Menelisik Lorong Menuju Masjid Jamak New Delhi

Ada tiga gerbang yang bisa digunakan untuk masuk ke Masjid Jamak. Saya memilih masuk melalui gerbang nomer dua. Setiap gerbang memiliki sebuah bangunan megah berwarna merah bata. Puluhan anak tangga menanjak harus saya tapaki untuk naik hingga ke depan gerbang.

Jam makan siang sudah berdentang, saya dihimpit dilema antara lapar dan terus ingin mengeksplorasi. Waktu saya di Delhi sungguh terbatas. Karena itu saya putuskan untuk segera keluar dari Red Fort dan langsung mencari keberadaan Masjid Jamak. Menurut penunjuk arah yang ada di smartphone, jaraknya hanya sekitar tujuh ratus meter dari Red Fort. Tidak begitu jauh.
 
Red fort
Taman hijau namun kering
Jalan Menuju keluar
Untuk menghemat ongkos, saya putuskan untuk berjalan kaki saja. Sebenarnya Masjid Jamak jauh lebih dekat dengan melewati Delhi Gate yang ada di sisi lain Red Fort. Namun karena Delhi Gate tidak dibuka, jadi saya kembali melewati Lahore Gate.

Pintu keluar Lahore Gate
Keluar dari Lahore Gate
Belum jauh keluar dari gerbang Lahore Gate, saya sudah dihampiri berbagai moda kendaraan, mulai dari taksi, auto rickshaw (sesekali mereka juga menyebutnya Tuk-tuk), hingga cycle rickshaw. Mereka sangat ulet menanyakan tujuan saya dan menawarkan jasanya untuk mengantar ke Masjid Jama. Bahkan ada juga yang menawarkan menawarkan tur seharian keliling Delhi. Tidak jarang mereka membututi terus dengan gigihnya. Saya harus bertarung dengan cuaca yang panas dan juga orang-orang yang menawarkan jasanya ini.

Cieeee Lagi Pacaran
Berjalan lurus lalu menyeberang jalan utama, hanya itulah yang perlu saya lakukan. Dari jauh sudah kelihatan bangunan Masjid Jamak yang khas. Saya berbelok ke Mena Bazaar dan masuk ke pasar kain kaki lima yang menawarkan berbagai baju kemeja lengan panjang dan celana jeans yang menjadi pakaian wajib pria india. Dari sini saya masuk lebih dalam ke pasar yang penuh lorong dan gang sempit sembari mencari gerbang masuk menuju ke dalam Masjid Jamak.

Gerbang Masuk Masjid Jamak
Gerbang Masuk
Makin ke dalam, kanan dan kiri jalan dipenuhi dengan kios yang menjual permadani, perlatan sholat dan gamis serta peci. Dari sini saya bisa merasakan kalau Masjid Jamak kian dekat. Jalanan becek, saya harus berhati-hati agar tidak terciprat air kotor akibat kubangan yang dilewati kendaraan. Ya, begitulah. Padahal jalanan sempit, tapi ada saja kendaraan yang memaksa lewat. Trotoar sekitar dipenuhi gelandangan yang duduk dan tidur di pinggir jalan. Di beberapa sudut, berdiri gubuk-gubuk gelandangan. Di tempat-tempat seperti ini, kemiskinan sungguh terasa.

tembok pelindung Masjid Jamak New Delhi
tembok pelindung
Ada tiga gerbang yang bisa digunakan untuk masuk ke Masjid Jamak. Saya memilih masuk melalui gerbang nomer dua. Setiap gerbang memiliki sebuah bangunan megah berwarna merah bata. Puluhan anak tangga menanjak harus saya tapaki untuk naik hingga ke depan gerbang. Di sepanjang tangga ini terdapat puluhan pengemis yang meminta-minta dengan berbagai macam bentuk, mulai dari yang membalut tangan dan kakinya sampai yang buta dan tergeletak tak berdaya. Jangan pernah berjalan terlalu dekat karena bisa saja tiba-tiba mereka berteriak meminta perhatian dan uang seraya menjawil atau menarik tangan atau pakaian kita. Jika ingin memberi silakan saja, tapi bersiaplah mendapat serbuan anak-anak dan pengemis lain yang juga berharap kemurahan hati kita.

Gerbang No 2 Masjid Jamak
Gerbang No 2
Boleh saja untuk berbaik hati asal siap dengan segala macam konsekuensi di sini. Sekali lagi, anak – anak dan orang tua ini bisa saja terlihat tidak berdaya namun bisa saja mereka akan menjadi beringas dan mengerubuti. Saya sudah pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat memberikan sedikit rupee kepada seorang anak yang terlihat kurus kering. Saat diberi tiba – tiba segerombolan anak datang menyerbu di tambah beberapa pengemis tua yang berteriak – teriak tepat di telinga saya sembari menarik baju. Cukup membuat shock.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.