Perjalanan Darat Dari Poipet Ke Siam Reap
Total perjalanan saya dari Vientiane melewati Phak Se dan Poipet hingga Siam Reap hampir 28 jam. tapi saya senang akhirnya berhasil menembus Laos menuju Kamboja
Dengan muka penuh lemak dan minyak saya duduk tak dapat bergerak. Perjalanan dari perbatasan menuju poipet ini benar-benar membuat saya merasa di kampung sendiri. Tak terasa sudah tiga minggu akrab dengan bus dan van. Saya sudah terbiasa berhimpit-himpitan dengan wajah yang datar dan bahasa yan tak dimengerti. Ini sudah menjadi pemakluman dan kewajaran. Aroma campur aduk, mulai dari bau badan, bau kaki dan bau lainnya jadi sahabat akrab. Mungkin disini saya terbiasa memedakan aroma dari berbagai negara. Perjalanan Darat dari Poipet ke Siam Reap ini saya lewati dengan sukacita karena sudah tak sabar melihat candi bersejarah peninggalan kerajaan Khmer.
Bagi traveler yang melakukan perjalanan over land, pekerjaan terberat adalah mencari gate keberangkatan bus dan tujuan keberangkatan. Beberapa negara Asia berhuruf paku jarang menyediakan tulisan dalam huruf latin, kalaupun ada hanya di halte bus kota besar yang sering dikunjungi turis, bagi backpacker miskin seperti saya yang melewati terminal satu dengan lainnya pastilah menjadi pekerjaan berat. Memasang wajah tersenyum memelas dan bertanya dengan orang lewat jadi cara ampuh meminta tolong, kembali lagi keterbatasan bahasa membuat saya harus menyiapkan bahasa tarzan. Menulis dengan huruf latin? sudah pasti tidak bisa terbaca. Disinilah sabar diuji, kemampuan bertahan dipertaruhkan. Tapi percayalah ini adalah seninya menjadi backpacker. Sambil menulis ini saya masih terbayang-bayang border Laos dan Kamboja
Perjalanan saya menuju Siem Reap memakan waktu 8 Jam, van yang digunakan beristirahat sebentar disebuah tempat seperti rumah yang menyediakan makanan dan minuman serta toilet untuk beristirahat. Seperti rumah singgah sebelum kami diantar menuju terminal. perjalanan menggunakan bus kembali membuat saya harus duduk manis hingga sampai ditujuan. Perjalanan ini memakan waktu kurang lebih 8 jam lagi. Saya sempat beristirahat, makan burger, buang air besar, cuci muka dan menambah daya smartphone. Lega! Saya pun mengucapkan Hai Poipet!
Perjalanan menuju Siam Reap ini lebih lega. Kaki saya yang tidak panjang namun penuh lemak akhirnya bisa nyaman. walaupun tidak lurus sempurna paling tidak saya bisa sedikit meregakan punggung dan pinggang. Tas saya pun bisa disimpan di bawah kursi, rasanya kepala sudah berat dan ingin tidur nyenyak. Begitu mata saya mulai terpejam, alunan musik pop berbahasa Kamboja langsung diperdengarkan sekencang mungkin oleh audio bus. Duh gusti! entah apa pula bahasanya, nadanya pun percampuran antara pop dan dangdut.
Sudahlah, saya pasrah dengan keadaan. Bus ini melaju di jalanan berkelak kelok melewati lereng gunung yang menempel dengan jurang. Perjalanannya bikin jantung berdegup kencang. Saya berdoa supaya supir tetap fokus dijalan raya. Saya tidak sempat mau mengambil foto tapi ditengah perjalan bus berhenti di padang ilalang dan sopir berteriak ke penumpang dengan bahasa Khmer!. Beberapa penduduk lokal turun dan beberapa lagi bengong karena tidak paham. Lalu kami tersdar bahwa ini waktunya untuk buang air kecil karena dari bus terlihat pria berbaris rapi dan diam sesaat. Yup! mereka sedang kencing bareng!
Mobil berjalan kembali melewati jalan berkelak kelok, entah kenapa saya tidak mual sama sekali. Lebih banyak takut dan waspada. Mungkin di sini ada kelok 100 tapi di Indonesia ada kelok 9 yang juga outstanding. Sampai akhirnya bus ini menyudahi perjalanan berkelok kelok saat mulai masuk kedalam perkampungan yang mirip di Indonesia. Penumpangnya juga kurang lebih sama seperti di Indonesia, wajahnya mirip dengan beberapa suku di Indonesia. Perilaku supir busnya juga sama. memasukkan penumpang hingga berjejal dan memasang bangku plastik tambahan dibagian tengah bus. Beberapa bule terdengar memberikan protes karena terlalu penuh dan sempit. Keterbatasan bahasa membuat supir cuek bebek dengan complain penumpang bule. Fiuh!
Sesampainya di terminal bus Siam Reap, saya langsung dikerubuti supir tuk tuk yang berebut untuk mengantar penumpang. Saya mengecek terlebih dahulu jalur perjalanan dari terminal menuju hostel yang sudah saya booking online terlebih dahulu, ternyata tidak terlalu jauh hanya 8 kilometer saja. $5 USD yang diminta oleh supir tuk tuk, saya pun mencari traveler lain untuk sharing cost. Saya berkenalan dengan Thomas, asal Perancis yang juga ingin mengeksplorasi Angkor Wat. Jadilah kami berbagi namun hostel yang berbeda. Selama perjalanan kami juga merencanakan untuk berbagi biaya menyewa tuk tuk untuk bersama-sama ke Angkor Wat. Hal menyenangkan lain saat berpetualang sendiri adalah menemukan teman baru yang senasib sepenanggungan. Total perjalanan saya dari Vientiane hingga Siam Reap hampir 28 jam.
13 komentar
Silakan berkomentar dengan bijak. Setelah anda mampir dan berkomentar, saya akan berkunjung balik. Jangan meninggalkan link hidup ya :)
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : eko.dony.prayudi@gmail.com
+Telp/WA : 0819 - 3210 - 9497
+IG/Twitter : @dodon_jerry
Btw, kok gak ada fotonya bang dodon sama teman barunya?? Padahal pengen liat bulenya cakep atau enggak, hehe
Pasti ada di postingan selanjutnya ya? Hehhe, kutunggu yaaa
Kalo kencing bareng kayak nya emang dah jadi kebiasaan se Asia Tenggara ya, soal nya di indonesia pun, kalo bepergian pake kendaraan umum jarak menengah-jauh pun sering ada pipis berbaris... hohoho
Bagian menemukan teman baru yang senasib sepenanggungan ini yang paling saya suka bang. :D
tp kok itu berdebu banget
apa musim panas ?
luar biasa perjalanannya ya
tp pengalamannya luar biasa juga
semoga tidak kapok ya
Ntar takutnya pulang2 pada gatel2 kena kuman...#loh fokus ke pipis sih?!
Namanya bus pasti cari lebih..makanya suka maksa nambahin kursi..., Dimana2 sama ..naluri rakus.
Asyik ya backpakeran di tempat-tempat asing seperti itu. Meski panas, sumpek, keringetan, pipis bareng, tapi akhirnya bisa menghibur pembaca. Hahaha.
Ampun deh ngebayangin perilaku sopir dan penumpang lokalnya, trus wisatawan asing hanya bisa bengong-bengong plus dicuekin. Hahaha.. makasih sharing ceritanya, Bang :D