Aroma Kematian di Sungai Gangga

Kami lantas melanjutkan perjalanan menuju Manikarnika Ghat. Tujuan saya ketempat ini hanya satu, menyaksikan prosesi pembakaran jenazah. Ya, Manikarnika Ghat ini adalah tempat di mana setiap harinya jenazah-jenazah yang meninggal akan di kremasi kemudian dilarung ke sungai Gangga.
Sudah beratus ratus kilometer Tukang Jalan Jajan lewati selama di India, tidak ada ekspektasi berlebihan yang ingin didapat karena tujuan utamanya adalah melihat Festival warna di India. Mengikuti intuisi saja dan berpikir bahwa hal lain ikuti kata hati saja. Bertemu banyak teman baru sembari berkenalan dengan sesama traveler membuat saya menemukan banyak pengalaman baru. Rasa jauh dari negeri sendiri membuat pertemanan serasa kuat bagai sudara. Saya masih melanjutkan cerita di Sungai Gangga. Sungai yang sangat di puja penganut Hindu di India. Sungai yang memberikan kehidupan dan mengalirkan banyak cerita sejarah.

Anak Pengayuh sampan yang tidak heni berbicara dan minta tambah bayaran
Anak Pengayuh sampan yang tidak henti berbicara dan minta tambah bayaran
Sampan di Sungai Gangga yang siap disewakan
Sampan di Sungai Gangga yang siap disewakan
Sepanjang perjalanan di India, penyakit minta bayaran lebih ini memang sering kali saya temui. Karena itu memastikan sejelas mungkin harga yang disepakati adalah sebuah keharusan. Biasanya mereka akan meminta tambahan dengan barbagai macam alasan, mulai dari tempatnya yang susah dicari ataupun dengan cerita yang mengundang simpati. Disinilah kita dituntut untuk tegas. Kita harus berani berargumen. Tapi tentu saja lihat kondisi dan keadaan di sekitar kita ya. Pastikan keselamatan berada di prioritas yang utama. Syukurnya selama perjalanan, saya tidak pernah menemuikan kejadian-kejadian yang sampai mengancam keselamatan.

Kami lantas melanjutkan perjalanan menuju Manikarnika Ghat. Tujuan saya ketempat ini hanya satu, menyaksikan prosesi pembakaran jenazah. Ya, Manikarnika Ghat ini adalah tempat di mana setiap harinya jenazah-jenazah yang meninggal akan di kremasi kemudian dilarung ke sungai Gangga. Konon dalam keyakinan Hindu, siapa yang meninggal di kota Varanasi akan mendapat pengampunan dosa. Dan barangsiapa yang abu kremasinya dibuang di sungai Gangga diyakini akan menyelesaikan reinkarnasinya dan pergi menuju nirwana.

Mural di tepian Sungai Gangga yang digambar di tembok Gaht
Mural di tepian Sungai Gangga yang digambar di tembok Gaht
Mural di tepian Sungai Gangga yang digambar di tembok Gaht
Mural di tepian Sungai Gangga yang digambar di tembok Gaht
Ketika tiba di Manikarnika Ghat suasana mistis langsung kami rasakan. Beberapa orang mengerumuni beberapa api menyala yang kami duga adalah jenazah orang meninggal yang sedang mengalami proses kremasi. Udara ditempat itu benar-benar tidak menyenangkan, setiap aroma berbeda yang mampir di indra penciuman saya, selalu saya duga sebagai bau daging manusia yang terpanggang. Saya bergidik ngeri. Mungkin faktor saya agak takut juga sih, jadi suasana ditempat itu terasa tidak menyenangkan.

Sampan merapat di tepian Sungai Gangga
Sampan merapat di tepian Sungai Gangga
Setiap hari ada sekitar 200 jenazah yang dikremasi di tempat itu yang datang dari seluruh India. Setiap jenazah membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk habis terbakar secara sempurna. Seorang petugas pembakaran itu bercerita pada saya bahwa semua prosesi pembakaran ini berlangsung 24 jam non stop setiap harinya. Mereka meyakini ada karma bagi mereka yang dibakar maupun untuk mereka yang berkerja membantu prosesi pembakaran.

Sampan merapat di tepian Sungai Gangga
Sampan merapat di tepian Sungai Gangga
Ada baiknya jika kita berkunjung ke Manikarnika Ghat ini kita tidak mengambil gambar. Saat saya datang berkunjung, ada seorang penduduk lokal yang mengambil gambar. Namun petugas pembakaran menyarankan saya untuk tidak ikut mengambil gambar. Selain dianggap tidak menghormati orang yang meninggal, bisa jadi keluarga yang meninggal akan tersinggung jika kita seenaknya mengambil gambar sembarangan tanpa izin.

Membakar jenazah di tepian Sungai Gangga
Membakar jenazah di tepian Sungai Gangga
Manikarnika Ghat terdiri dari tiga bagian. Paling bawah berada di pinggir sungai Gangga. Agak ke atas ada sebuah tempat yang lebih tinggi namun tetap tanpa atap. Dan yang paling tinggi berada dalam sebuah bangunan dan terlindung atap. Ketiga tempat ini menunjukkan kasta dan kedudukan orang yang meninggal tersebut. Di sekitar tempat pembakaran itu bertumpuk-tumpuk tinggi kayu yang dijadikan media pembakaran jenazah. Biasanya ada seorang petugas dengan membawa timbangan yang akan menimbang kayu tiap kali ada jenazah yang akan dibakar. Harganya tentu saja tidak murah.

Sampan merapat di tepian Sungai Gangga
Meminta sedekah di Tepian sungai Gangga
Meminta sedekah di Tepian sungai Gangga
Ya, itulah Manikarnika Ghat, sebuah tempat yang kental dengan aroma kematian. Setiap harinya orang-orang mati didatangkan ke tempat itu untuk dibakar menjadi abu kemudian dibuang ke sungai Gangga. Sebuah pembelajaran dan perenungan tentang kehidupan, dari abu kemudian kembali ke abu. Itulah hakikat manusia. Bahwa pada saatnya setiap jiwa akan tiba masanya untuk bertemu dengan kematian.
Sudah siapkah kita?
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.