Mencari Happy di Pasar Pagi Gg Bangau

Pasar Pagi Gang Bangau atau biasa juga disebut Gang Bunga. Ada Kicang, ada luok pan ada soto ayam dan bubur ayam. Pasar pagi tak hanya tempat bertemu penjual dan pembeli namun ada interaksi manusia sebagai makhluk sosial yang saling menghormati. Pasar potret wajah bangsa Indonesia yang beragam namun satu kehangatan.

Pasar Pagi adalah favorit sepanjang waktu. Banyak Jajanan enak berseliweran dan minta di beli. Lapar mata jadi budaya karena tangan penuh dengan jajanan klasik yang mengusik untuk ditelisik. Ada rasa kangen saat menginjakkan kaki ke pasar.Ada sejuta hangat dan senyuman orang yang tidak dikenal. Minimal, senyuman dari yang punya dagangan. Mereka setia menawarkan apa yang tersaji diatas meja. 
 
Mencari Happy di Pasar Pagi Gg Bangau
Mencari Happy di Pasar Pagi Gg Bangau
Aneka daging, sayur mayur, bumbu, penganan, makanan siap santap sampai warung kopi ada di pasar pagi. Tua muda hilir mudik mencari apa yang diingini, semua ada disini. Interaksi terasa lebih manusiawi dalam pasar pagi. Wajar kalau saya mencari happy di Pasar Pagi Gg Bangau.

Kenangan Kecil Kembali Lagi

Dulu nenek selalu rajin membawa saya ke pasar. Beliau memiliki warung nasi yang beroperasi hampir setiap hari. Jika sudah akhir minggu atau hari libur saya berusaha bangun subuh supaya tidak ditinggal berbelanja ke pasar. Ada banyak ilmu yang saya dapat dari ikut ritual pagi ini. Mulai dari cara memilih ikan dan daging segar, mengenal aneka bumbu dan rempah, mengenal aneka sayur sampai berkenalan dengan para penjual di pasar.

Kenangan pasar pagi gang Bangau Gang Bunga
Kenangan pasar pagi gang Bangau Gang Bunga
Keramahan pagi memang terasa berbeda saat sudah jadi pelanggan sejak lama. Tidak datang sehari saja sudah ditanya. Berbagai gossip hangat mluncur diantara tawar menawar. Tidak hanya itu aneka pertukaran informasi terjadi. Mulai dari aneka resep masakan, tips kesehatan, olahan jamu sampai aneka tumbuhan berkhasiat pun ikut diperbincangkan. Entah mengapa, ada banyak hal berbeda dengan pasar modern masa kini, tak ada tawar menawar, tak ada senyuman manis, dapaan dan candaan. Ambil barangmu, bawa sendiri lalu bayar di kasir.

Pasar Pagi Gang Bangau (Gang Bunga)

Pasar pagi Gang Bangau atau juga ada yang menyebutnya Pasar pagi Gang Bunga selalu ramai dipagi hari terutama saat akhir pekan. Banyak yang pergi berbelanja karena tempat ini menjual berbagai kebutuhan sehari hari seperti sayur mayur dan juga daging. Aneka bumbu dapur dan seafood juga ada disini. 
 
Tengkuyung atau siput nenek atau kul nenek di pasar pagi gang bangau gang bunga
Tengkuyung atau siput nenek atau kul nenek di pasar pagi gang bangau/gang bunga
Saya menemukan tengkuyung/siput nenek sampai ketam yang diasinkan. Semuanya dijual diatas lapak lapak seperti meja. Adapula yang dihamparkan di jalan. Saya sendiri tidak tahu seperti apa jalan ini ketika lengang. Apakah bersih atau dipenuhi tumpukan lapak pedagang.
 
penjual gorengan pasar pagi gang bunga
penjual gorengan pasar pagi gang bunga
Pasar pagi Gang Bunga bisa dibilang pasar dadakan karena bukan pasar resmi yang dibuat Pemerintah, namun barang yang dijual disini lengkap. Selain jalan-jalan menikmati kuliner, wisata budaya dan lingkungan setempat, saya dan teman menikmati belanja di pasar tradisionil, merasakan betapa kaum perempuan (rata-rata pedagang di pasar tradisionil adalah kaum perempuan) bergelut dalam usahanya, untuk meningkatkan taraf hidup keluarga. Saya sendiri tertarik dengan hunting kuliner ala pasar yang beragam. Saya sengaja datang jam 7 pagi untuk sekedar tahu apa yang terjadi disini. eksplorasi jajanan pasar dari yang ringan sampai yang berat.

