Hari ini pukul 2 siang saya sudah ada di lobi hotel menunggu Paul Victor menjemput. Ia berjanji akan mengajak ke sebuah kampung bernama Pintasan Tiris Bekenu untuk ikut makan tahun serta ikut menari dan melihat tradisi gendang sarawak yang langka
Hari ini pukul 2 siang saya sudah ada di lobi hotel menunggu Paul Victor menjemput. Ia berjanji akan mengajak ke sebuah kampung bernama Pintasan Tiris Bekenu untuk ikut makan tahun. Sekampung hanya ada sekitar 600 orang saja. Jaraknya sekitar 1 jam perjalanan menggunakan mobil. Cukup jauh dari pusat kota namun ini adalah satu-satunya kampung yang melaksanakan acara Makan Tahun. Acara ini dirayakan oleh suku Kedayan di Sarawak Utara yang merupakan suku ke 26 di Miri yang jumlahnya hanya 37.000 orang di Malaysia. Makan Tahun merupakan acara unik dan langka yang dilakukan sebelum menyambut bulan ramadhan sekaligus bentuk syukur atas hasil panen dan berkah yang di terima. Hanya beberapa kampung suku Kedayan saja yang melaksanakannya. Sungguh menarik untuk mengetahuinya.
 |
Pak Jalil sang kepala kampung Pintasan Tiris Bekenu |
Makan Tahun Sebuah Tradisi
Memang mirip dengan acara Gawai bagi suku dayak karena Kedayan merupakan bagian dari suku dayak namun hampir 100% sudah memeluk Islam sehingga acaranya dikaitkan dengan acara makan besar menyambut puasa sekaligus melakukan tahlilan. Acara ini juga punya tujuan untuk mengakrabkan seluruh anggota masyarakat di kampung ini. Sesampainya di lokasi, saya sempat berbincang sejenak dengan kepala kampung, Pak Jalil yang berbicara banyak hal tentang acara ini. Banyak sekali hal menarik yang saya dapatkan. Ternyata acara ini merupakan acara yang disiapkan sepanjang tahun, dimana setiap keluarga sudah melakukan iuran dana setiap bulan untuk acara ini, penduduk kampung akan turun seluruhnya dan ikut membuat semua hidangan tidak perduli laki-laki maupun perempuan.
 |
Jembatan Kampung Pintasan Tiris Bekenu |
 |
Kampung Pintasan Tiris Bekenu |
Saat saya datang ibu-ibu sedang memasukkan ketan ke dalam bungkusan daun. Ada 3 jenis daun yang mereka gunakan, Palas, Pandan dan Nyirik. Namun dengan daun Nyiriklahyang paling sedap dan membuat kelupis lebih tahan lama. Cara membuatnya, ketan yang sudah di aron dengan santan setengah matang setelah itu akan diikat dengan tali yang terbuat dari pakis sebanyak 6 buah berjajar seperti rel kereta api oleh bapak-bapak di sebuah meja panjang. Nama makanan ini kelupis dan merupakan makanan wajib saat makan tahun. Setelah di ikat dengan kuat kemudian akan dimasukan kedalam drum raksasa selama kurang lebih 2 jam dan akan dikukus hingga matang. Satu drum mampu memuat hingga 400 ikat kelupis. Memasak kelupis dilakukan seharian karena total yang di buat bisa mencapai 10.000an bungkus. Setelah matang akan di simpan dalam lumbung makanan.
 |
Laki laki juga mempersiapkan acara makan tahun |
 |
ibu ibu mempersiapkan kelupis untuk acara makan tahun |
Di sudut lain juga terdapat ibu-ibu yang sibuk mengolah bumbu untuk berbagai masakan dan di bagian lain banyak bapak-bapak yang memotong daging dan membersihkan ayam. Ini benar-benar kenduri yang sungguh besar bagi warga kampung ini keesokan harinya. Kalau di lihat, seluruh warga kampung ini sangat kompak dengan menggunakan baju kaos yang seragam. Sungguh akur dan tentram. Sesuai dengan slogan kampung yang tertulis di beberapa papan dan dinding di bangunan kampung, “Bagas Usai Bautah Luih”. Artinya Asal kamu rajin maka akan di perolah keberhasilan. Setelah asik melihat aksi masak dalam kuali raksasa saya di ajak kepala kampung untuk berkeliling beberapa lokasi. Diantaranya jembatan kampung, ruangan temu warga sampai kantor desa serta beberapa pohon tua yang lengkap dengan nama pohon serta kapan pohon ini di tanam.
 |
Kelupis untuk acara makan tahun |
 |
Kelupis yang sudah matang untuk acara makan tahun |
 |
Membungkus kelupis untuk acara makan tahun |
Saya juga sempat di undang untuk melihat pertunjukan permainan gong di sertai dengan tabuhan rebana. Bunyinya berima dengan sungguh riuh. Beberapa kali ibu-ibu ini meminta saya untuk memotret aksi mereka. Penduduk kampung ini suka di ambil gambarnya. Senyumnya lebar dengan wajah bahagia yang sumringah. Selesai mendengarkan permainan musik ini saya di ajak untuk menikmati makan siang dengan sajian ala kampung Pintasan. Seperti yang saya ceritakan siapapun yang datang kekampung ini harus makan. Saya tidak boleh menolaknya.
