perjalanan yang melelahkan. Fiuh…. Dan kami harus kembali untuk menyaksikan pertunjukan berikutnya dan tentu saja pasti tetap menyenangkan.

















Hari ke 2 pertunjukan digedung theatre dimulai pukul 14.15-15.00 yaitu Ding Yi Music Company dari Singapore yang mengkomposisikan berbagai alat musik tradisional dari Tiongkok dan digabungkan dengan nada nada baru sehingga menghasilkan jenis musik baru dengan aliran Post Avant Garde. Selanjutnya pukul 15.30 – 16.15 Stephan Micus dari Jerman yang menunjukkan kemampuannya memainkan berbagai macam alat musik tradisional dari berbagai macam Negara salah satunya alat musik kecil berbentuk seperti buku namun memiliki senar dari afrika dan suling bamboo yang berasal dari Jepang.

Masih seperti kemarin ada 2 stage. Yaitu Jungle stage dan Tree Stage. Di Tree Stage ada beberapa penampilan seperti 19.30-20.30 Dakha Brakha dari ukraina. Dan 21.00-22.00 dilanjutkan Jamie Smith’s Mabon dari (Wales) dilanjutkan pukul 23.00-23.30 ada Nading Rhapsody dari Sarawak. Untuk Jungle Stage dimulai pukul 20.30-21.00 Yayasan Warisan Johor Zapin Group dari Malaysia, dilanjutkan pukul 22.00-23.00 Canzoniere Grecanico Salentino dari Italia dan ditutup dengan 23.30-00.30 adalah Debademba dari Mali,Burkina Faso, Prancis.

Jangan lupa dihari ke 2 ini juga bisa mengikuti berbagai macam workshop yang bisa kita ikuti, tergantung tertarik dengan dengan tarian, alat musik atau apa saja. Masing-masing tempat menyediakan tempat untuk belajar dan kita bisa mengikuti sesuai dengan minat masing-masing. Kita bisa melihat sesuai dengan jadual dan waktu yang sudah diberikan. Jadi sekarang di Rainforest World Music Festival kita bisa memilih, mau menjadi penikmat atau mau menjadi musisi. Cerdik sekali panitia dalam membangun suatu acara yang lengkap dalam 1 masa.

Untuk penampilan hari ke 2 ini ada beberapa yang membuat saya betah untuk mengikuti acara sampai selesai yaitu Jamie Smith’s Mabon yang berasal dari Wales, memiliki ciri musik klasik Inggris yang berirama rancak namun bisa juga berubah menjadi sangat romantis atau tiba-tiba menghentak seperti lagu pembakar semangat saat ingin pergi perang. Ditambah alat musik fiddle dan akordion. Membuat suasana semakin panas dan basah karena suhu diatas 35 derajat celcius

Jangan lupa dengan grup musik asal afrika Debademba yang memiliki jenis musik menghentak khas ala Afrika dengan tarian yang luar biasa sang vokalis mampu bernyanyi dengan suara falsetto namun tetap bergoyang dengan stabil. Boleh dibilang menyanyi dengan suara falsetto ditambah dengan goyang getar ala afrika membuat semuanya semakin luar biasa. Terasa sekali suasana pesta yang penuh dengan kebahagiaan dan mari kita tutup hari pertama dengan bergoyang sampai tengah malam. Jangan lupa karena ini malam minggu, ada after party yang lain bisa dinikmati. Termasuk supper dan yang paling menarik adalah, setelah supper ada jam session yang diisi oleh para performer. Luar biasa, acara yang menyenangkan.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.