Cerita Horor Saat Traveling, Batang Ai

Bendungan Batang Ai adalah sebuah bendungan buatan di Taman Nasional Batang Ai, Sarawak, Ada hotel Aiman Resort disana bisa mengunjungi kampung iban
Keseruan perjalanan tidak melulu masalah kebahagiaan, keseruan atau sesuatu yang mengharu biru. Ada pula cerita horor yang jadi kenangan tak terlupakan. Bagaimana rasanya berada disebuah pulau yang dikelilingi air. Apapun yang terjadi, kamu ngga bisa kemana mana. Hanya dipulau tersebut hingga teror itu selesai.

Cerita Horor Saat Traveling, Batang Ai
Cerita Horor Saat Traveling, Batang Ai

Tukang Jalan Jajan tidak pernah menceritakan pengalaman Cerita Horor Saat Traveling, Batang Ai. Akhirnya saya berani menuliskan ini karena lokasinya sudah tak beroperasi lagi, Mau tahu ceritanya?

Batang Ai, Bendungan Air di Kalimantan


Jadi di Kalimantan juga ada Bendungan lho. Bendungan Batang Ai adalah sebuah bendungan buatan di Taman Nasional Batang Ai, Sarawak, Malaysia. Disini ada Pembangkit listrik tersebut terdiri dari empat turbin 25 MW, dengan total kapasitas yang diinstal sebesar 100 MW. 

Pembangkit listrik tersebut dioperasikan oleh Perusahaan Suplai Listrik Sarawak. Dulu ini adalah perkampungan Suku Dayak Iban dan kemudian semua penduduk dilakukan Bedol Desa dan dipindahkan ke tempat lain baru kemudian tempat ini diairi.

Uniknya dibagian tengah danau ini terdapat Batang Ai Resort dibawah jaringan Hotel Hilton yang kemudian diambil alih oleh Aiman Batang Ai Resort. Di Pulau ini juga terdapat satu makam pemimpin kampung dan disini juga terdapat hutan dan jembatan gantung yang bisa ditrekking, asal dengan pemandu.

Menuju Tengah Pulau di Batang Ai


Ada sebuah terminal yang disediakan untuk penumpang yang ingin menuju ke kampung sekitar Danau dan menuju tengah pulau. Bentuknya seperti rumah dipinggir danau dengan pelabuhan kecil untuk kapal boat singgah dan penumpang yang keluar masuk.

Untuk dari dan menuju ketengah pulau hanya bisa dengan kapal bermotor yang hanya ada pada pagi dan sore hari. Untuk menuju kesana diperlukan kurang lebih 1 jam perjalanan menembus air yang super jernih, tak berombak dengan tepian celung kebawah tanpa pantai.

Bendungan Batang Ai
Bendungan Batang Ai

Bendungan buatan ini bentuknya seperti mangkok dan dibagian tengahnya ada sebuah pulau. Mirip seperti danau Toba yang ditengahnya ada pulau Samosir. Dulu sebelum diairi, tempat ini merupakan beberapa kampung Suku Iban yang kemudian melakukan bedol desa. 

Beberapa kampung berpindah sesuai dengan tempat yang diberikan oleh pemerintah Malaysia. Rata-rata mereka masih memilih tinggal bersama di rumah panjang. Beberapa rumahnya sudah modern dengan fasilitas listrik dan air. Tapi penduduknya tetap memegang teguh adat, budaya dan pantang yang sudah dilakukan secara turun temurun.

Bertandang ke Perkampungan Iban di Batang Ai


Sebelum ke Hilton Batang Ai, paginya saya langsung eksplore ke kampung Iban terdekat karena ingin tahu bagaimana keseharian mereka. Pemandu kami sudah mengingatkan untuk menjaga kesopanan karena rumah panjang dayak Iban masih menjunjung tinggi adat dan budaya. Ucapan dan perbuatan harus dijaga karena masih banyak memegang pantang

Kegiatan Masyarakat Iban Batang Ai
Kegiatan Masyarakat Iban Batang Ai

Penghuni Kampung Iban ini tinggal dibeberapa rumah panjang kebanyakan bertani, berburu serta mengolah hasil hutan. Disetiap rumah mereka menjual aneka barang yang bisa langsung kita beli.

