Pontianak, Kota Wisata Kuliner Paling Menarik di Indonesia.

Tukang Jalan Jajan mau meramaikan ulang tahun Pontianak ke 245 dengan sedikit bercerita mengenai Pontianak, kota wisata kuliner paling menarik di Indonesia. Mungkin banyak yang sudah tahu dengan berbagai macam tempat wisata kuliner yang wajib dikunjungi termasuk dengan perayaan budaya yang biasa di laksanakan. Karena ditinggali oleh 3 suku besar, Melayu, Dayak dan Tionghoa tentu atraksi budayanya semakin beragam. DIsarankan untuk travel blogger atau backpacker untuk menghabiskan waktu di Pontianak saja
Pontianak, kota wisata kuliner paling menarik di Indonesia. Kamu percaya ngga teman jalan jajan?

Tukang Jalan Jajan mau meramaikan ulang tahun Pontianak ke 245 dengan sedikit bercerita mengenai Pontianak, kota wisata kuliner paling menarik di Indonesia. Mungkin banyak yang sudah tahu dengan berbagai macam tempat wisata kuliner yang wajib dikunjungi termasuk dengan perayaan budaya yang biasa di laksanakan. Karena ditinggali oleh 3 suku besar, Melayu, Dayak dan Tionghoa tentu atraksi budayanya semakin beragam. Disarankan untuk travel blogger atau backpacker untuk menghabiskan waktu di Pontianak saja.

Makanan Melayu ala Pontianak di Pondok Balado
Makanan Melayu ala Pontianak di Pondok Balado
Dari pengalaman tukang jalan jajan mencoba dunia kuliner di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, Pontianak termasuk memiliki ragam kuliner yang sangat banyak termasuk beberapa makanan hasil akulturasi budaya. Selain lezat dan kaya tentu juga menyimpan keunikan yang patut di coba saat berkunjung ke Pontianak.


Kuliner Tionghoa
Ada 3 sub suku Tionghoa yang pernah tukang jalan jajan coba kulinernya di Pontianak, Tio chiu, Khek serta Hok lo. Mungkin ada beberapa sub suku lain yang mungkin ada di Pontianak tapi belum saya coba kulinernya. Coba saya tunjukkan beberapa pilihan kuliner yang mungkin bisa di coba

Kwe Tiaw
Makanan dari tepung beras, berbentuk tipis memanjang dan berbentuk seperti mie. Ada perbedaan cara masak antara ke tiga sub suku ini menurut lidah saya, Hokkian dan Tio chiu lebih suka menambahkan daging kedalamnya sedangkan Khek lebih suka tanpa campuran daging, paling banter telur. Jenis sayurannya berbeda juga Hokkian dan Tio chiu menggunakan sawi dan tauge sedangkan khek biasanya menambahkan daun cangkok manis kedalamnya. Rasanya juga sedikit beda, Hokkian dan Tio chiu lebih suka yang sedikit basah (nyemek) dan gurih sedangkan Khek lebih suka yang sedikit manis dan ‘kering’. Tapi tetap kuliner inipun sudah berakulturasi dengan budaya lain.

Kwe tiaw Ayong di Jalan Gajah Mada Pontianak
Kwe tiaw Ayong di Jalan Gajah Mada Pontianak
Di Pontianak beberapa sudah menjadi ikon kuliner seperti Apollo, Polo (keduanya berdampingan di jalan Pattimura), Antasari (jalan Antasari no 72) ataupun kwe tiaw arang (jalan HOS Cokroaminoto). Tinggal di pilih saja yang sesuai selera. Sebenarnya masih banyak lagi di sekitaran Jalan Siam atau di Jalan Gajah Mada di sebelah Hotel Gajah Mada (kwe tiaw Ayong). Yang jelas Penjual Kwe tiaw tersebar di seluruh kota Pontianak.
Kwe tiaw ala Melayu di Canopy Center Pontianak
Kwe tiaw ala Melayu di Canopy Center Pontianak

Chai Kwe/ Choi Pan
Kuliner khas dari kulit tipis berasal tepung beras dan tapioka yang diuleni hingga kalis, kemudian di isi dengan berbagai macam isian. Jika Tio Chiu lebih beragam, mulai dari bengkuang, kucai, kacang hijau kupas, talas dan rebung. Lain lagi dengan Khek yang hanya dengan dua isian, kucai dan bengkuang. Makanan ini biasanya di sajikan dengan sambal cair yang terdiri dari cabe, bawang putih dan lemon cui. Ada pula yang menghadirkan rasa pedas sedikit manis atau memadukannya dengan terasi.

Choipan di Glaem Cafe di jalan tamar Pontianak
Choipan di Glaem Cafe di jalan tamar Pontianak
Rasanya gurih karena ditambahkan udang rebon dan disiram dengan minyak bawang putih setelah di kukus dengan daun pisang. Panganan yang mirip dimsum ini punya bentuk yang sedikit berbeda antara Khek dan Tio chio. Dimana khek membentuk bulat dengan ujung yang distukan dengan cara dikuncupkan dan tak beraturan sedangkan tio chio berbentuk setengah bulat. Pengucapannya pun berbeda, Khek Chai kwe dan Tio chiu menyebutnya choi pan. Kuliner yang satu ini tersebar rata di setiap pinggiran kota Pontianak  bahkan di jual berkeliling.

