RWMF 2018, Baru, Segar dan Semarak
Rainforest World Music Festival 2018 ini adalah festival hutan hujan ke 21 tahun 2018 yang selalu memberikan kejutan dan kenangan. Kemeriahan dan keseruannya selali berbeda setiap tahun.
RWMF 2018, Baru, Segar dan Semarak. Rainforest World Music Festival 2018 ini adalah festival
hutan hujan ke 21 yang selalu memberikan kejutan dan kenangan. Kemeriahan dan
keseruannya selali berbeda setiap tahun. Mungkin ada yang sudah datang lebih dari
lima kali namun masih saja ingin untuk datang kembali tahun depan. Sama seperti
yang tukang jalan jajan rasakan. Benang merahnya adalah keseruan menikmati
musik dunia dalam satu tempat.
Dimana lagi bisa menikmati musik seluruh benua di dunia
selain di Rainforest World Music Festival. satu tempat dengan berpupuh puluh
penampilan dan dengan berbagai macam workshop yang bisa diikuti semua orang.
tidak perduli apakah memang benar benar pemusik atau hanya sekedar ingin tahu.
Semua boleh ikut tanpa terkecuali. Tak hanya musik yang bisa dinikmati, ada
kebudayaan, makanan, handycraft dan banyak lagi yang lain.
Tukang Jalan Jajan berusaha untuk merangkum semua kegiatan
yang dilakukan selama Rainforest World Music Festival berlangsung. Semoga ini
membuat yang penasaran semakin penasaran untuk datang ditahun depan. Ada
beberapai kegiatan yang perlu digarisbawahi agar tak kelewatan.
Menikmati makanan Asia dengan Bahagia.
Tak perlu harus berkeliling Asia untuk bisa makan-makanan
Jepang, Thailand, Vietnam, Indonesia, Malaysia, atau Brunei Darussalam. Cukup
duduk di bangku dan meja bambu yang disusun rapi bagi pengunjung festival.
Tinggal datang ke outlet atau stall yang ada dilokasi ini untuk memesan makanan
yang disuka. setelah memilih, membayar maka makanan akan disiapkan dan kita
diminta untuk membawa makanan sendiri ke meja. Serunya lagi setelah makan kita
diminta untuk membersihkan meja makan sendiri. Sampah harus di pisah dan
dimasukkan kedalam tempat samapah yang sudah disediakan oleh LSM Lingkungan,
Biji Biji Initiative.
Beberapa makanan yang bisa saya nikmati ada, sleeping snack
dari Filipina. Bentuknya seperti ular yang sedang tidur membentuk huruf S. Dari
tepung beras yang diberi pewarna pandan baru digoreng kemudian disiram dengan
gula aren. Rasanya gurih dan manis, cocok sekali sebagai cemilan siang ini.
Selain itu ada berbagai macah sushi dan obigiri yang dijual di stall negara
Jepang. Indonesia kebagian menjual bakso dan tempe mendoan, sementara Brunai
Darusalam menjual Ambuyat, makanan yang sama seperti papeda namun dimakan
dengan asam pedas tempoyak. Malaysia menghadirkan makanan khas Sarawak seperti
tumis paku dan umai. Umai adalah sejenis Sashimi yang terbuat dari daging ikan
segar yang dimatangkan dengan jeruk kasturi lalu diberi potongan bawang dan cabai.
Banyak lagi makanan lain yang bisa dinikmati dan Halal. Jadi
semua bisa menikmatinya dengan bahagia. Selain itu, disekitar tempat ini juga
banyak stall makanan yang bisa disinggahi jika lapar dan lelah. Letaknya merata
hampir disemua sudut Sarawak Cultural Village.
Sampeh Stories, Melihat Warisan leluhur
Selama berada di acara Rainforest World Music Festival,
banyak sekali hal menarik yang bisa dilihat. Diantaranya adalah kebudayaan.