Kami mengunjungi beberapa rumah panjang Iban, beberapa rumah terlihat lengang karena sang empunya rumah sedang pergi ke Ladang. Tapi dibagian ruang tamu terlihat beberapa orang duduk bergerombol.

Beberapa penghuni yang tinggal adalah orang tua dan anak kecil. Kesibukannya bermacam macam, ada yang ngobrol sembari memilih lada yang sudah dijemur. Ada yang sedan menyiang sayuran dan menyiapkan masakan. Beberapa lagi menjajakan barang kerajinan rotan, lada hingga tuak

Saya sempat meminta ijin untuk mengambil gambar dan tak lupa membeli beberapa barang dagangan sebagai ucapan terima kasih, belanjaan saya Ada tuak 2 botol, tangkin mini (berbentuk keranjang dari anyaman rotan) dan satu botol lada hitam

Perjalanan Menyusuri Bendungan Batang Ai


Seru juga eksplore bendungan dan kampung sekitar. kalau dilihat sekilas, Sunsetnya kemungkinan juga indah. Berkeliling di sepanjang bendungan, nertemu dengan beberapa penduduk lokal yang menggunakan kapal bermesin. Saling menyapa dari dari jauh dengan berteriak karena tak mungkin terlalu dekat.

Perahu bermesin  tentu menghasilkan ombak apalagi jika dalam kecepatan tinggi. Bisa bisa kalau berpapasan, perahu akan terbalik terkena ombak. Sepertinya, kalau dilihat dsri interaksi para supir kapal ini mereka sudah sangat mengenal satu sama lain.

Pemandangan hijau yang bisa saya deteksi disekeliling adalah pohon tinggi disepanjang bibir bendungan. Jika ada seperti pelabuhan rakyat maka bisa dipastikan dibagian atasnya adalah perkampungan Iban.

Perkampungan iban ini terlihat berderet deret ditepian bendungan karena mereka tinggal dirumah panjang. Langit hari ini terlihat sangat cerah, awan biru berarak dilangit dengan matahari yang bersinat terang sekali. Pasti sore hari nanti sunsetnya akan sangat indah.

Trekking di Pulau Tengan Bendungan Batang Ai


Akhirnya saya sampai di Aiman Batang Ai Resort, dulu tempat ini dikelola Hilton dan kemudian diambil alih. Resort ini boleh dibilang nyaman karena berada di tepian sungan di tengah hutan. Cocok bagi orang yang ingin beristirahat dan menikmati liburan sembari menyapa alam. Tempat untuk menenangkan diri dari segala kelelahan dan burn out,

Setelah check in dan menyimpan semua barang didalam ruangan. kami boleh menikmati makan siang dan beristirahat sejenak. Tidak banyak barang yang saya rapikan hanya belanjaan tadi yang saya simpan ditengah meja besar dalam kamar. Barang lainnya saya simpan di ruangan yang bersebelahan dengan kamar mandi. Tirai kamar saya buka supaya sinar matahari dapat masuk

Sorenya saya ikut kegiatan trekking, kali ini ada beberapa orang yang akan ikut kegiatan ini, dipandu oleh seorang guide dari hotel yang merupakan penduduk lokal. Anggota kelompok kami jumlahnya kira kira 8 orang, tak banyak namun sungguh bersemangat.

Hari ini kami akan melewati perjalanan memutar hutan dibelakang hotel, mengenal aneka flora dan mungkin fauna yang ditemui di jalan. Mencoba melewati jembatan gantung dan kembali ke lokasi. Sekali lagi, pemandu kami mengingatkan untuk menjaga bicara dan pantang sesuai adat istiadat kampung.

Hutan dengan Pohon Yang Besar


Menjelajah tempat ini tetap menemukan pohon dengan diameter batang yang melebihi pelukan orang dewasa. Rentang canopinya juga lumayan besar paling tidak lebih dari 5-6 jengkal orang dewasa. Tak heran hutan ini lindung sekali. Pohonnya juga terbilang tinggi bisa mencapai 10-20 meter, makanya dibuat jembatan gantung diatas pohon untuk melihat hutan ini secara keseluruhan,

P0hon pohon besar disini didominasi tanaman khas Pulau Kalimantan seperti kayu belian, meranti dan aneka pohon buah buahan hutan. Semuanya dijelaskan perlahan seperti guru yang mengajarkan muridnya ilmu biologi

Trakking kali ini kami menemukan banyak lumut, jamur, paku, tanaman nanas hutan hingga bambu. Binatang hutan agak susah ditemukan, yang ada g=hanya beberapa jenis kupu kupu dan ikan ikan kecil yang terperangkap dalam kubangan air

Kuburan Tua Sang Panglima


Perjalanan kami ini turun naik bukit dan lumayan melelahkan. Keringat sudah bercucuran karena tingkat kelembaban yang tinggi. Disebuah bukit, pemandu kami menunjukkan sisi lain dari Indonesia, itu adalah Badau, kota perbatasan Indonesia dengan Lubuk Antu.

Setelah beberapa menit perjalanan, kami melihat ada sebuat tempayan antik yang berada diatas tanag bersemen segi empat dan dipagari tali. dikiri kanannya dipenuhi botol minuman dan makanan juga uang kertas serta logam.

Saya sempat bertanya mengenai keberadaan tempat ini, ternyata ini adalah kuburan seseorang tetua yang dianggap panglima dan memiliki tanah ini dulu. Pemandu tak mau banyak membahas, entah kenapa? Saat melewatinya, saya sempat mengambil beberapa foto.

Tangga Gantung Taman di Tengah Hutan


Pemandu saya menunjukkan sebuah tangga yang lumayan tinggi menuju bangunan diatas pohin, ternyata itu adalah pintu masuk menuju jembatan pohon yang akan kami lewati

Skywalker ini ternyata melewati jembatan gantung yang tersambung antar pohon satu dengan pohon lainnya dibeberapa titik, melewatinya harus satu persatu agar aman. Tingginya mungkin puluhan meter dengan panjang 200-300 meter.

Jembatan Gantung di Batang Ai
Jembatan Gantung di Batang Ai

Kami semua beruntung karena jembatan ini baru diperbaiki dan dilakukan perawatan rutin sehingga bisa dilewati. Sebelumnya saya sudah melewati beberapa jembatan gantung seperti ini jadi tidak begitu panik saat melewatinya.

Dari atas terasa bergoyang kekiri dan kanan jika ada angin yang menyapu dan mengenai jembatan. Tetapi pemandangan diatas sangat indah. Kanopi pohon terlihat jelas. Saya juga dapat melihat kalau kawasan ini dikelilingi oleh air jernih dengan langit yang biru.

Perjalanan saya kali ini benar benar menyenangkan sekaligus melelahkan. Melihat alam yang elok sekalian berolahraga. 

Horor di Aiman Batang Ai


Setelah mandi, saya bersantai didepan kamar dengan teman teman yang tadi ikut kegiatan trekking. Sunset didepan kamar lumayan bagus, tapi bangunan ini terasa tua dan rapuh, malamnya sangat sepi. Saya diajak untuk makan malam di lobi hotel,

Melewati rumah lain dan lobi Rumah panjang yang terasa mencekam karena lampu sepanjang lorong redup sekali. Agak creepy karena bentuk hotel yang berbentuk rumah panjang dan cukup jauh dari kamar menuju ke loby.

Saya tinggal di rumah panjang ke 3 dengan jarak antara kamar dan lobby sekitar 200 meter. Agak malas melangkah saat makan malam karena banyak kelelawar dan hewan malam yang beterbangan.

Sesampai di lobi langsung disambut dengan tarian oleh wanita berpakaian dayak Iban, suara gong lamat lamat terdengar, di lobi ini banyak ornamen gawai dan ornamen khas iban. Agak merinding tapi saya sudah lapar dan segera mengambil makanan prasmanan dan menyelesaikan sampai tuntas supaya bisa segera kembali ke kamar.

