Perang Warna Warni Holi Festival di 'Pink City' India


Saya  Memutuskan ke India sudah setahun lamanya. Tiket sudah saya pegang sudah setahun juga. Banyak yang bertanya kenapa harus India? Banyak kejadian dan kisah buruk yang terlalu banyak berseliweran di sana – sini. Kumuh, kotor, tidak ramah dan banyaknya korban pelecehan seksual terlalu sering di baca dan di dengar. Ketakutan muncul terutama untuk traveler perempuan. Tapi apa saya percaya jika belum membuktikan?
 
Matahari terbit di Taj Mahal
Smile
Sengaja saya memilih ke India saat momen yang tepat. Holi festival, perayaan seru yang penuh warna-warni. Terlalu sayang untuk dilewatkan dan mengalahkan semua cerita buruk tentang India. Setelah tiket di tangan waktunya untuk menetukan rute perjalanan. Dari titik mana menuju titik mana. Saya segera melihat peta India di internet. Menentukan titik kedatangan dan kepulangan, mengecek jalur kereta dan bis lalu melihat kota-kota potensial yang dapat dikunjungi beserta lokasi dan keunikan wilayahnya. Tentu juga termasuk memikirkan harus menginap dimana.

happy hopi
Semua bahagia
Sekarang menetukan mau berperang warna di kota mana? Saya membaca semua literratur, mana yang paling seru? Mana yang paling unik? Mana yang paling tradisional? Dan tentu poin terakhir adalah mana yang paling aman dan nyaman bagi orang asing seperti saya. Lalu muncul nama kota Jaipur “Pink City”. Paling ramah dengan traveler, masih ada nuansa tradisional dan yang unik adalah gajah diikutsertakan di holi festival. Kabarnya badan mereka akan di lukis dan di beri gelang lonceng. Seperti ini saya akan melingkari kota ini untuk tujuan saya.

Api dan bambu serta kotoran sapi siap di bakar saat pergantian hari
Happy Holi
Kamu kenal dengan wajahmu sendiri?
Jaipur merupakan salah satu kota di daerah Rajasthan. Sebelum mencapai kota ini saya harus naik bus jadul seharga Rs 520 seperti Kopaja dan berdesakan dengan penduduk lokal yang sungguh ramai karena holi merupakan hari libur bagi banyak orang. Duduk di bus dari pukul 12 malam hingga 7 pagi dengan kursi sempit berisi tiga orang. Perjalanan 7 jam ini saya isi dengan terkantuk-kantuk, tidak bisa tidurkarena terlalu sempit. Perjalanan ini antar kota ini lebih tenang apalagi dilakukan tengah malam. Biasanya saya harus mendengarkan bunyi klakson sepanjang jalan dan teguncang terus menerus karena harus menginjak rem terus menerus. Kedua hal ini sudah seperti alunan musik dan lagu yang saling bertalu-talu sepanjang jalan.
Pink, warna keramahan
menari, menyanyi dan melempar tepung warna warni
Sampai di Terminal utama bus di Jaipur, saya langsung mencari hostel yang tidak terlalu jauh di luar terminal. Tinggal pilih saja sesuai dengan isi dompet, semakin lengkap fasilitasnya maka akan semakin mahal. Tapi jangan salah semahal apapun hotel disini, untuk mendapatkan akses internet susahnya minta ampun. Jadi siap-siap jauh dari peradaban teknologi dan nikmati keindahan kota ini. Sengaja datang satu hari lebih awal agar saya masih bisa berjalan-jalan menyusuri kota untuk melihat kehidupan masyarakat sekaligus melihat beberapa tempat menarik di Jaipur. Beberapa memang tutup karena memang hari libur telah tiba.
Menari Gembira
Happy hopi
Menjelang sore, saya melihat banyak tumpukan kayu dan bambu serta kotoran sapi yang ditumpuk di tiap sudut kota. Ada ritual sebelum holi yang akan dilaksanakan. Ritual ini dikenal dengan nama Holika Bonfire. Legenda bercerita. Holi sendiri berasal dari “Holika”. Dia adalah saudari dari Dewa kejahatan bernama Hiranyakashipu. Seorang Dewa yang kuat lagi perkasa. Kekuatan dan keperkasaan telah membutakan mata hatinya. Dia meminta semua orang untuk tunduk dan hanya memujanya. Dikisahkan pula, Hiranyakashipu mempunyai seorang putra bernama Prahlada. Dia tidak setuju dengan sifat arogan dan tindakan semena mena yang diperbuat oleh bapaknya. Secara terang terangan dia menentangnya.

Happy Holi
Wohoooowww
Suatu ketika Hiranyakashipu berniat membunuh anaknya dengan cara membakarnya. Dia meminta saudarinya Holika untuk menjebaknya. Holika kemudian mengajak Prahlada untuk duduk diatas perapian. Holika sendiri menggunakan Shawl untuk melindungi dirinya. Tapi kejahatan tak pernah mengalahkan kebaikan. Justru Holika lah yang terbakar sementara Prahlada masih Hidup. Kemudian datang Dewa Wisnu dan membunuh Hiranyakashipu. Oleh sebab itulah Holi juga dikenal sebagai perayaan kemenangan atas kebaikan mengalahkan kejahatan.

Kami bahagia
Sejak itulah sebelum perayaan Holi berlangsung, selalu diadakan ritual membakar Holika. Berupa tumpukan kayu dengan patung Holika diatasnya. Tumpukan kayu diberi minyak dan juga kotoran sapi kering yang dibentuk lempeng. Holika diletakkan diperempatan atau persimpangan jalan. Setelah matahari terbenam, Holika mulai dibakar. Jadilah Negeri Mahabharata penuh dengan kepulan asap yang membumbung tinggi. Saya menuju ke City Palace untuk melihat bara api dengan hiasan tulisan warna warninya dibakar. Saya mencintai kota ini.

