Masih Menikmati Surga Makanan Bogor di Suryakencana
Hai,
saya masih diBogor dan saya masih ada di jalan Suryakencana. Tulisan
saya sebelumnya berakhir di Bakso Kikil Mang Jaka yang enak dan
menggoda.
Melangkah beberapa saat, setelah semua makanan
tercerna dengan baik saya menemukan penjual bir pletok yang sangat khas.
Tidak ada alkohol disini hanya racikan bumbu rempah kayu manis, jahe
dan gula jawa menjadi satu dalam botol-botol berisi air berwarna coklat.
Saat membeli maka botol akan dikocok hingga berbusa mirip bir (mungkin
ini yang membuatnya dinamakan bir kocok), bisa diminum tanpa es atau
dengan es. Cocok banget buat ngilangin capek dan pegel. Saya bungkus 2
buat bekal perjalanan.
Ada keramaian yang membuat saya penasaran,
ada antrian pembeli digerobak yang berisi jejeran daun pisang yang
bertuliskan macam-macam pepes. Wih menurut referensi, disini juga
terkenal dengan pepes sagu yang enak, ada pisang dan nangka. Selain yang
manis ada juga yang asin gurih seperti pepes cumi atau teri. Saya hanya
fokus dengan pepes sagu yang saya coba beberapa dan dibawa sebagai
kudapan ntar malem. Aromanya memang harum dan gurih. Manisnya pun tetap
sopan.
Kalau masih kurang jajanan buat digantungin di tangan
masih ada banyak makanan lain yang bisa dibeli mulai dari doclang,
dongkal, wedhang ronde sampai martabak manis.
Tapi kok saya
masih ada yang kurang dan mesti dibeli, saya tetap kepengen menikmati
Combro. Karena ini juga special, masalah buat saya kalau tidak makan
makanan khas berisi oncom ini. Combro Atmajaya yang mengundang saya
untuk membelinya. Rasa penasaran lebih mendorong saya untuk mencobanya.
Kenapa harus ada 2 jenis combro yang berbeda? Digoreng agak kecoklatan
dan coklat keemasan sempurna. Saya sudah mendapat jawabannya langsung
dari penjualnya. Kalian ada yang tahu?
Tangan masih sanggup
memegang beberapa oleh oleh lagi, termasuk serabi hijau yang tembem
menggoda dengan pinggiran yang crispi, tidak lupa saya berhenti didepan
toko ngohiang asli gg Auf untuk mencoba kelezatan lumpia basah. Isiannya
rebung, tauge dan udang kering serta telur yang diorak arik didalamnya,
dimasak hingga matang menggunakan tungku abu. Aroma bawang putih juga
kencang, ini pasti enak!. Lalu disimpan didalam kulit pangsit yang tipis
dan dibungkus dengan daun pisang. Duh, ngga sabar sampai kerumah lalu
langsung dimakan.
Setelah makanan saya selesai dibuat, perut saya
tiba-tiba lapar. Kenapa tidak langsung mencoba Ngo hiang sekalian.
Walaupun di Pontianak juga ada dengan nama yang berbeda, saya tetap
ingin mencoba makanan ini karena sudah mengalami perubahan sajian yang
penampilan. Saya saankan sebelum membeli harus mengecek terlebih dahulu
apakah ini halal atau tidak karena ada 2 jenis isian, daging ayam udang atau
daging babi udang (HATI HATI sekali lagi HATI HATI, TANYA DULU sebelum makan dan pesan). Kalau di Pontianak biasanya digoreng dan dicocol dengan
saos madu dan jeruk, tapi disini disajikan bersama dengan kentang rebus
dan tahu goreng serta disiram dengan kuah kacang yang gurih manis
ditambah dengan taburan bawang goreng. Ini nuansa lain makan ngo hiang,
ini yang membuat lidah saya menari bahagia apaladi saya tutup dengan
segelas es pala. Nikmat mana lagi yang bisa didustakan.
Oh ya,
sebenarnya masih banyak lagi makanan disini seperti nasi goreng pete
Guan Tjo, Toge Goreng Bu Epoh, Laksa Gg Auf, Sate Sapi Pak Oo, Soto mie
Agih atau keluar suryakencana untuk mencoba asinan bogor Gedong dalam.
Disepanjang Jalan Suryakencana atau SurKen ini juga banyak toko
oleh-oleh yang bisa dikunjungi. Sebenarnya pada sore dan malam hari juga
masihbanyak makanan yang bisa dicicipi tapi waktu saya terbatas. Jam 2
siang saya mesti kembali tapi dengan hati senang dan perut kenyang.
Gabung dalam percakapan
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry