Pemberitaan yang menyedihkan < Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak











Pemberitaan yang menyedihkan < Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak
Beberapa hari ini banyak sekali pemberitaan mengenai kecelakaan dan musibah yang dialami sebuah pesawat terbang buatan Rusia, Sukhoi SuperJet 100 yang menabrak gunung salak, sempat hilang kontak dan akhirnya dinyatakan mengalami kecelakaan. Cukup simpang siur dari jumlah penumpang yang ikut dalam pesawat ini. Manifest yang berubah hampir setiap waktu membuat kita terperangah, hal segampang ini saja penerbangan tidak punya data lengkap. Saya jadi penasaran apakah tiap saya naik pesawat, nama saya tercatat dengan benar? Karena jika ada terjadi sesuatu akan mudah mengurusi asuransi.
Okelah, kita tidak usah membahas siapa pilotnya atau buatan mana pesawatnya dan bagaimana bisa jatuhnya. Saya lebih senang melihat bagaimana pemberitaan dimedia yang menurut saya ada yang salah. Memang ini sudah menjadi masalah nasional dan bencana untuk semua. Saya melihat justru ada beberapa TV yg overexspose mengenai kesedihan dan keprihatinan keluarga yang ditinggalkan termasuk gambar gambar puing pesawat.

Memang semua orang menunggu berita tersebut, tapi saya yakin yang ditunggu adalah berita bagaimana keadaan evakuasi atau sudah sejauh mana penemuan korban dan juga penemuan bangkai pesawat, apakah sudah berhasil atau belum. Saya sendiri sebagai jurnalis kadang merasa geram dengan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh reporter kepada keluarga korban, contoh pertanyaannya adalah “bagaimana perasaan anda?” “apa yang anda harapkan?” atau bagaimana kenangan atau pesan terakhir?”. Pertanyaan seperti itu apakah perlu dijawab? Etiskah jika kita bertanya tentang kenangan saat keluarga kita belum pasti keadaannya dan kita sendiri masih dalam keadaan sedih??

Saya selalu berharap bahwa eporter lapangan punya kemampuan lebih dan sudah terlatih, untuk kasus besar seperti ini dibutuhkan kemampuan analisa yang cepat dan tentu saja akurat, cepat tanggap dan segera mengevaluasi seluruh pemberitaan yang sudah disampaikan sehingga cepat tahu kesalahannya sehingga untuk informasi berikutnya tidak ada kesalahan. Saya yakin pemimpin redaksi sudah tahu siapa jurnalis handal yang bisa diturunkan untuk masalah besar seperti ini. Jangan sampai masyarakat jadi bodoh dan terprovokasi.

Belum lagi saya melihat potongan adegan sebagai bumper atau pembuka program yang menayangkan keluarga korban yang berpelukan, menjerit histeris hingga pingsan ditayangkan terus menerus. Bagaimana perasaan anda jika yang ditayangkan itu adalah keluarga anda atau salah satu korban adalah sanak famili? Seharusnya kita bisa lebih tenggang rasa dan berpikir secara rasional. Semua orang pasti menunggu dengan cemas dan menanti kepastian. Semuanya selalu berharap. Hal yang terpenting adalah doa bagi korban dan tentu saja semangat secara psikologis bagi keluarga yang ditinggalkan.
Hal aneh lagi juga cukup mengganggu saya adalah Broadcast Message di BBM tentang gambar korban, terlepas itu benar atau bohong, gambar tersebut disajikan vulgar tanpa sensor, sungguh menyedihkan. Lebih parahnya lagi ada beberapa orang yang membroadcast hal tersebut kepada teman lainnya bahkan menjadikannya display picture BBM. Belum lagi ditambah berita-berita aneh tanpa pertanggungjawaban ikut juga disebarkan. Dimana letak nuraninya? Mungkin inilah yang menyebabkan Indonesia sekarang jauh dari kata toleransi dan tepo seliro. Semua dianggap guyonan dan seperti main-main saja.

Jika ada musibah besar seperti ini, biasanya diluar negeri para keluarga korban akan ditempatkan dalam suatu ruangan yang nyaman, lengkap dengan pusat informasi update dari petugas yang bertanggungjawab serta pendampingan dari psikolog untuk membuat mereka menjadi kuat dan merasa nyaman. Peliput dari media tidak diijinkan diruangan tersebut karena sudah disiapkan ruangan lain untuk pewarta media.
Saya berharap kejadian seperti ini menjadi pembelajaran buat semua, jangan sampai teknologi malah membuat kita menjadi bodoh dan cuek. Kepada para jurnalis yang bertugas dilapangan saya doakan semoga sukses dan semakin bijaksana dalam menginfokan suatu berita, saya juga turut berbelasungkawa buat rekan jurnalis yang menjadi korban. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan kamipun sebagai jurnalis taruhannya adalah nyawa. Masyarakatpun harus semakin bijaksana dan bisa memilah dan memilih. Semoga semuanya dapat menjadi lebih baik.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.