Menemukan Kuliner Tradisional

Memang pasar ini terbuka untuk siapa saja, artinya penjual bebas darimana saja begitu pula pembeli. Tak ada batasan. Namun diini saya menemukan beberapa penjual dari etnis Tionghoa yang menjual kuliner spesifik seperti Ki Cang, Lok Kue, Bakmie, Bakso Ikan dan aneka bahan pangan hasil fermentasi khas Tionghoa. Bahkan saya menemukan warung kopi dipelataran rumah jadul yang berjualan bubur ayam dan soto klasik yang membuat saya singgah dan menikmati sarapan disana.
  • Ki Cang
Makanan yang biasanya hanya ada pada perayaan Ng Ngiat Ciat (bahasa Hakka/Khek Bangka artinya Hari Raya Bulan ke-5 ) dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek oleh orang Tionghoa Bangka. Dalam bahasa Mandarin dikenal dengan Duan Wu Jie, sedangkan dalam dialek Hokkian Peh Cun  (Pa Chuan) yang berarti mendayung perahu. Dalam perayaan Ng Ngiat Ciat, terdapat tradisi membuat kue Nyuk Cung- (Ba Cang - Hokkian;  Zong Zi -).  Nyuk Cung secara harafiah berarti isi daging.jadi tidak sepanjang waktu ada, namun di pasar pagi gang Bunga ini ada dijual dengan harga 25K untuk 10 pieces nya. Saya tidak akan membahas tentang Bak Cang yang sudah sering ditulis tapi tentang Ki Cang, kudapan yang sama sama enak dan punya ciri khas tersendiri. 
 
penjual Ki Cang pasar pagi gang bunga
penjual Ki Cang pasar pagi gang bunga
Ki Cang terbuat dari beras ketan tanpa isian, dilengkapi dengan cocolan manis dari campuran gula kabung (aren) dengan pati (santan) kelapa, namun yang di jual kali ini hanya dengan kinca saja alias gula merah yang sudah dicairkan. Dibungkus dengan daun bambu, diikat tali puar  dengan hasil-pun berbentuk limas segitiga , kemudian dikukus selama 7 jam. Saya pun tak tahu, kenapa bentuknya seperti piramida. Sui Cung tidak dapat dibungkus dengan daun pandan. Karena bahan beras ketan yang belum matang, Ki Cang ini ukurannya lebih kecil dari Bak Cang. bertekstur kenyal dan memiliki warna kuning mengkilap. 

penjual gorengan pasar pagi gang bunga
penjual gorengan pasar pagi gang bunga
Tekstur kenyal berasal dari penambahan air abu ( air ki atau lye water ). Secara tradisional air abu dihasilkan dari pencampuran air dengan abu hasil pembakaran merang. Air abu bersifat basa dan mengenyalkan tekstur bahan yang mengandung karbohidrat. Secara kimiawi, air abu dikenal dengan potassium karbonat ( K2Co3) namun teman saya bilang ada pula yang menggunakan kapur sirih. Oh ya, saya juga mendapatkan cara baru memakannya, menggunakan gula pasir.
  • Luok Pan
Kue tradisional yang langsung menggoda saya untuk membeli. Kue yang dalam bahasa harfiahnya digoreng diatas namseng dengan minyak sedikit. Terbuat dari tepung ketan yang kenyal untuk menjadi kulit kemudian diberi isi pasta kacang hijau kupas atau unti kelapa gula merah. Diceperkan lalu dikukus dan saat akan dijual baru kemudian dipanaskan diatas teflon yang sudah diberi sedikit minyak. Jadilah kue bertekstur kenyal dengan kulit sedikit garing. Diberi alas daun pisang sehingga menjadi harum. Begitu dikunyah langsung terasa paduan gurih, manis, sedikit asin dan isian yang gurih. Satu tak pernah cukup dan paling sedap dinikmati dengan kopi pahit dipagi hari.
Agar Agar Telur
 
