Selamat Hari Radio Nasional

Setidaknya dalam 16 tahun terakhir ini saya sudah bersiaran di Radio. Hampir dua dekade saya lewati dengan pelantang dan mixer didalam studio. Mulai dari menggunakan kaset, pemutar CD hingga komputer sudah saya pernah pakai.


Setidaknya dalam 16 tahun terakhir ini saya sudah bersiaran di Radio. Hampir dua dekade saya lewati dengan pelantang dan mixer didalam studio. Mulai dari menggunakan kaset, pemutar CD hingga komputer sudah saya pernah pakai.  Pasti penyiar "tua" seperti saya merasakan perubahan yang signifikan. Penurunan prestise seorang penyiar radio makin terhempas menuju titik nadir. mungkin previlage yang didapat jauh lebih WAH dan SPESIAL namun sekarang? "kamu bisa hidup kerja di radio?" Pertanyaan yang mungkin terdengar tidak sopan tapi paling sering ditanyakan. Tapi percayalah, taraf hidup saya diatas rata-rata tapi kembali ke teori ekonomi bahwa tingkat kecukupan orang berbeda-beda.

Selamat Hari Radio Nasional
Selamat Hari Radio Nasional
Saya tetap enjoy dengan pekerjaan ini, tetap mencintai profesi ini yang memperkaya jaringan kerja saya. Uang bisa datang dari mana saja karena ilmu nya berkembang. Ya, intinya jangan terkungkung dalam satu pulau "broadcast" saja. Menyeberanglah ke area lain seperti dunia televisi dan media cetak yang masih dalam ranah Media Informasi. Banyak pekerjaan yang saya dapatkan, mulai dari lokal, antar pulau, se Indonesia Raya hingga Internasional pernah didapatkan. Tentu saja untuk mendapatkannya harus dengan perjuangan.

Berbagai pekerjaan di Radio pernah juga saya tekuni, mulai dari Music Director yang dulu pekerjaannya mulai dari me rename penyanyi dan judul lagu, hunting musik di grup MiRC, hingga menyusun playlist lagu dan membuat tangga lagu. Gampang? ngga banget! Saya harus berdarah-darah mempertahankan musik radio tetap dijalurnya, berseteru dengan penyiar sampai head-to-head dengan Program Director pernah dilakukan. Tapi pekerjaan yang paling sulit adalah meramal lagu apa yang jadi next Bomb dalam satu album setelah single di release.

Script Writer saya kerjakan duluan sebelum jadi penyiar, kerjaan saya mengumpulkan semua tips di koran atau majalah lalu dibuat kliping dan saya menikmati sekali pekerjaan menggunting dan menempel sepenuh hati. Setelah kliping dibuat maka mengetik ulang dikomputer sesuai dengan Bahasa telinga. Dijaman copy writer belum semarak sekarang, script writer di radio sudah melakukannya dan harus “bagus” karena semprotan penyiar dan produser sungguh panas di telinga.

Saya menjadi Penyiar hanya kebetulan saja. saat radio kampus memutuskan untuk memulai siaran pagi hari. Mencari penyiar pagi sama susahnya mencari jarum dalam jerami karena semuanya sibuk berkuliah. Saya yang berleha-leha diberi “cobaan” siaran pagi bersama penyiar sungguhan. “Nama Dony kurang menjual, ganti dong biar keren”. ujar produser program pagi waktu itu. Saya ingat jelas suara itu, dulu saya sakit hati namun sekarang saya bersyukur karena nama “Jerry” jadi properti melekat yang membawa keberuntungan. Partner siaran pagi saya dulu adalah Tamara yang sering dipanggil “Tam” hingga tercetuslah untuk membuat program pagi berjudul “Tam and Jerry, Morning Show”. Tidak ada yang kebetulan tak terencana di dunia ini.

Selamat Hari Radio Nasional
Selamat Hari Radio Nasional
Lalu perjalanan jadi penyiar itu mulus? Tidak sama sekali. Saya tidak dianugerahi suara yang Bariton dan micropis seperti penyiar pria yang jadi junjungan pada masa itu. Saya harus belajar banyak “membulatkan suara” di telinga pendengar radio. Modal saya tidak cukup hanya cerdas dan kocak!. Kursus broadcast pertama kali yang saya ikuti mendatangkan trainer dari Surabaya dan diikuti oleh banyak penyiar radio se Malang Raya dan sekitarnya. Saking ramainya kursus 3 hari itu diadakan diruangan besar. Saya juga ingat waktu diminta untuk memberikan contoh bersiaran dengan lantang, suara microphonis dan nge-Bass, tentor berujar, “kamu nda cocok jadi penyiar radio, kamu pantasnya jadi MC ultah anak Kecil”. seluruh kelas heboh dan tertawa terbahak-bahak. jangan ditanya merahnya muka ini! tapi ini adalah cambuk dan hantaman keras, saya bisa buktikan ke semua orang diruangan ini!

Setelah saya “matang” memberanikan diri melamar di Radio Swasta pun saya lakukan, saat itu radio ini adalah salah satu radio anak muda yang cukup diperhitungkan namun sayang beberapa tahun lalu saya dengar bahwa radio ini sudah kolaps dan tutup. Di sini saya mengenal bagaimana jadi penyiar yang di puja-puja dan di “Tuhan” kan fans nya. Yey! saya punya fans! sampai akhirnya sebuah tantangan datang tiba-tiba. Sebuah radio AM yang sudah melegenda ingin merubah program siarannya menjadi radio “anak muda” dan pimpinannya meminta saya menjadi Program Directornya. Ini kejutan dan berkah. Umur saya 22 tahun saat itu dan saya adalah PD termuda untuk sebuah radio siaran swasta berpengaruh di Malang kala itu.

Inilah salah satu pembuktian yang saya janjikan untuk tentor dan teman-teman yang pernah menertawakan saya! ilmu bertambah dan terus mengembangkan sayap. belajar dari semua pengalaman. menekuni semua bidang sampai saya mendapatkan pola. Darah radio ini terus mengalir sampai sekarang dan membuat saya tetap ada di dunia radio. Di radio yang saya kelola saat itu pernah juga memainkan karakter lain karena sudah sampai titik jenuh saya. Karakter Madam Winona seorang peramal dengan kartu tarot pernah saya lakukan. Tarot adalah permainan kartu yang sudah lama saya tekuni sebelum di radio. dan BOOOM “Tarot Teller with Madam Winona” jadi favorit luar biasa. saya masih ingat taglinenya “Come to the future, come my happiness”.

Saya masih di Radio sampai sekarang walaupun nanti saya tidak lagi di radio tapi darah radio saya akan terus mengalir dan pemikiran tentang radio akan terus saya curahkan. Broadcaster bukan perkara mudah, asal nyeblak dan ngecap. Tetap harus cerdas, tetap harus berpikir dan mengikuti zaman yang terus berubah. Selamat Hari Radio Nasional #HariRadioNasional
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.