 |
Kelupis untuk acara makan tahun |
 |
Kelupis untuk acara makan tahun |
Meja makan ini penuh makanan, beberapa penduduk kampung dan pejabat kampung ikut makan bersama saya. Beruntung sekali saya, dianggap orang penting. Menunya beragam, ada kelupis, kari ayam, tumis lemidin (pakis), sayur umbut kelapa sawit, ulam raja (lalapan sayuran), sambal terasi serta ditemani dengan segelas teh hangat. Entah mengapa makanan kampung ini begitu lezat, beberapa kali saya harus menambah kelupis. Sambil bercucuran keringat mult tidak berhenti mengunyah. Bagian penutup masih ada kue cucur. Wajik, panyaram dan kembang goyang sebagai penutup. Kenyang sudah pasti. Setelah berbincang sejenak, Paul mengajak saya untuk pulang sejenak untuk datang kembali pada malam hari untuk melihat acara “Begendang” pukul 9 malam. Sebagai buah tangan saya mendapat 2 renteng kelupis untuk di bawa pulang.
 |
Kelupis dan lauk pauknya siap makan |
 |
Kelupis dan lauk pauknya siap makan |
Budaya Musik Begendang Sarawak
Begendang atau Bemukun biasanya di mulai pukul 9 malam. Saya sudah sampai di kampung ini saat acara akan di mulai. Kursi-kursi plastik dan meja berisi makanansudah tersusun rapi di sekitar pentas kampung yang sudah di hias tadi siang oleh ibu-ibu. Acara ini juga unik dan hanya ada di suku Kedayan Sarawak.
 |
Bapak berpantun dan ibu menjawab sambil begendang |
Pukulan gendang dan rebana bertalu-talu seperti sedang musik kasidah. Ada dua kelompok utama. Pertama para wanita dengan gendang, duduk selonjoran di atas panggung berjejer rapi sedangkan kelompok ke dua adalah pria yang berada di depan panggung menari maju mundur. Kedua kelompok ini saling berbalas pantun cecara bergantian. Masing-masing kelompok biasanya terdiri dari 8-10 orang yang saling melempar pantun dengan nada mengalun yang diiringi bunyi gendang dengan pengeras suara sehingga terdengar di seluruh kampung.
 |
Bapak berpantun dan ibu menjawab sambil begendang |
Karena Pontianak menggunakan bahasa melayu yang sedikit mirip dengan bahasa melayu Malaysia, tidak terlalu sulit untuk mengerti. Pantun lucu dengan rima dan kata kata berkait, mulai dari menggoda, menolak sampai ajakan menikah jadi satu. Tidak jarang menimbulkan gelak tawa yang menonton. Semakin malam maka sekitar panggung akan penuh penonton. Biasanya akan ada pergantian kelompok dalam beberapa waktu. Tua muda semuanya berkumpul menikmati hiburan tradisional langka satu tahun sekali ini. Uniknya lagi remaja kampung ini akan menjemput remaja dari kampung lain sehingga semakin malam semakin ramai.
 |
Anak anak kampung Pintasan Tiris Bekenu |
Perhelatan akbar ini bisa berlanjut hingga azan subuh berkumandang. Sayangnya saya harus kembali pukul 10.30 malam karena masih ada agenda lain. Tapi saya sduah bisa menyaksikan dan melihat bagaimana sebuah tradisi buaya tetap hadir dan diminati tua muda serta tak lekang di makan jaman. Kampung ini mampu menjaga kearifan budaya dan melanjutkan hingga anak cucu.
82 komentar
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry
Kalau di daerah saya mungkin semacam gerebek suro gitu kali ya, tapi udah mulai agak modern, (semacam) sesaji Yang dibagi2 berupa sembako mentah :)
Lupisnya enak kayanyaaaa...
Dodonn jalan2 ama makan2 mulu dah XD
Makan besar ini namanya, enyak enyak enyak
Kalau di jawa, budaya makan besar seperti ini biasanya diadakan pas jelang lebarang atau menyambut hari puasa, atau pas acara jelang masa tanam dan ungkapan rasa syukur pas masa panen
Saya penasaran dengan rasa kelupisnya. Apakah mirip dengan ketupat?
Aihhh, penasaran. Pengen jalan-jalan kesitu pas momen ini. Seru pasti ya, pemandangan dapet, budaya juga dapet.
Mgkn kaya acara sedekah bumi di kampungku. tp para lelaki gak ikut masak. Kpn bs ngikutin acara kaya di Miri itu
Nampaknya tradisinya masih dijaga sekali.
Nengok kelupisnya saya teringat ketupat ya.
Enak sekali itu dimakan campur kari, sampe berair lidah ini nengoknya :D
Semoga akan terus dilestarikan ya.
Seluruh warga berkumpul bersama.
Semoga budaya silaturrahim nya tetap terjaga karena Indonesia adalah negara gemah - ripah - loh jinawi.
Terima kasih sudah berbagi Mas. Semoga kelak bisa ke sana. Aamiin
Berbalas pantun itu pasti sangat elok untuk disaksikan ya.
Semua orang pada bantu2. Tak terkecuali orang laki-lakinya ya.
Eh itu lalapam apa bahasa sananya? Alam raja?unik😂😂
Btw, kelupisnya menggodaaaahhhh. 😂