Penjual Luok Pan di Pasar Pagi Gang Bangau Gang Bunga
Penjual Luok Pan di Pasar Pagi Gang Bangau Gang Bunga
terlalu sederhana namun penuh kenangan. Saya selalu senang dibelikan kudapan ini. Entah kenapa, agar agar yang dimasukkan kedalam kulit telur ini rasanya jadi berbeda. Mungkin saja karena sugesti. Namun setelah saya ingat kembali, sebenarnya ada yang lebih asik dari menikmati rasanya yaitu mengupas kulit telur sebelum agar-agarnya dimakan. Rasanya? ya manis..... apalagi yang bisa didapat dari rasa agar agar.
  • Soto Ayam dan Bubur Ayam
Sarapan pagi ini ada di warung kopi tak bernama. Hanya ada selembar spanduk bertuliskan “menyediakan bubur ayam dan soto ayam”. Tempatnya gampang ditemui karena sudah agak keluar pasar. Buburnya terlihat “hancur” namun masih berbentuk bulir nasi, teksturnya lembut dengan aroma gurih, saat dicicipi, bubur putih ini sudah tak perlu ditamhkan apa apa lagi karena sudah berasa. 
 
Bubur Ayam dan Soto Pasar Pagi Gang Bunga Gang Bangau
Bubur Ayam dan Soto Pasar Pagi Gang Bunga Gang Bangau
Toppingnya beraneka ragam, chakwe goreng yang dipotong kecil kecil, potongan ayam kecap dan potongan telur dadar. diatasnya sudah ada potongan daun bawang berwarna hijau terang yang membuat tampilannya ciamik. Terserah, kamu mau tim diaduk atau tim makan dipisah. Yang jelas menikmati bubur sambil melihat hiruk pikuk pasar sungguh menyenangkan.
 
Bubur Ayam dan Soto Pasar Pagi Gang Bunga Gang Bangau
Bubur Ayam dan Soto Pasar Pagi Gang Bunga Gang Bangau
Soto ayam dengan kuah kaldu kuning ini juga menggoda. Dibalik “bersih” nya kuah menyimpan rasa kaldu, rempah dan kunyit yang menggoda syaraf di lidah. Ada karbu berupa so’un dan potongan kentang rebus lalu diberi topping suwiran ayam, cacahan kol dan tauge mentah, ada potongan tomat segar dan taburan bawang goreng serta seledri yang menambah nikmat rasa. Tapi ada yang mencolok perhatian saya, sebuti telur pindang berwarna coklat tua, begitu kontras memberi warna, begitu dicicipi, terasa aroma dedaunan serta bumbu khas yang tajam namun mendukung citarasa soto ayam klasik ini. Tekstur saat dikunyah juga berbeda, antara semua bahan dan topping serta emping melinjo membuat soto ini semakin kaya dan bercita rasa. Saya menyelesaikan semuanya hingga sendokan terakhir.

Pasar Pagi selalu Bikin Happy

Kenapa Happy? Kehangatan yang tercipta dari sapaan lisan maupun gesture terasa memanusiakan semua menjadi setara. Melihat orang lalu lalang, melihat dagangan dan menawar menjadi objek foto menyenangkan. Wisata di pagi hari seperti ini sudah jarang dilakukan karena kesibukan sehingga menjadi berharga saat dijalankan. 
petai di pasar pagi Gang bunga Gang  Bangau

Pisang di pasar pagi Gang bunga Gang  Bangau
Pasar pagi tak hanya tempat bertemu penjual dan pembeli namun ada interaksi manusia sebagai makhluk sosial yang saling menghormati. Pasar potret wajah bangsa Indonesia yang beragam namun satu kehangatan.
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.