Menembus Brunai Darusalam Lewat Darat

www,tukangjalanjajan.com .Menembus Brunai Darusalam Lewat Darat .Sepanjang jalan juga banyak sekali papan penanda jalan yang isinya dzikir. Iya! Seluruh pengguna jalan di ajak selalu berdzikir selama berkendara. Hingga kurang lebih 2 jam lamanya kami sampai di Bandar Seri Begawan. Negara dengan ibu kota yang bersih dan rapi. Yang pertama kami lakukan adalah mencari tempat parkir dan segera eksplor kota ini. Entah kenapa hujan pun langsung turun dengan deras sehingga memaksa untuk berteduh. Ada stadiun sepak bola yang terdapat gerbang terbuka. Kebetulan banyak toko dan kedai yang tutup saat datang di sini dikarenakan bertepatan dengan sholat dzuhur. Pada saat panggilan sholat seperti ini memang kebanyakan toko dan kedai memilih tutup sejenak sebelum kembali melanjutkan aktifitas. Saya tidak punya waktu banyak untuk mengekplorasi karena sore hari sudah harus kembali.
Melanjutkan perjalanan setelah terhenti kurang lebih 1 jam membuat saya terlanjur kesal dan lelah. Bete bercampur sebel. Baper!

Kubah Emas Brunai Darusalam
Kubah Emas
Mood saya yang terombang ambing. Tubuh dan pikiran saya lelah. Ternyata untuk lewat pos polisi tadi menguras semua nya, fisik iya, pikiran iya. Satu hal yang perlu diingat, Memohon dan merendahkan diri bisa melancarkan niat. Jangan pernah menentang petugas imigrasi dan kepolisian suatu negara kalau tidak mau dipersulit. Itulah pelajaran dan hikmah buat saya.

Jalan menuju Bandar Seri Begawan
Jalan menuju Bandar Seri Begawan
Kami berdua mulai melanjutkan perjalanan. Teman saya baru belajar menyetir membuat beberapa kali jantung saya mau copot. Trauma kecelakaan beberapa waktu lalu yang mengakibatkan pelipis saya pecah masih membayang. Jujur kaki saya kaku, duduk saya tegang, beberapa kali saya mengingatkan untuk berhati hati. Yang paling penting adalah mengajak terus teman saya berbincang supaya tidak ketiduran. Keluhan mengenai kantuk yang tiba-tiba menyerangnya membuat saya deg-degan. Beberapa kali saya harus mengajak bercanda agar bisa tertawa dan megurangi kantuk. Jalan yang bergelombang juga membuat perut saya teraduk merata dengan kecepatan 100-120km/jam
Batas negara Brunai dan Malaysia
Batas negara Brunai dan Malaysia
Beberapa kali meminum kopi juga harus saya lakukan, jika memang bisa rasanya ingin menumpahkan kopi hitan ke mata agar tetap terjaga. Jalanan ini terlihat rata dan rapi jali sampai kami melewati sebuah jembatan bernama ASEAN yang menghubungkan Kuala Belait dan jalan menuju ke Bandar Seri Begawan setelah melewati semua terasa lengang, hanya jalanan super lebar dan mulus namun bergelombang dengan pepohonon dan rumput di pinggir jalan. Beberapa kampung juga saya lewati. Terlihat sepi tanpa terlalu banyak aktifitas. Jalanan lebar ini juga seperti arena balapan. Kosong melompong.

Pagar istana kesultanan Brunai Darusalam
Pagar istana kesultanan Brunai Darusalam
Sepanjang jalan juga banyak sekali papan penanda jalan yang isinya dzikir. Iya! Seluruh pengguna jalan di ajak selalu berdzikir selama berkendara. Hingga kurang lebih 2 jam lamanya kami sampai di Bandar Seri Begawan. Negara dengan ibu kota yang bersih dan rapi. Yang pertama kami lakukan adalah mencari tempat parkir dan segera eksplor kota ini. Entah kenapa hujan pun langsung turun dengan deras sehingga memaksa untuk berteduh. Ada stadiun sepak bola yang terdapat gerbang terbuka. Kebetulan banyak toko dan kedai yang tutup saat datang di sini dikarenakan bertepatan dengan sholat dzuhur. Pada saat panggilan sholat seperti ini memang kebanyakan toko dan kedai memilih tutup sejenak sebelum kembali melanjutkan aktifitas. Saya tidak punya waktu banyak untuk mengekplorasi karena sore hari sudah harus kembali.

Salah satu sudut kota Bandar Seri Begawan
Salah satu sudut kota Bandar Seri Begawan
Kota di Brunai Darusalam ini hanya memiliki pasar-pasar yang digabungkan dalam satu bangunan. Entah apakah saya boleh menyebutkannya sebagai mall. Beberapa bangunan peninggalan inggris juga berdiri megah di sini dan dipakai sebagai gedung pemerntah. Saya juga sempat melihat pasar tradisionalnya yang “nyempil” diantara tingginya bangunan pasar termasuk toko-toko kelontong yang berderet rapi. Saluran dan tutup lubang airnya juga terlihat seperti di Eropa sana. Kota ini juga mempunyai Sungai yang membelah kota, Namanya Sungai Brunei.

Salah satu sudut kota Bandar Seri Begawan
Jalan menuju Bandar Seri Begawan
Di pinggiran sungai Brunei ini terdapat Istana Nurul Iman di bagian seberangnya terdapat Kampung Ayer yang merupakan kampung wisata yang di bangun oleh Sultan Brunei, bagi beberapa wisatawan mungkin menarik tapi bagi saya yang berasal dari Pontianak, ini bukanlah hal yang baru. Jika kita berdiri di taman pinggir sungai yang juga dijadikan dermaga penyeberangan bagi penduduk lokal maka akan terlihat kampung Ayer dari seberang kota.

Masjid Kubah Emas Bandar Seri Begawan
Masjid Kubah Emas Bandar Seri Begawan
Disini akan banyak sekali calo speed boat atau perahu bermesin yang menawarkan jasa untuk berkeliling sungai ini melihat beberapa objek wisata di tepi sungai. Mereka akan sangat ramah dengan turis dan menawarkan banyak sekali keindahan. Seperti yang saya tulis karena saya dari Pontianak tentu ini bukan hal baru bagi saya. Jika berminat harus menawar. Terkadang harganya tidak masuk akal tawar saja 25 Dolar Brunei karena akhirnya kita tidak akan berangkat sendirian karena akan bersama dengan penumpang yang lain.

Tulisan berikutnya saya akan menceritakan perjalanan saya di kampung Ayer.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.