Belajar Bakau Sampai ke Tanjung Benoa
Indonesia itu luas, itu yang paling saya dengar jika ada
yang berbicara mengenai nusantara. Negara maritim dan Negara kepulauan yang
membuat banyak lokasi wisata yang menyenangkan untuk dikunjungi. Lautnya indah,
pantainya cantik, makanan lautnya juga enak-enak. Coba? Sekarang siapa yang
bisa menolak untuk mengunjungi daerah-daerah tersebut? Apalagi dibayarin dan
bareng sama orang yang suka jalan serta pinter mengambil gambar.
Perjalanan kali ini tetap dengan misi menjaga
lingkungan dan memastikan bahwa masyarakat juga ikut menjaga. Kampanye
lingkungan hidup dan belajar tentang pelestarian hutan pasti seru! Nah
kebetulan, saya ingin sekali belajar mengenai pemberdayaan masyarakat untuk
menjaga ekosistem hutan bakau atau mangrove di tanjung Benoa. Selain
kontroversinya yang sering kita dengar, masyarakatnya juga mampu memperbaiki
ekosistem bakau. Tentu ini nanti bisa jadi cerita juga saat saya kembali ke
Kalimantan Barat yang juga perlu pembenahan ekosistem Bakau.
Mari kita menuju ke salah satu lokasi yang merupakan bagian dari Bali dari Indonesia Travel
Mari kita menuju ke salah satu lokasi yang merupakan bagian dari Bali dari Indonesia Travel
“Kalau orang belajar sampai ke Negeri Tiongkok
saya Belajar sampai ke tanjung Benoa”
Berawal dari beberapa waktu yang lalu teman
saya melakukan pengambilan foto pre-wedding yang super cantik dengan background
hutan bakau yang cantik, banyak adegan yang dilakukan diatas jembatan kayu
dikelilingi hutan bakau, pantai yang indah dan laut yang biru. Saya penasaran
karena di Karimunting, Kalimantan Barat juga memiliki hutan Mangrove tapi tidak
secantik ini.
Saya sampai setengah menjerit “Keren binggow!”
foto pre-wedding yang super cantik dengan background hutan bakau yang hijau,
banyak adegan yang dilakukan diatas jembatan kayu dikelilingi hutan bakau,
pantai yang cantik dan laut yang biru. Saya penasaran karena di Karimunting,
Kalimantan Barat juga memiliki hutan Mangrove tapi tidak secantik ini. Berikut
petikan obrolan saya.
“Gila! Keren binggow! Cakep yah!”.
“ya iyalah!, aku ama pacar aku emang pasangan serasi kali, semua orang
juga udah tahu kok”.
“Bukan kalian berdua, bukan make upnya, bukan pakaiannya atau
fotografernya!”
“kok sewot sih? Terus apa dong?”
“Pemandangannya keren banget, aku suka. Dimana nih?”
Teman saya hening beberapa saat dan mengatakan
satu tempat bernama Tanjung Benoa dan sukses membuat saya penasaran dan ingin
tahu tempat ini.
Sumber dari sini
Dari berbagai informasi yang terangkum,
Tanjung Benoa mempunyai
luas 1.988 hektar dan merupakan kawasan konservasi. Sangat terkenal dengan
pantainya termasuk tanaman mangrovenya, juga menjadi surganya wahana air
seperti banana boat, scuba diving,
parasailing, rolling donut, seawalker, flying fish dan masih banyak lagi. Semua
permainan ini harus dicoba, harus dirasakan sensasinya, menikmati keseruan
permainan air sembari mengeluarkan teriakan-teriakan heboh. Aih sedap cihuy! 
Sumber dari sini
Tetapi saya juga khawatir dengan ancaman teluk
ini begitu banyak dari eksploitasi dari pariwisata, penebangan magrove ilegal,
alih fungsi lahan, pendangkalan, penyertifikatan oleh warga, serta banyak
sampah. NGERI!
