Perjalanan saya di Banjarmasin cukup banyak
meninggalkan cerita lucu, seru sekaligus menyebalkan, termasuk berburu kuliner
pastinya sudah menjadi hal wajib yang harus saya jalani, kebetulan penunjuk
jalan saya menunjukkan sebuah pasar yang lumayan tetap ramai walaupun sudah
malam, kebetulan disana juga ada warung kopi yang buka sampai malam dan juga
penjual makanan dan kue kue yang masih buka.
Memang pasarnya sedikit sumpek dan kurang tertata
ditambah jalan yang sempit dan parkir motor dipinggir jalan yang cukup
semrawut. Ternyata walaupun sudah malam masih banyak juga masyarakat yang jajan
disepanjang jalan ini, entah sekedar minum kopi dan makan kue hingga makan
berat. Kalau saya liat dipasar ini banyak juga pedagang kelontong dan barang
bekas disekitarnya.
Oh ya, pasar ini dikenal dengan nama pasar Lama
terletak di jalan Perintis Kemerdekaan yang dulunya lebih dikenal dengan nama
Jalan Pasar Lama. Akses menuju pasar ini selain menggunakan sarana angkutan
jalan darat juga menggunakan sarana angkutan sungai. Masyarakat Kota
Banjarmasin sampai sekarang baik yang berprofesi sebagai pembeli maupun
pedagang masih banyak yang menggunakan sarana angkutan sungai, terutama bagi
mereka yang bertempat tinggal disepanjang pinggiran Sungai Martapura.
Pasar Lama / Abadi Beton sudah ada sejak Tahun 1945
yang mana pada saat itu pasar tersebut pedagangnya hanya berjualan sayur, ikan
dan sembako saja. Dan seiring perkembangan jumlah penduduk serta kemajuan
pembangunan daerah yang berdampak pada meningkatnya aneka kebutuhan masyarakat
Kota Banjarmasin keberadaan pedagang konveksi dan pedagang emas turut
melengkapi keanekaragaman Pasar Lama.
Akhirnya saya mengajak teman saya untuk mencari warung
kopi yang menjual makanan enak disini dan tentu saja masih bisa dikunjungi ada
beberapa makanan khas yang bisa didapatkan disini. Yang saya incar kali ini
adalah nasi kuning khas Banjar dengan lauknya yang bermacam-macam dan membuat
saya penasaran. Jika di Jawa ada nasi pecel dan di Betawi ada nasi uduk sebagai
menu sarapan, di Kalimantan Selatan ada nasi kuning sebagai hidangan wajib yang
selalu hadir dalam menu sarapan Urang Banjar (sebutan untuk orang Banjar). Tak
seperti nasi kuning yang biasa kita temui pada acara-acara yang menghadirkan
nasi tumpeng, nasi kuning disini memilki ciri nasinya yang tidak pulen alias
burai dan disajikan dalam bungkus daun pisang dengan berbagai pilihan lauk.
Beberapa orang suka menyingkat macam-macam lauknya
dengan 5H, yaitu Haruan( ikan gabus), Hintalu (telur), Hati, Hayam, dan Hitik.
Dan kesemua lauk tersebut dimasak bumbu Habang (bumbu merah). Uniknya, untuk
membedakan isi lauk di dalamnya, pedagang memasang tusuk yang berbeda-beda pada
bungkusnya. Misalnya tusuk satu artinya di dalamnya adalah lauk Haruan, tusuk
dua berarti lauk ayam, dst. Memang sih sebenarnya tidak ada yang terlalu aneh,
cuman karena saya lidahnya jawa berasa aneh saat harus menikmati nasi kuning
dengan masakan Habang yang citarasanya mirip dengan bumbu Bali di Jawa. Tapi saya
tetap menikmati makanan ini sebagai salah satu kuliner mantap Banjarmasin. Rasa nasi kuning yang gurih dipadu dengan bumbu habang yang sedikit pedas, berminyak dan gurih ditambah dengan ikan haruan (gabus) yang manis. Menjadikan perpaduan kenikmatan makanan lokal yang boleh dijadikan alternatif makanan.
Bagi yang malas makan nasi, tersedia juga lontong dan
berbagai macam wadai (jajanan) seperti untuk-untuk (semacam bolang-baling),
pais pisang (nagasari), dan lainnya. Oh iya jangan lupa memesan teh hangat
sebagai minumannya, pokoknya beda deh rasanya dengan teh-teh yang anda kenal
sebelumnya.
Gabung dalam percakapan
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry