Traveler VS Dolar


Setiap melihat running text di televisi atau time line twitter tentang terjunnya nilai rupiah di situ saya merasa sedih. Sebagai seorang yang suka jalan membuat saya harus sangat memperhatikannya dengan seksama. Apalagi saya masih sebagai kuli yang di bayar dengan rupiah.


Banyak juga pertanyaan yang sering dilontarkan kenapa juga harus liburan keluar negeri. Jawabannya sederhana, ongkos perjalanan pesawat dari Pontianak ke Bali atau Jogjakarta sama dengan ongkos perjalanan ke Kuala Lumpur atau Bangkok.

Tahun ini saya berencana untuk menonton festival songkran. Entah kenapa, saya sangat suka dengan sesuatu yang bertemakan main-air-rame-rame. Hal pertama yang harus sering di cek adalah tiket pesawat, memang beberapa penerbangan memberikan diskon lumayan besar jika memesan jauh-jauh hari. Tapi jika di dikonversikan maka harganya akan sama mahalnya karena dolar menembus Rp 13.000,- itu baru tiket pesawat. Belum lagi hostel yang pasti harganya akan naik akibat festival ini.

Mulai tahun lalu saya sudah nyicil buat menabung dengan asumsi bahwa dolar berkisar di angka Rp 12.000,- namun begitu melonjak hingga Rp 13.000,- kenaikannya memang tidak terlalu besar, hanya 1% lebih tapi setelah ditotal keseluruhan saya harus menambah dana menjadi 25% lebih banyak untuk transportasi dan akomodasi serta 25% lagi tambahan untuk komsumsi dan jaga-jaga.

Perhitungan ini jauh meleset dari perkiraan saya sebelum 2015, saya malah berpikir justru dolar akan turun. Saya tidak mempersiapkan dana sebanyak itu dan tidak berani berspekulasi untuk membeli saja tiket pesawat PP dan selanjutnya menyerahkan kepada mekanisme pasar serta berdoa semoga rupiah akan menguat.


“Kalau biasanya traveler setiap waktu mengecek jadwal promo tiket murah dari maskapai tapi sekarang lebih banyak melihat analisa ekonomi dan penguatan rupiah” Apakah anda melakukan hal yang sama seperti saya?

Kenyataan yang ada memang menyakitkan. Walaupun sangat ingin untuk menonton, bahkan sudah merencanakan dari tahun lalu saya harus tetap berpikir logis. Lebih baik mengurungkan niat untuk menonton Festival Songkran dan menunda tahun depan atau merencanakan liburan lain yang lebih terjangkau. Sebagai tukang jalan dan jajan, pelemahan rupiah sangat berpengaruh. Akhirnya saya berkesimpulan ada juga kesamaan antara Bussinesman dan traveler.

Tulisan ini dimuat di beberapa informasi di detik travel. ini salah satunya
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.