Choi pan di  jalan Parwasal Pontianak
Choi pan di  jalan Parwasal Pontianak
Silakan mencoba di beberapa tempat seperti Gleam cafe (jalan Tamar), A Hin (jalan Siam), Chai kwe di jalan Parwasal sampai Chai kwe panas (jalan Siam). Masih banyak tempat lain juga yang menjual panganan ini.

Chiam Bie Ie
Ini salah satu makanan langka yang susah didapatkan di Pontianak. Di Medan, biasanya di sebut Lo cu pan. Bahan dasarnya sama seperti kwe tiaw dari tepung beras namun bentuknya lebih mirip dengan mie sagu. Di masak dengan bumbu yang mirip dengan olahan kwe tiaw. Campurannya bisanya sosis babi dan udang atau lainnya. Setahu saya satu tempat yang menyajikan menu ini dan Halal adalah warung Kemangi di jalan Sutan Syarif Abdurahman

Chiam Bi Ie di Warung Kemangi jalan sutan Syarif Abdurahman Pontianak
Chiam Bi Ie di Warung Kemangi jalan sutan Syarif Abdurahman Pontianak
Ou ie,Ou nie dan Ou pan
Semuanya berbahan dasar keladi atau talas namun penampilannya berbeda tapi rasanya semuanya sedap, mantap menggoda. Saya uka semuanya karena punya rasa dan teknik memasak yang berbeda. Ou ie adalah talas yang di parut kasar kemudian dibumbui dan ditambahkan rebon lalu di bentuk bulat dan dimasukkan ke dalam cacahan kacang tanah. Setelah semuanya menempel kemudian di goreng krispi lalu di makan dengan cabe cair yang pedas dan kecut.

Ou Pan, Jalan Parwasal Pontianak
Ou Pan, Jalan Parwasal Pontianak
Ou Ie, warung kemangi, jalan sutan Syarif Abdurahman Pontianak
Ou Ie, warung kemangi, jalan sutan Syarif Abdurahman Pontianak
Lain lagi dengan Ou pan yang merupakan parutan kasar talas kemudian di kukus hingga matang. Saat akan disajikan maka akan diberikan cacahan bawang putih goreng dang juga udang rebon yang sudah di goreng dan berbumbu gurih manis. Dinikmati selagi hangat dan boleh juga ditambahkan cabe cair jika ingin sensasi pedas nikmat.


Kuliner Melayu
Kuliner Melayu juga sangat beragam di Pontianak, walaupun tidak banyak yang asli dari Pontianak, namun citarasa melayunya mungkin kurang lebih. Tidak hanya itu, perpaduan budaya juga membuat beberapa rasa sedikit bergeser walaupun tidak terlalu jauh. Masing-masing punya selera untuk dapat menikmatinya. Tapi tukang jalan jajan yakin bahwa wisata kuliner Pontianak adalah yang paling menarik di Indonesia, termasuk citarasa makanan melayunya.

Pacri/Paceri
Makanan ini mungkin hampir ada di semua dataran Melayu namun mungkin tambahan bumbu didalamnya yang berbeda termasuk juga penyebutannya. Melayu di Sumatera atau Aceh ada yang menamakannya pecili. Ada yang menambahkan daun kunyit yang di cincang, ada yang menambahkan kelapa gongso atau bumbu aromatik lainnya sesuai dengan ketersediaan bahan di kampung. Makanan berkuah kental dengan rasa gurih dan rearoma segar menggunakan nenas atau terung sebagai bahan utamanya. Ada pula yang menggunakan santan ada pula yang tidak atau ada yang suka warnanya lebih merah sedangkan yang lainnya lebih kuning. Boleh di bilang ini adalah gulai versi vegetarian. Bisa di temukan di banyak rumah makan Melayu seperti Seribu Dinar di Pasar Mawar atau Warung Makan Sambal Nek Wan di Jalan Wak Dalek
Makanan melayu di Restoran Sahara, Jalan Tanjung Pura Pontianak
Makanan melayu di Restoran Sahara, Jalan Tanjung Pura Pontianak

Bubor Paddas
Mungkin ini bukan asli Pontianak tapi paling tidak makanan ini gampang ditemukan di ranah wisata kuliner Pontianak. Mirip dengan tinutuan  dari manado namun bubor paddas lebih berempah. Berasnya di gongseng lalu ditambahkan pula kelapa sangrai. Selain sayuran yang banyak, daun pakis dan kesum boleh jadi ciri khas yang tidak bisa dipungkiri. Tabuan wajibnya adalah teri dan kacang goreng serta ada yang menambahkan tetelan sapi atau tulangan. Semua tergantung selera tapi ini wajib coba. Boleh mencoba di Bubor Paddas pak Ngah di Jalan Ali Anyang.