Banyak sekali workshop yang membahas tentang budaya baik berhubungan dengan
seni, musik dan tari maupun adat dalam kehidupan sehari-hari. Dirumah Tionghoa
biasanya diadakan Cultural Snippets and Film Screening. Cultural Snippets
memperkenalkan Budaya Sarawak kepada semua orang. Dibawakan oleh seorang ahli
yang mengajak semua orang yang hadir untuk berdiskusi, mulai dari pernak Pernik
yang digunakan hingga budaya ngayau (mencari kepala dan memenggalnya sebagai
ssebuah tradisi, kebanggaan hingga hadiah. Sementara Film screening akan
memberikan kesempatan kepada semua orang untuk tahu tentang kebudayaan dari
seluruh dunia dalam kehidupan modern dalam sebuah film.
Yang menarik perhatian adalah Sampeh Stories yang
dipersembahkan oleh Warisan Telang Usan. Kelompok ini mengajarkan tentang
musik, tari dan cerita tentang budaya sehari-hari. Warisan Sape Telang Usan ini
menampilkan permainan sape dengan berbagai irama lokal Orang Ulu yang diikuti
dengan penari wanita berteluinga panjang lengkap dengan baju adat dan bulu burung
enggang di ujung jarinya. Tarian mereka meliuk dengan indah seperti burung
Enggang yang sedang berada di hutan. Lain pula dengan prianya yang menggunakan
baju dari kulit kayu dengan parang dan perisai. Menari dengan tegas seperti
hendak berangkat perang menunjukkan kekuatannya sebagai pria. Saya pun
terhanyut dengan bunyi sape yang mendayu dengan lagu leleng yang khas.
Panggung Baru Yang Seru
Selain ada 3 Panggung utama, yaitu Theatre Stage, Tree Stage, dan Jungle Stage.
Ada 2 panggung lagi yang didirikan di area Damai Central yaitu Amphitheatre dan
The Big Tent. Untuk panggung yang sudah ada yaitu Theatre Stage, yang selalu
menampilkan 3 kelompok musik mulai siang hari. Disini penonton bisa lebih
berinteraksi dengan pemusik, suara yang terdengar lebih natural, jelas dan
menyentuh sanubari. Tree Stage, dan Jungle Stage hadir pada malam hari dengan
menampilkan kelompok musik secara bergantian tanpa henti sebanyak 22 pemusik
Panggung RWMF 2018 |
Sementara Amphitheatre dan The Big Tent ada di Damai Central.
Amphitheatre berisi pemusik dan kelompok pemusik yang ingin lebih dekat dengan
audience. Memperkenalkan alat musik dan jenis alat musik yang dimainkan dalam
sebuah teater berbentuk bulat sehingga perbincangan dapat lebih intens. The Big
Tent juga digunakan untuk mempertunjukkan sedikit penampilan musik para pengisi
acara sebelum mereka tampil di panggung utama. Beberapa kegiatan olahraga dan
penampilan pemusik lokal juga ada di panggung ini.
Interview yang lebih Intens
Saya merasakan hal yang berbeda dari sesi interview tahun
ini. Media diberi kesempatan untuk melakukan interview lebih mendalam dan dekat
dengan para musisi. Diruangan khusus press conference dengan disediakan meja
bundar untuk dapat berbincang. Pewarta dapat pertanya langsung danmendapat
jawaban langsung. Sesi foto juga terasa lebih nyaman. Dengan cara ini maka
pewarta dapat mewawancarai musisi yang diinginkan saja.
Dona Onete dari Brasil |
Saya sendiri sempat mewawancarai 3 musisi. Dona Onete,
seorang wanita berusia hampir 80 tahun dan masih aktif berseni sejak berumur 13
tahun. Berjuluk Sassy Queen of Amazon yang memang menjadi pemusik tertua yang
tampil. Keterbatasan menggunakan kursi roda bukan jadi masalah untuk
menunjukkan kemampuannya bernyanyi. Mengusung musik asik untuk berdasa, Dona
Onete memperkenalkan musik Brazil dan budaya Amazone. Kekuatan musik dengan suara
serak yang seksi menambah hentakan dansa sepanjang malam.
Grace Nono dari Filipina |
Grace Nono yang tampil membawa nama Filipina mengunakan
kemampuan bernyanyinya yang berasal dari dalam hati. Mendengar suaranya saya
jadi teringat dengan Penyanyi Anggun. Tentu balutan berbagai musik tradisional
dari Filipina dengan berbagai macam tarian menunjukkan budaya yang kaya.
Sekilas, beberapa alat musik dan baju daerah, mirip dengan beberapa suku di
Indonesia. Musiknya dipadukan dari budaya di Filipina tengah seperti Mindanao
dan Visayas dengan balutan musik dari Spanyol yang didapat dari masa
penjajahan.
Warato'o dari Solomon Island |
Satu lagi yang berhasil diwawancarai adalah Warato'o dari Solomon
Island. Kelompok musik dari surga di pasifik dengan berbagai alat musik yang
terbuat dari bambu. Ritme musik yang dihasilkan dengan cara memukul dan meniup
pipa pipa dari bambu. Suara yang dihasilkan terdengar harmonis. Musik mereka
sudah ada sejak dahulu kala, 75 generasi. Musik tradisional mereka sudah mulai
digabungkan dengan bluesy, reggae dan juga rock. Pantas saja, songlines magazine
memberikan julukan “The Hottest Band in
Pacific”
Lebih Ramai, Lebih Berwarna,Lebih Semarak
Tahun ini terasa memang lebih semarak dan padat acaranya.
Tidak ada waktu kosong. Mulai dari pagi hingga tengah malam, berbagai kegiatan
mulai dari pagi hari, kegiatan olahraga dan gaya hidup sehat sudah berjalan. Siang
hari diisi dengan berbagai macam workshop dan berbagai penampilan budaya
didalam Sarawak Cultural Village. Kitapun bisa berbelanja di Pasar Kerajinan
dari berbagai belahan dunia. Harganya masih dapat terjangkau. Jika ingin makan,
banyak sekali stall makanan yang bertebaran dimana mana termasuk dapur Asia
yang menyajikan makanan dari negara Asia yang disajikan otentik oleh chef yang
didatangkan dari negara tersebut langsung.
Tukang Jalan Jajan di Damai Beach demi RWMF 2018 |
Selain itu keseruan lain juga datang dari Air Asia yang
menjadi salah satu sponsor penting. Boothnya menyajikan banyak barang daur
ulang dari peralatan seperti salah satu contohnya adalah tali pengikat anjing
dari sabuk pengaman yang sudah kadaluarsa. Disini juga disediakan internet
gratis dan berbagai hadiah menarik bagi pelanggan Air Asia yang sudah
mengaktifkan aplikasi Air Asia di smartphone.
Keseruan lain adalah penonton yang lebih ramai dari tahun
lalu. Hari Jumat, rasanya Sarawak Cultural Village sudah sangat ramai. hampir
rata-rata workshop dipenuhi pengunjung. malam harinya lebih dari 8000 orang
memadati panggung utama untuk sama sama menari dan bergoyang. Hari kedua lebih
ramai lagi, mungkin ada sekitar 10000 orang yang memadati panggung utama.
Lapangan sangat sesak dari depan hingga kebelakang. Penontonnya lebih
interaktif dan selalu seru saat diajak bergoyang atau mengayunkan tangan
bersama sama. Seru! sungguh seru! Begitun hari ketiga. walaupun tak seramai
hari kedua namun masih tetap setia memadati lapangan.
Cuaca sangat mendukung, Tak ada hujan. Pantaipun terlihat
indah dengan sore dan matahari terbenam yang menenangkan hati. Serunya
Rainforest World Music Festival 2018 tentu membuat saya ingin kembali kesana
lagi!
18 komentar
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry
Festival seperti ini apakah hanya diadakan di Malaysia mas? Kalau di Indonesia pernahkah?
Andai ada di Indo ya. *hm*
Kerrn ya, RWMF. Hmmm apakah suatu hari aku bisa ke sana ya? Merasakan atmosfernya secara langsung. Biar tau beneran rasanya gimana
Yaaa semoga aku beneran bisa hadir ke festival tersebut, beberapa tahun lagi. Aamiin
Semua hiburan ada di sana, asik bangeet!
Suaranya menenangkan.
Sama seperti event RWMF ini yaa...menyenangkan dan tak terlupakan.
Bersiap Rainforest World Music Festival 2019 yaa, mas Don?