Berburu Mie Ayam Sampai Pinggiran Kota


Mie ayam boleh dibilang makanan sederhana yang gampang ditemukan dan berbagai tempat. Entah itu dijual dalam gerobak atau bahkan memang dijual di rumah makan besar. Jenisnya juga macam-macam. Mulai dari gaya jawa dengan kuah kental semur dan ditambahkan bakso atau versi yam yang terlihat kering dan tetap dengan taburan ayam tapi ada juga yang fusion dimana dengan perkembangan kuliner semisal menggunakan bumbu rica-rica, rending atau sambal. Penggunaan ayam tetap dipertahankan namun gaya memasaknya yang berbeda.



Hari ini saya mendapat ajakan makan dari Owner Pondok Balado berburu mie ayam yang lumayan jauh. Menuju pinggiran Pontianak menuju Jalan Tabrani Ahmad dan bersebelahan dengan Gg Gunung Rinjani 2. Mie Ayam Surabaya. Pemilik mendeklarasikan bahwa ia telah belasan tahun berjualan mie di Surabaya dan kemudian memutuskan kembali ke Pontianak untuk memulai berjualan disini. Ruko yang disewa berjejer dan sangat kecil. Hanya ada 4 meja dengan masing-masing muat 2 kursi. Dibagian depan ada etalase sekaligus tempat untuk memasak mie.


Saat tukangjalanjajan datang, waktu menunjukkan pukul 5.30 sore tempat ini sepi dan boleh dibilang, kami termasuk pembeli yang beruntung karena ternyata tersedia hanya 3 porsi saja. Penjualnya, sepasang suami istri yang kompak juga ramah dan selalu bersedia diajak ngobrol. Sembari terus bekerja, 2 mangkuk mie ayam kering bertabur ayam semur yang dimasak hingga kering ditambah semangkuk sup pangsit dan semangkuk acar timun beserta pangsit goreng disajikan didepan mata. Sungguh menggoda selera.


Dibagian bawah ada sawi keriting yang dijadikan alas, segar dan mengundang selera. Mienya kecil-kecil adaptasi dari mie bergaya Hokkian, dengan tingkat kematangan yang pas, masih terasa kenyal atau bahasa kerennya aldente. Mie disajikan bergaya yam dengan menggunakan minyak berbumbu, gurih dan menggunakan sedikit asam dari cuka. Perpaduan Sempurna dengan taburan cincangan ayam yang halus dengan bumbu semur kecap yang cenderung manis gurih namun kering. Saat dikunyah, serat ayam masih terasa tapi tetap lembut. Saya menebak ada tambahan lain yang memperkaya rasa, ada tambahan lobak yang sangat membantu tekstur mie ayam. Semoga saya tidak salah.


Sebenarnya tanpa tambahan kuah kaldu dan pangsit isi, mie ini sudah enak. Tukangjalanjajan sendiri tidak suka mencampurkan kuah kedalam mangkuk utama. Menikmatinya terpisah jauh lebih enak, menyeruput kaldunya yang tipis dengan pangsit yang diisi cacahan daging ayam tanpa tepung. Apalagi dengan taburan daun bawang. Membuatnya rasa dan aroma semakin kaya. Ada lagi pangsit kering yang lebar dan dijadikan pengganti kerupuk membuat sensasi kriuk dalam setiap kunyahan dan untuk membersihkan lemak yang menempel di langit mulut, silakan mengunyah acar timun tanpa kulit dan biji dengan rasa manis, asin dan asam.


Walaupun tempatnya kecil dan jauh, mie ayam ini punya citarasa yang patut dibanggakan. Asal mampu mejaga rasa dan pelayanan serta kebersihan. Mie Ayam Surabaya ini patut jadi tempat kunjungan kuliner enak! Saya merekomendasikannya untuk anda dengan nilai 8 dari 10. Memang susah untuk memarkir kendaraan dan tempatnya sangat mepet dipinggir jalan, tapi semuanya akan terbayarkan. Salam yumcez!



Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.