Bubor Paddas, Warung Pak Ngah, Jalan Ali Anyang, Pontianak
Bubor Paddas, Warung Pak Ngah, Jalan Ali Anyang, Pontianak

Sayur Dalca
Ada yang bilang ini khas keraton Kadariyah Pontianak. Dari namanya saya mengaitkan dengan pengaruh India dalam masakan ini karena penggunaan dal (kacang hijau kupas) yang digunakan kedalam bumbu sehingga kuah menjadi kental. Karena pengaruh agama Hindu yang vegetarian, kebanyakan isiannya adalah sayuran namun beberapa daerah seperti aceh menambahkan tetelan. Boleh di bilang ini adalah kari India rasa Indonesia. Silakan coba masakan legendaris ini di Rumah Makan Sahara jalan Tanjung Pura

Sayur Dalca, di Restoran Sahara, Jalan Tanjung Pura Pontianak
Sayur Dalca, di Restoran Sahara, Jalan Tanjung Pura Pontianak
Makanan Dayak
Mungkin restoran atau rumah makan di Pontianak tidak terlalu banyak menjual makanan Dayak karena komunitasnya yang tidak terlalu banyak. Memang masalah utamanya adalah kehalalan karena kebanyakan menggunakan babi sebagai bahan utama memasaknya. Saya agak kesulitan menunjukkan dimana makanan ini ada di jual atau disajikan. Tapi mungkin saya sedikit ulas saja. Siapa tahu teman jajan menemukan menu ini sembari eksplorasi.

Pekasam
Boleh di bilang ini adalah makanan yang di fermentasikan. Bahan utama biasanya ikan atau daging babi yang di fermentasi dengan nasi dan garam lalu dibiarkan beberapa hari hingga bahan menjadi asam. Baru kemudian di olah. Untuk daging biasanya akan di cuci hingga bersih terlebih dahulu baru kemudian dimasak. Biasanya minim menggunakan bumbu hanya menggunakan beberapa jenis dedaunan aromatik khas dayak seperti salam hutan, daun kacam dan beberapa jenis dedaunan lain. Ada juga yang memasaknya dengan campuran dun ubi. Begitu pula dengan ikan, biasanya ditambahkan bumbu aromatik seperti salam atau daun kunyit bahkan umbut lengkuas muda yang memberikan aroma sedap dan membuatnya semakin sedap
Macam-macam menu dayak di Hotel Hilton Miri
Macam-macam menu dayak di Hotel Hilton Miri

Peletuk
Saya menemukan masakan ini awalnya dari pedalaman Putussibau di suku Kayan Mendalam. Ikan yang digunakan biasanya ikan kecil seperti seluang kemudian dibumbui hanya dengan bumbu potong seperti kunyit, bawang putih dan merah, daun salam, serai dan garam. Lalu ditambahkan air dan kemudian di masak hingga susut dan ikan menjadi sangat lunak hingga ketulang. Setelah matang biasanya ikan akan di simpan dalam piring kecil lalu di tambah garam sedikit dan dihancurkan dengan tangan (di purut) dan baru kemudian di makan dengan nasi putih hangat. Aroma bumbu dan rasa asli ikan membuat suasana makan tambah luar biasa.

Sayuran hutan, menu dayak di Hotel Hilton Miri
Sayuran hutan, menu dayak di Hotel Hilton Miri
Ayam Pansuh
Makanan yang berasal dari suku dayak Iban ini merata ada di hampir rata-rata pulau kalimantan. Pansuh sendiri sebenarnya di masak di dalam bambu. Jadi tidak hanya ayam saja yang bisa di masak di dalamnya. Daun-daun penyedap serta bumbu dari akar rimpang seperti lengkuas dan jahe dimasukkan ke dalam bambu bersama ayam, ada juga yang menambahkan daun ubi sebagai unsur serat di ayam pansuh. Bumbu dalam makanan dayak sangat sederhana sehingga rasa asli dari bahan makanan tidak terlalu banyak berubah.

Ayam Pansuh, menu dayak di Hotel Hilton Miri
Ayam Pansuh, menu dayak di Hotel Hilton Miri

Sebenarnya kekayaan kuliner di Pontianak masih sangat banyak. Perlu buku beratus lembar halaman untuk menjelaskannya. Tukang jalan jajan hanya menuliskan beberapa yang lazim ditemukan. Alasannya sederhana, mengajak pembaca blog ini sedikit belajar gastronomi. Saya yakin, kelezatan bisa datang dari makanan apa saja. Pengetahuan kuliner tentu akan membantu food blogger mencicipi dan mengidentifikasi. Semoga tulisan ini mampu menyemarakkan hari ulang tahun kota Pontianak dan mentahbiskan Pontianak, kota wisata kuliner paling menarik di Indonesia.

Selamat membaca dan salam Yumces
Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.