Menu makan Siang Hotel Orchadz < Soto betawi

Lapar dari pagi memang sangat menyiksa sekali, jam tujuh harus mulai bekerja sementara untuk sarapan terlalu pagi, kejadian ini memang karena kesalahan pribadi karena tidak makan tadi malam. Wahhhhh pagi yang cerah untuk memulai aktifitas rutin. Jika sudah berada diruang kerja, saya tidak mungkin bisaberkeliaran di luar ruangan lagi. Just stay there for 2 hours without moved. Nah mungkin pas banget ama The Script with “The Man Who Can’t Be Moved”. Hari ini bener-bener memasang topeng , terlihat bahagia dan berseri-seri padahal perut melilit minta di isi…… Right now right here….. Hufzzz… Makannnn…. makan…. I hate go to work with hungry….

Sudahlah ini yang dibilang bukan rejeki saya pagi ini, my partner don’t go for show time. I’m alone…. OMG… can’t move, poor me. Untunglah setelah siaran ini saya bakal dapet undangan seminar ekonomi kerakyatan di Orchadz, paling ngga saya ngga bingung buat makan siang. Sudah ada menu yang akan tersedia didepan saya. Pasti menyenangkan sekali makan dengan metode “all you can it” dan tentu saja suasana adem di dalam cuaca panas kota Pontianak. Slurupzzz…. Dengan pikiran positif seperti ini saya merasa lebih nyaman… Wow… tidak sabar menuju jam 9 pagi. Dan taraaaaaaa… it’s over right now. Case closed for today. Lepasin topeng, basa basi dengan orang kantor and… go to Orchadz. Let’s go blogger… time to eat.


09.30. Jalanan kota Pontianak lagi macet-macetnya gara-gara pipanisasi PDAM. Kontraktor semena-mena memblokir jalan, polisi semprit sana-sini. Belum lagi cuaca panas yang luar biasa. Pusingnya minta ampun. Segera memacu motor dengan kecepatan maksimal agar segera bisa ngadem. Sampailah ditempat parkir dan langsung masuk keruangan…… ademmmm dan sangat menyenangkan sekali dan waktunya untuk registrasi dan duduk manis mendengarkan penjelasan demi penjelasan yang sepertinya njelimet dan penuh dengan teori ekonomi. Sungguh membuat limpahan ilmu pengetahuan :p hehehe. Tapi sayang, hanya sedikit yang bisa menempel dikepala.

Setelah melewati detik, menit dan jam akhirnya….. it’s time for lunch. Wow… bunch of food. All u can eat, it’s free…. mulai melirik menu satu persatu dan memilih serta mengkombinasikan untuk mix and match. Agar menjadi satu kesatuan for best eat for this noon. Pilihan menu saya jatuh ke Soto betawi sebagai makanan pembuka dan untuk makanan utama saya pilih Tumis pakis, ikan goreng tepung dengan saos asam manis, kerupuk bawang dan acar timun. Simple saja supaya tidak terlalu mempengaruhi rasa bermacam-macam dilidah. Nah sekarang minuman pendampingnya adalah lemon tea with ice and jelly. Lengkap sudah makan sehat saya siang ini.

Sekarang aktuya untuk food testology. Persiapkan lidah sebaik mungkin memulai dengan minum air putih dan mulai merasakan kuah sup dengan santan yang tidak terlalu kental. Terasa gurih dengan aroma dan rasa beef flavor yang kencang. campuran didalamnya tidaklah terlalu banyak. ada sedikit daging tetelan, taburan paru goreng dan tentu saja babat. kecambah, potongan tomat dan telur rebus serta potongan daun bawang, soun, bawang goreng dan emping sebagai taburan. Saya bener-bener merasa nyaman dan sudah lama saya kangen dengan rasa ini, rasa gurih khas sapi, rasa santan yang tipis saja, sedikit aroma kapulaga, dan ada sedikit aroma jintan. Setelah saya merasakan rasa asli dari soto ini, saya mulai menambahkan pelengkap seperti perasan jeruk nipis dan sedikit kecap dan sambal. Ada rasa segar yang mulai terasa dilidah, sedikit rasa pedas dan tentu saja dengan penabahan kecap rasanya akan berubah drastis karena ada rasa manis. Sensasional dan menarik, oh ya… kriuk dari paru goreng yang dimasukkan kedalam soto betawi ini sangat membuat saya ingin dan ingin lagi.

Saya nggaterlalu menyoroti rasa makanan lain terlalu dalam, seperti halnya ikan goreng filled dengan saos terasa biasa saja. justru yang sangat menarik saya dan membuat kangen adalah tumis pakis. Pakis yang digunakan disini adalah pakis pantai atau paku air. Jenis ini memang banyak sekali dikomsumsi termasuk beberapa jenis lain dan saya sendiri adalah penggemar pakis. Oh ya saya termasuk penggemar pakis….. rasanya special dan ada rasa serta aroma khusus yang tidak ditemui dari jenis sayuran lain. Bumbu yang digunakan untuk memasak sayuran jenis ini tidaklah banyak, cukup bawang putih dan merah serta garam gula ditambah merica. Bisa juga ditambah campuran udang atau yang lainnya. I luv it…!! Untuk kali ini, proses memasaknya pas banget, masih terasa pakisnya tidak terlalu lembek, nendang lah…..!!

Over all menu siang ini bisa mengobati rasa bête pagi karena kelaparan. Makan siang ini membuat saya merasakan makanan-makanan yang mungkin bisa mengingatkan terhadap sesuatu dan ini membuat kita bisa lebih menikmati kesenangan makan. Feel the taste itu penting tapi cara memakan makanan tersebut juga harus kita ketahui. Karena jika kita salah cara makannya maka rasa yang didapat bisa berubah 100%. Taste yang didapatkan akan berbeda sekali saat benar cara memakannya. Pelajari dulu agar kita tidak salah……

Bahan :
2 liter air
500 gram tulang iga
250 gram sandung lamur
2 lembar daun salam
1 batang serai, memarkan
1/2 butir kelapa sangrai dan haluskan
1 mata asam jawa
8 buah belimbinh wuluh, belah menjadi 2 bagian

Bumbu yang dihaluskan :
1 sendok teh ketumbar
1/2 sendok teh jinten
8 butir kemiri
3 buah cabai merah
8 buah bawang merah
4 siung bawang putih
1 ruas jari kunyit
1 ruas jahe
1 ruas lengkuas
1 sendok teh gula merah
Garam secukupnya

Cara Mengolah :
1. Rebus tulang iga dan sandung lamur hingga empuk.
2. Tumis bumbu halus hingga harum.
3. Masukkan daun salam dan serai, aduk rata. Tuang ke dalam rebusan tulang iga.
4. Masukkan kelapa sangrai, belimbing wuluh dan asam jawa.
5. Masak hingga matang dan kuah mengental. Angkat dan sajikan hangat.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.