Biography Ateng Tanjaja, Pemadam Kebakaran tanpa Pamrih



Hari ini saya berkesempatan menemui seorang pria yang mendedikasikan hidupnya bagi kemanusiaan, pekerjaannya terhitung berat karena bisa saja nyawa menjadi taruhannya. Tidak banyak orang yang mau bergelut dengan pekerjaan ini, tapi ateng tanjaya tidak pernah terpikir untuk mundur dari pekerjaannya.

Ateng Tanjaja, pria yang memiliki nama sandi Alpha Tanggo ini telah berumur 61 tahun, namun dalam kesehariaannya, jiwa sosialnya tidak pernah mati. Selain mengurusi tempat ibadah, beliau juga aktif mengurusi Badan Pemadam Api SIantan yang sudah ditekuninya mulai tahun 1984. Setelah menyelesaikan SMA ditahun 1971, kemudian Memutuskan menikah dengan Lim Pwe Eng ditahun 1975 dan memiliki 4 orang anak. 2 anak laki laki dan 2 anak perempuan. Anak pertama, laki-laki bernama Tan Ngak Leng, 36 tahun. Anak kedua perempuan, Tan Chui Leng, 34 tahun, anak ke 3 perempuan Tan Chui Huang, 32 tahun dan anak bungsu, laki laki bernama Tan Ngak Liang berumur 30 tahun dan dikaruniai 5 orang cucu.
Pak Ateng sendiri memang dilahirkan dibesarkan dan hidup dikawasan pontianak timur, dimana menurut beliau, dia lebih memilih tinggal dipinggiran kota karena suasananya yang lebih nyaman dan kehidupan yang masih kental dengan budaya gotong royong. Kesederhanaan hidup beliau diterapkan diseluruh anggota keluarga, beliau sangat menghargai seluruh ciptaan Tuhan dan mengagumi semua kebesarannya.
Motto hidup sederhana saja, mencari uang sebanyak banyaknya mengingat akan hidup 1000 tahun lagi, beramal sebanyak banyak nya mengingat besok  akan mati. Prinsipnya, hidup itu menunggu mati, mumpung masih hidup, kebajikan apa yang kita bisa perbuat untuk orang lain, kenapa itu terjadi? Bagi orang lain, selalu ingin mencari penanam modal seperta PMA atau penanaman modal Asing, namun pak ateng lebih tertarik dengan Penanaman Modal Akhirat.

Pengorbanan yang diberikan tidaklah sedikit dalam pemadaman api, mulai dari waktu, tenaga, pikiran dan material sudah barang tentu menjadi makanan sehari-hari, namun yang terberat adalah pengorbanan perasaan, yang jelas menurut pak Ateng, tertolong jarang dipuji, tidak tertolong mendapat caci, terlambat sedikit lalu dimaki sudah menjadi santapan saat menolong masyarakat memadamkan api.
Pak Ateng terus berusaha memberikan pelayanan terbaik, hingga sampai saat ini dia tidak pernah bisa meninggalkan radio komunikasinya, disebelah tempat tidur sampai didalam mobil beliau selalu berbagi informasi penting mengenai kebakaran agar segera dapat teratasi. Satu lagi hal yang tidak bisa lepas, beliau hobi sekali mengkoleksi batu. Pak Ateng Tanjaya, sosok pemadam kebakaran yang selalu berjuang tanpa pamrih.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.