Teror Horor di Mulai


Sekembalinya dari makan malam, hawa dingin mulai terasa menusuk kulit. Saya langsung masuk kekamar sembari mengecek barang yang saya beli dirumah panjang tadi. Ada tuak 2 botol, tangkin mini (berbentuk keranjang dari anyaman rotan) dan satu botol lada hitam yang saya simpan dalam tangkin. Semua barang saya simpan di tengah meja besar disebelah tempat tidur.

Oh ya, kamar tidurnya seperti apa? Sebuah ruangan besar, standar resort dengan kamar mandi terpisah luas sekaligus dengan lemari dan peralatan lainnya. Ada meja besar dekat tempat tidur disebelah kanan dan disebelah kiri tembok kaca besar tembus pandang

TV dan AC sudah saya nyalakan sedari datang dari lobby. Karena akan pulang, saya sekalian packing mundar mandir toilet dan kamar tidur. Tak terasa, pukul 11 malam dan saya meletakkan punggung diatas tempat tidur. Terasa hangat... Seperti bekas ditiduri, padahal masih rapi dan saya belum menggunakannya sama sekali....

Belum lima menit, AC dan lampu tiba tiba mati, saya tak terlalu perduli, sampai tiba tiba tangkin mini saya terlempar dari tengah meja dan jatuh kelantai bersama lada. Kok bisa? Sayapun memungutnya dan menyimpannya kembali ke tengah meja dan AC serta TV tiba tiba menyala.

Fiuh! Keringatan yak! Saya kembali berbaring dan tiba tiba sekelebat bayangan melewati tembok kaca yang ternyata saya lupa tutup gordennya. Jantung berdegup kencang karena hutan diluar sungguh gelap. Rupanya saya lupa menutupnya sedari tadi. Dengan cepat saya menarik gordennya dan kali ini lampunya yang tiba tiba mati sementara AC dan TV tetap menyala. Fiuh!

Baru hendak mengambil telpon, tiba tiba lampunya menyala. Begitu saya meletakkan badan kembali AC yang mati. Jadi setelah kejadian itu, sampe jam 1 pagi, antara lampu, AC dan TV bergantian mati. Jengah juga!

Sampai saya ambil keputusan, membuka botol tuak dan menuangkan kedalam gelas lalu meletakkan diatas meja.

Tukang Jalan Jajan lalu bilang "tolong jangan ganggu saya, saya mau istirahat karena besok akan pulang. Ini ada tuak manis, silakan minum. Maaf kalau ada salah, misalnya ambil foto tidak ijin atau lewat tidak permisi".

Ajaib.... Setelah itu, tidak ada acara mati matian itu lagi sampai pagi.

Malam yang Mencekam Bagi Semua


Pagi harinya saat sarapan, saya bertanya dengan beberapa teman yang satu grup tur saya kemarin, "Bagaimana tidur kalian?".

Seperti kompak, mereka mulai bercerita satu satu, para perempuan tak bisa tidur nyaman karena mereka seperti diserang cecak yang tiba tiba datang sangat banyak, lalu suara dari toilet seperti mandi dan terdengar jelas.

Yang pria menunjukkan beberapa bagian tubuhnya yang tiba tiba banyak bekas lebam seperti dicubit bahkan dibelakang punggung ada bekas seperti tamparan yang membentuk seperti tangan. Bedanya dia tidak diganggu langsung, hanya bermimpi berenang hingga terbangun karena kelelahan.

Kami hanya saling berpandangan satu sama lain. Antara percaya atau tidak percaya.

Percaya Pada yang Tak Kasat Mata


Jika kalian mengalami ini dan panik karena ketakutan, kalian tak bisa berbuat apa apa karena resort ini berada pulau ditengah bendungan. Tak ada jalan lari.

Penjelajab Batang Ai
Penjelajab Batang Ai

Oh ya! air di Batang Ai sangat jernih, bahkan mirip dengan air mineral. Tapi tak satupun saya pernah melihat orang mandi dan berenang di sini.

Saya tak berani bertanya, karena dengan trekking saja saya sudah dapat pengalaman seru seperti ini




Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.