Wara Wiri Menikmati Miri di Sarawak

Hari ini saya kembali melakukan perjalanan ke Miri. Bandar ke dua terbesar di Sarawak setelah Kuching. Tujuan saya ingin menyaksikan festival Jazz terbesar di tanah Borneo, Borneo Jazz Festival sekaligus mencoba menyusuri Miri dan mencari tahu sebuah kebiasaan langka yang sudah tidak dilakukan ditempat lain untuk menyambut bulan puasa. Teman guide saya, Paul Victor yang merencanakan ini semua termasuk ajakannya untuk mencoba ke kampung Bakelalan, sebuah kampung dayak di dataran tinggi tanah Kalimantan.

Pulau Kalimantan sedang di dera cuaca yang lumayan ekstrim. Hujan lokal disertai angin kencang mendera beberapa daerah. Hari ini saya kembali melakukan perjalanan ke Miri. Bandar ke dua terbesar di Sarawak setelah Kuching. Tujuan saya ingin menyaksikan festival Jazz terbesar di tanah Borneo, Borneo Jazz Festival sekaligus mencoba menyusuri Miri dan mencari tahu sebuah kebiasaan langka yang sudah tidak dilakukan ditempat lain untuk menyambut bulan puasa. Teman guide saya, Paul Victor yang merencanakan ini semua termasuk ajakannya untuk mencoba ke kampung Bakelalan, sebuah kampung dayak di dataran tinggi tanah Kalimantan. Tulisan ini akan saya bagi dalam beberapa part. Selamat menikmati

Pemandangan dari atas Canada Hill, Miri, Sarawak
Pemandangan dari atas Canada Hill, Miri, Sarawak
Perjalanan di Mulai
Hampir 3 jam saya menunggu di bandara. Pesawat saya harus menunggu cuaca di badar udara Kuching membaik, karena saya harus transit di sana sebelum menjejakkan kaki ke bandar udara Miri. Pengunguman dari pengeras suara mengatakan pesawat tidak bisa berangkat karena menunggu cuaca lebih baik. Sampai akhirnya penumpang dipersilakan untuk masuk kedalam pesawat. Jantung saya agak berdegup kencang saat pesawat mulai lepas landas. Gerimis masih menerpa. Beberapa kali terasa turbulensi cukup kencang membuat badan saya bergoncang hebat. 30 menit yang menegangkan menggunakan pesawat boing hingga akhirnya mendarat dengan selamat.

Melihat Miri dari Atas Canada Hill, Sarawak
Melihat Miri dari Atas Canada Hill, Sarawak
Perjalanan berikutnya pukul 8 malam dari Kuching menuju Miri. Suasana masih sedikit mendung dan beberapa kali kilatan petir di angkasa terlihat jelas dari jendela kaca bandara. Saya menggunakan pesawat berbaling-baling untuk menuju Miri. Saat panggilan boarding bergema, kaki bergegas masuk ke pesawat, agak berdegup namun semangat untuk berpetualang mengalahkan segalanya. Selama di pesawat saya mencoba untuk menenangkan diri, beberapa kilatan petir terlihat di jendela pesawat namun tidak saya rasakan turbulensi hingga pesawat mendarat.

Miri Malam hari
Miri Malam hari
Pukul 09.45 malam saya mendarat selamat di bandara Miri. Ini adalah penerbangan terakhir,bandara sudah sepi, saya melewati lorong bandara. Pesawat sepertinya langsung masuk ke Apron untuk persiapan penerbangan esok hari. Saya bergegas menuju pool taksi dan membeli voucher untuk menuju hotel yang sudah saya pesan. Taksi di Miri boleh dikatakan paling mahal di dataran Malaysia apalagi pada saat malam hari. 60 ringgit untuk menuju kota. Kota ini sudah mati dibeberapa titik hanya tinggal beberapa jalan yang sederetnya dipenuhi pub dan cafe. Tidak banyak lokasi seperti ini di Miri

Melihat Miri dari Atas Canada Hill, Sarawak
Melihat Miri dari Atas Canada Hill, Sarawak
Dunia Malam
Kawasan North Yu Seng merupakan salah satu titik keramaian, sepanjang jalan ini banyak deretan Pub dan Restoran. Dentuman musik masih terdengar kencang, kawasan ini masih ramai walaupun sudah pukul 10 malam. Saya meminta supir taksi berhenti sejenak. Saya mau melihat daerah ini. Hanya ada beberapa kedai makan yang ramai dipadati tidak jauh dari deretan kedai terlihat lampu kerlap-kerlip dari panti pijat dilantai tiga bangunan ruko.
Pengunjung menikmati Miri di Malam Hari
Pengunjung menikmati Miri di Malam Hari
Terasa agak aneh itulah yang ada di benak saya, sederetan pub sang saling berdekatan dan remang-remang. Pintunya terbuka sehingga musik tembus hingga keluar. Ada beberapa meja yang diletakkan diluar dan menggunakan penerangan dari lampu minyak. Beberapa pelayan diluar dan berusaha mengajak tamu yang lewat untuk masuk. Berbeda terbalik dengan di Indonesia yang berada dalam lokasi tertutup dan nyaris tidak ada suara yang dapat keluar.

Grand Old Lady Miri
Grand Old Lady Miri
Kaki terus melangkah karena rasa penasaran, sayup-sayup saya mendengar lagu dangdut yang berkumandang, Lagu ini saya kenal! Keong Racun! Mata saya langsung jelalatan, telinga saya berusaha mencari asal suara. Diantara banyaknya Pub dan Restoran mata saya tertuju pada sebuah Bar Karaoke. Wow! Suara lagunya menembus keluar dan membahana. Padahal saya pikir awalnya ada konser dangdut dilapangan terbuka karena lagunya kencang sekali. Lagu Indonesia terbilang laris di Miri, tak lama lagu Cita citata dan Tegar berlanjut terdengar sambung menyambung. Wajar saja, dari data statistik BPS provinsi Kalimantan Barat, Miri menduduki rangking pertama TKI asal Kalimantan Barat.

Miri di siang hari
Miri di siang hari
Sebenarnya saya masih penasaran. Tapi saya sudah terlalu lelah berjalan Kembali menuju taksi sembari berbincang dengan supir taksi. Saya bertanya mengapa tempat seperti ini bisa ramai. Supir taksi hanya tersenyum sembari menjelaskan bahwa sebenarnya yang paling banyak datang kesana justru warga Brunai dan ekspatriat yang bekerja di perusahaan minyak di beberapa pulau seperti Labuan. Saat akhir minggu, bisa dipastikan seluruh hotel, pub, dan restoran akan penuh di kunjungi. Ia lalu menunjuk sebuah Mall yang super megah, Permaisuri mall. “Orang Brunai itu kaya-kaya, orang puteh yang kerja minya’ pon banyak duet. Mereke habiskan kat sini. You lihat itu mall? Semua brand mahal semua ada”. Demikian supir taksi itu menjelaskan sambil tertawa.

Miri di siang hari
Miri di siang hari
Saya salut, dengan penduduk hanya 350.000 jiwa, kota Miri menjadi kota terbesar ke dua di Sarawak. Perkembangan ekonominya boleh di bilang berkembang pesat. Bayangkan saja, 80% bangunan di Miri adalah hotel, beberapa bertaraf Internasional dan berbintang 5. Saya takjub dengan kota ini.

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.