Siapa yang berani marah?
Penuh warna warni
Senyum bahagia
Saya terbangun saat matahari masih malu-malu untuk menampakkan wajahnya. Saya tidak sabar melempar tepung warna-warni. Saya belum membeli bubuk warna-warni karena membeli pada hari H pasti lebih murah. Saya menyiapkan diri dengan baju putih dan celana putih, tidak lupa membawa tas kedap air untuk menyimpan kamera, dompet dan smartphone. Saya bergegas turun dari tangga menuju pintu keluar hostel begitu siap. Dengan gagah berani siap untuk menikmati holi.
Meriah
Lempar
Oles oles
Savika
Kaki kanan baru melangkah melewati pintu tiba-tiba tangan petugas hostel sudah menyapukan tepung warna merah muda diwajah saya. Holi sudah dimulai saya terkejut lalu tersenyum, sudah terlihat beberapa orang lain penghuni hostel ini sudah menjadi korban. Teman baru yang sudah tercoreng moreng ini langsung saya ajak untuk ketengah kota merasakan sensasi lemparan tepung warna-warni dan tentu semaraknya holi festival. Festival yang diadakan untuk menyambut musim semi dan dirayakan oleh mayoritas umat Hindu di India dan seluruh dunia. Akan ada lemparan tepung warna-warni, air dan tarian, di Jaipur sendiri biasanya ada yang khas dimana gajah akan di lukis dan diberi gelang yang bergemericik. semua orang yang terkena bubuk warna tersebut akan berteriak senang dan melumuri warna yang ada di tubuhnya ke tubuh orang lain yang ada di dekatnya. Ritual ini disebut dengan istilah DhulhetiDhulandi, atau Dhulendi.

Savika, Patel, dodon, Iman, Alva
Bahagia bersama
Patel
Pada ritual tahunan ini, bubuk warna - warni ini dianggap sebagai media penyuci dosa oleh umat Hindu. Warna bubuk yang paling sakral atau suci adalah warna merah muda yang melambangkan keramahan. Semua orang akan berkumpul di jalan – jalan dan saling melempar bubuk warna dan kemudian berdoa.  Dalam acara ini, semua orang dapat ikut berpartisipasi, tidak ada batasan kasta atau jabatan. Semua sama, satu dalam doa dan kebahagiaan murni. Setelah acara saling melempar bubuk warna, kemudian mereka akan saling menyiram air. Saling siram air ini bertujuan untuk menghapus dosa.

Hawa Mahal
Menyanyi gembira
Senyummu bahagiamu
Saya sudah bersiap dengan membeli berbagai warna tepung seharga Rs 20 sekantong, saja juga tidak sendiri lagi, ada beberapa orang yang saya temui dijalan, dua orang wanita dari Bangkok dan Hongkong serta dua orang pria dari Gujarat dan Bangladesh. Tiba di kerumunan masyarakat India yang tiba-tiba menyerang dengan brutal, mengoleskan semua bubuk warna-warni keseluruh tubuh. Jangan pernah membuka mata, mulut atau berkata tidak karena tepung tersebut bisa masuk kedalam mata dan mulut. “Happy Holi” merupakan kalimat permohonan maaf sekaligus izin untuk mengoleskan tepung. Biasanya mereka akan langsung menyalami dan memberikan pelukan.

Tak ada yang bisa menolak
lemparan ke udara
Biasanya saat merayakan holi akan ada titik-titik tempat berkumpul masyarakat. Sembari melempat tepung akan ada musik yang keras dan masyarakat menari-nari bahagia. Kita juga perlu waspada karena biasanya juga ada beberapa yang mabuk. Kita juga mesti awas dengan lemparan air tiba-tiba. Entah itu langsung atau dari pengendara kendaraan bermotor. Terkadang anak-anak dari gang sempit akan datang menyerang bergerombol dengan tepung dan tembakan senapan air. Pengambilan gambar dengan kamera dan smartphone sebenarnya cukup sulit. Saya mesti berhati-hati kalau tidak mau tersiram air atau tepung dan kemudian rusak. Dalam perayaan holi, cukup sulit menemukan perempuan lokal ikut festival holi.

Gajah yang di lukis warna warni dan di beri gelang bel
Mari bergembira
Saya sendiri selalu mengambil foto dari jauh, tidak berani terlalu mendekat. Saat menemukan wanita lokal bersari dengan penuh tepung membuat saya bersorak gembira dan meminta untuk mengambil gambar. Satu hal lagi, tidak semua orang merayakan holi, kita mesti melihat terlebih dahulu dengan seksama sebelum melempar tepung warna-warni karena tidak semua orang India beragama Hindu. Jika sudah lelah, lari saja menuju kuil karena disana biasanya akan dilarang melempar tepung warna-warni. Kelima orang dari berbagai negara ini terus menyusuri jalan raya dan titik-titik keramaian hingga lelah dan lapar. Saat itulah kami mengakhiri semuanya dengan senyuman dan bahagia. Lalu membayar rikshaw untuk mengantar ke tempat makan dan kembali menuju hostel.
Mari Bahagia
Penuh warna
Saat selesai mandi tidak semua warna akan hilang diwajah, biasanya ada beberapa warna yang melekat kuat hingga 2-3 hari di kulit. Baju dan celana yang digunakanpun sudah pasti susah dibersihkan karena warna akan terus melekat. Tapi semua itu terbayar dengan kebahagian. Impian saya beberapa tahun untuk merasakan langsung festival ini lunas. Apapun yang sudah saya lewati semuanya menghadirkan kenangan indah.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.