Kemana lagi perjalanan saya? Yuk mencoba berlayar
menuju Pulau Penyu. Tempat hidup kura-kura, ular, jalak bali, dan
sebagainya. Untuk mencapai pulau penyu kita bisa menggunakan glass bottom boat sehingga kita
bisa melihat akuarium bawah laut, kita juga bisa memberikan remah-remah roti
dari atas kapal dan biasanya akan sangat banyak rombongan ikan berbagai jenis
dan berwarna-warni akan saling berebut makanan, selain itu juga bisa
menyaksikan keindahan karang laut yang tak kalah elok. Biasanya setelah puas
memandang laut dan langit biru baru kita akan diajak menuju Pulau
penyu.
Sumber dari sini
Pulau penyu memang menjadi tempat penangkaran
penyu yang sudah langka, kita juga bisa melihat langsung penyu tersebut,
memegang dan juga bisa melihat proses perkembangbiakan dari mulai telur hingga menetas dan menjadi
tukik, kalau beruntung kita bisa ikut melepaskannya ke laut. Tidak hanya itu,
disini kita juga bisa melihat banyak hewan lain yang telah jinak seperti
burung, kelelawar dan ular. Wahana ini cocok juga untuk pembelajaran bersama
anak-anak.
Sumber dari sini
Ada yang unik dari Tanjung Benoa yang kebanyakan
aktifitas wahana air sangat tergantung dari kondisi pasang surut air laut yang
dikenal istilah pasang purnama dan pasang tilem. Jika kena pengaruh bulan mati
(tilem), atraksi wisata laut baru bisa dilangsungkan di atas pukul 11.00 hingga
sore. Sebaliknya, kalau terkena pengaruh pasang purnama (bulan penuh), kita
bisa memulai aktivitas wisata tirta sejak pagi hari, sekitar pukul 09.00 hingga
sore hari. Jadi ada baiknya memang kita mencari informasi terlebih dahulu.
Sumber dari sini
Bibir pantai Tanjung Benoa memiliki laut yang
aman, nyaman dan indah. Karang lautnya masih lestari, sehingga ombak akan pecah
di luar, sebelum menyentuh bibir pantai. Karena itu, di pantai Tanjung Benoa
dikenal istilah ''laut dangkal'' dan ''laut dalam''. Kita bisa berjalan
menyusuri pantai, melihat matahari timbul atau tenggelam sembari menikmati
kelapa muda dan makanan laut yang sudah dipastikan segar dan enak.Oh ya, manjakan mata dulu yuk. Mari kita lihat dulu oleh-oleh dari Indonesia travel ini
Kembali ke tujuan awal ke Tanjung Benoa adalah
untuk belajar menjaga hutan Mangrove. Kabarnya disini ada kelompok tani dan nelayan
Wanasari yang berhasil memberdayakan masyarakat untuk mengelola
10 hektar hutan mangrove untuk ekowisata dan 25 hektar dipelihara. Ekowisata
yang dibuat nelayan Wanasari berupa jembatan bambu diatas lumpur, selain kita
bisa sambil memandang keindahan hutan mangrove, juga bisa menikmati makanan
berbasis ikan laut karena ada restoran yang berada di pondok diatas laut. Oh
ya, kita juga bisa belajar budidaya kepiting disepanjang jembatan bambu yang
panjangnya mencapai 500 meter, jika kita lelah tersedia gazebo untuk
beristirahat. Jangan lupa untuk membeli oleh-oleh berupa kue dan minuman dengan
bahan baku mangrove
Ada aturan penting yang menarik untuk
dipelajari.
1. Jika masyarakat dan masyarakat yang menemukan
sampah saat berwisata disini maka dapat ditukarkan dengan jus Mangrove
2. Jika menebang pohon mangrove sembarangan maka
diwajibkan menanam dan merawat sebanyak 30 pohon.
3. Keramba kepiting yang dibuat harus
menyesuaikan struktur hutan.
Sumber dari sini
Kita bisa melihat masyarakat Tanjung Benoa berhasil mengelola ekowisata dengan menjaga ekosistem mangrove. Semoga saya mempunyai kesempatan belajar memadukan pariwisata dengan pelestarian lingkungan. Semoga melalui tulisan di blog #BukanSekedarTraveling saya ini bisa menghantarkan saya belajar untuk di terapkan di hutan mangrove di Kalimantan Barat
Gabung dalam percakapan
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry