Mengintip Kehidupan Kampung Ayer

Akhirnya saya penasaran juga untuk menyeberang dan mengintip kehidupan Kampung Ayer, Mungkin inilah satu-satunya lokasi yang bisa saya kunjungi sekarang. Jadi kenapa tidak di coba, siapa tahu juga di dalam kampung ini ada makanan enak yang bisa di coba. Awalnya ingin mencoba makanan di dalam kota namun semuanya rata-rata makanan modern dari negara lain. Cukup menarik saat Jolibe, gerai cepat saji dari Philipina sangat banyak dan laku di sini.

Akhirnya saya penasaran juga untuk menyeberang dan mengintip kehidupan Kampung Ayer, Mungkin inilah satu-satunya lokasi yang bisa saya kunjungi sekarang. Jadi kenapa tidak di coba, siapa tahu juga di dalam kampung ini ada makanan enak yang bisa di coba. Awalnya ingin mencoba makanan di dalam kota namun semuanya rata-rata makanan modern dari negara lain. Cukup menarik saat Jolibe, gerai cepat saji dari Philipina sangat banyak dan laku di sini.

Kampung Ayer Brunei Darussalam
Kampung Ayer Brunei Darussalam 

Baiklah, untuk menuju keseberang saya harus naik perahu bermesin dengan harga 1 Dolar Brunai yang selalu hilir mudik mengantarkan masyarakat lokal dan turis. Asal tahu saja, sepanjang sungai ini sudah terdapat banyak sekali kapal yang siap mengantar, ada tombol yang terhubung dengan lampu isyarat  sehingga “supir” tahu keberadaan penumpang. Saya segera memencet tombol dan menunggu perahu menepi. Ternyata memang begini tradisi menunggu kapal di kehidupan masyarakat Kampung Ayer.
Jalan air antara rumah Dermaga di bawah rumah Kampung Ayer Brunei Darussalam
Jalan air antara rumah Dermaga di bawah rumah Kampung Ayer Brunei Darussalam
Keadaan rumah Kampung Ayer Brunei Darussalam
Keadaan rumah Kampung Ayer Brunei Darussalam
Saya menuju ke seberang tempat Kampung Ayer berada, kabarnya di sini merupakan kampung terapung terbesar dan menyimpan banyak sejarah. Sesampainya di dermaga di Kampung Ayer saya melangkah melewati jembatan semen dengan pagar kayu menyusuri kampung ini. Terlihat beberapa rumah di kampung ini juga dijadikan homestay karena ada papan informasi di depan rumah. Beberapa rumah juga dijadikan kedai penjual makanan dan cemilan serta minuman dingin di dalam kulkas. Dari banyaknya penjual saya yakin kampung ini lumayan sering dikunjungi wisatawan. Saya terus berjalan dan mencoba mengintip perlahan-lahan bagaimana kehidupan di Kampung Ayer.

Bagian bawah dermaga tempat menyimpan Jala dan Pancing Kampung Ayer Brunei Darussalam
Bagian bawah dermaga tempat menyimpan Jala dan Pancing
Saya singgah di sebuah rumah yang menjual makanan ayam masak merah dan ayam penyek, menu laris manis ala kaki lima di Indonesia yang banyak ditemukan di Malaysia dan Brunei. Penasaran dengan rasa keduanya, semuanya di pesan dengan harga 2 Dolar Brunei termasuk air mineral. Duduk di beranda murah dengan meja terbuka dengan jalan sembari menunggu makanan siap, sementara di sebelah ada warung yang menjual sayap ayam bakar, aromanya tak kalah menggoda.

Ayam Penyek Kampung ayer Brunai Darussalam
Ayam Penyek Kampung ayer Brunai Darussalam
Ayam Masak Merah Kampung Ayer Brunai Darussalam
Ayam Masak Merah Kampung Ayer Brunai Darussalam
Saya penasaran dengan tangga dari papan menuju ke bawah rumah. Sembari menunggu, saya melengkah ke bawah dan melongok, ternyata di bagian bawah rumah dijadikan “garasi” dan dermaga bagi kendaraan penduduk Kampung Ayer di Brunei Darussalam. Beberapa rumah memiliki 1-2 speed boat yang di pakai untuk aktifitas sehari-hari. Tergantung pula beberapa jala dan alat pancing yang tersusun rapi tapi sepertinya sudah lama tidak digunakan. Tiba-tiba terdengar suara pemilik kedai memanggil, rupanya makanan saya sudah siap.

Rumah mewah  Kampung Ayer Brunei Darussalam
Rumah mewah  Kampung Ayer Brunei Darussalam
Rusminah nama pemilik kedai rumahan ini, sembari berkemas, kami berbincang. Ternyata rumah-rumah di Kampung Ayer ini tidak semuanya di bangun dari zaman dulu kala, ada pula yang merupakan komplek perumahan yang di bangun Sultan untuk mensejahterakan penduduk kampung. “ini kampung jaman tua sudah di bangun kakek buyut sultan, namanya Sultan Muhammad Shah, setelah di bangun baru banyak orang yang mengisi kampung ini”. Dari sejarah, tercatat Kampung Ayer sudah berdiri sejak tahun 1363 dan terus di bangun hingga 1402.

Dermaga di bawah rumah Kampung Ayer Brunei Darussalam
Dermaga di bawah rumah Kampung Ayer Brunei Darussalam
Karena dekat dengan sungai, jadilah hingga kini pelabuhan utama. Saat ini ada 10% penduduk Brunei mendiami lokasi ini. Sekitar 30.000 orang yang bermukim sekarang. Boleh di bilang, Kampung Ayer adalah kampung terbesar di Brunei Darussalam. Di sekitar kampung ini juga masih ada 42 kampung yang mengitarinya.  Kampung Sungai Kedayan, Sungai Asam, Pekan Lama, Sungai Pandan, Lurong Dalam, Lurong Sikuna, dan puluhan nama kampung lainnya. Jembatan kayu dan semen berpagar menjadi penghubung antara kampung satu dengan yang lain.

Kampung Ayer Brunei Darussalam
Kampung Ayer Brunei Darussalam
“Bisa lihat kampung sekarang sudah maju, ada listrik, AC TV satelit. Semua ada di sini”. Kak Minah juga menambahkan sekarang beberapa rumah sudah berubah menjadi homestay. Walaupun berada di atas air, kampung ini juga tidak kalah maju dengan rumah yang ada di tanah. Dia juga menunjuk beberapa perumahan yang baru didirikan dengan model yang lebih modern dengan harga yang lebih mahal. Saya makan dengan lahap sembari berbincang hangat tidak lupa kak Minah mengingatkan bahwa di kampung ini juga ada musium yang bisa dikunjungi dan gratis. Dia pun menunjuk ke suatu rumah yang juga berada tidak jauh. “Pergilah kesana, ada banyak sejarah yang bisa dipelajari”. Saya berterima kasih dan berlalu untuk mengintip kehidupan Kampung Ayer yang lain dan lebih menarik.

Baca juga tulisan saya sebelumnya di sini tentang Brunei Darussalam

Warga negara Indonesia yang cinta budaya dan kuliner Indonesia dan sekarang menetap di Pontianak. Berprinsip belajar terus menerus dan berusaha tetap dinamis. Berpikiran bahwa hasil tidak akan menghianati usaha serta percaya bahwa rejeki tidak mungkin tertukar.